Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi Uji Perolehan Kembali Recovery Simpangan Baku Relatif

27 Kadar kalsium terlarut merupakan kenaikan kadar kalsium setelah diinkubasi dengan kalsium oksalat atau kalsium karbonat atau kadar kalsium setelah inkubasi dikurangi dengan kadar kalsium awal larutan sampel. Kada r Ca terlarut gmL = Kenaikan Kadar Ca =Kadar Ca terlarut setelah inkubasi – Kadar Ca awal Persen kelarutan kalsium oksalat atau kalsium karbonat adalah kadar kalsium terlarut dibagi kadar kalsium awal dikalikan 100 Persen kelarutan = 100 awal Ca Kadar terlarut Ca Kadar x

3.6.8 Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku X SY =   2 2    n Yi Y Batas deteksi LOD = slope X SY x 3 Batas kuantitasi LOQ = slope X SY x 10 Universitas Sumatera Utara 28

3.6.9 Uji Perolehan Kembali Recovery

Menurut Harmita 2004, uji perolehan kembali atau recovery dapat dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Dalam metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu Ermer dan Miller, 2005.Larutan baku ditambahkan pada sampel yaitu 1 mL larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL, 4 mL larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgmL. Kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus: Perolehan Kembali = C F - C A CA x 100 Keterangan: C A = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku C F = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.6.10 Simpangan Baku Relatif

Menurut Harmita 2004, keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan Universitas Sumatera Utara 29 adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah: RSD = 100  X SD Keterangan: = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation Universitas Sumatera Utara 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel yang dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor terhadap Daun Tempuyung adalah jenis Sonchus arvensis L. suku Compositae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 87.

4.2 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya mineral kalium dan kalsium dalam sampel. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 3 halaman 45. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif pada Sampel Infusa Daun Tempuyung Segar dan Larutan Kapsul Ekstrak Tempuyung yang Telah Didestruksi No. Mineral Pereaksi Hasil Reaksi Hasil 1. 2. Ca K Asam sulfat 1 N Uji Nyala Asam pikrat 1 Kristal jarum Menghasilkan nyala ungu Kristal jarum kasar + + + Keterangan: + = Mengandung mineral Tabel 4.1 menunjukkan bahwa larutan sampel yang diperiksa mengandung mineral kalsium dan kalium. Sampel positif mengandung mineral kalium dengan penambahan asam pikrat 1 menghasilkan kristal jarum kasar, positif mengandung mineral kalsium karena menghasilkan endapan putih CaSO 4 berbentuk kristal jarum dengan penambahan asam sulfat 1N juga menghasilkan kalium pikrat serta menghasilkan nyala ungu dengan uji nyala dengan kawat Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 9 131

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 16

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 3

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 10

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Analisis Mineral Natrium, Kalium, Kalsium dan Besi Dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 77

Analisis Kelarutan Kalsium Oksalat dan Kalsium Karbonat Pada Infus Daun Tempuyung Segar (Sonchus arvensis L.) dan Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Tempuyung secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Analisis Kelarutan Kalsium Oksalat dan Kalsium Karbonat Pada Infus Daun Tempuyung Segar (Sonchus arvensis L.) dan Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Tempuyung secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 12

Analisis Kelarutan Kalsium Oksalat dan Kalsium Karbonat Pada Infus Daun Tempuyung Segar (Sonchus arvensis L.) dan Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Tempuyung secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 15