1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan serta pengalaman penulis mengenai
penelitian ini, baik dalam merencanakan ataupun melaksanakan penelitian. 2.
Bagi guru, untuk mengetahui bagaimana penerepan Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di MP UIN Jakarta
3. Bagi Universitas, menambah khazanah ilmiah di kalangan akademis
diharapkan menjadi sumbangsih gagasan dan sebuah tawaran solusi terhadap tantangan globalisasi serta dapat dipraktekkan dalam pengembangan
Pendidikan Agama Islam ke depan. 4.
Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam rangka mensinergikan Pendidikan Agama yang selama ini terabaikan, padahal PAI, memiliki
peranan yang besar dalam membentuk kualitas pendidikan yang lebih baik. Kegunaan secara akademis adalah untuk memberikan sumber informasi
dan sumber referensi untuk bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa atau instansi serta dapat digunakan sebagai rujukan umtuk penelitian yang akan datang.
Sedangkan kegunaanpenelitian secara terapan adalah untuk memberikan hasil dan informasi yang bermanfaat bagi instansi pendidikan.
12
BAB II KAJIAN TEORI
A . Komponen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan
tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan bukanlah hanya kognitif semata-mata melainkan mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan.
1
Dalam Islam Al-Quran telah menerangkan bahwa pendidikan telah tercipta sejak adanya makhluk manusia yang pertama. Hal itu dibuktikan dalam Surat al-
Baqarah ayat 31 sebagai berikut:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar QS. Al-Baqarah [2: 31].
1
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Krisis Multimedia Nasional, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2011, h.23
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan kematangan hidup tanpa melalui suatu proses, sedang
pendidikan sendiri adalah masalah hidup dan proses kehidupan manusia
2
Sebelum penulis membahas tentang pendidikan karakter, terlebih dahulu penulis akan membahas dan memaparkan tentang pendidikan istilah pendidikan.
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”,
mengandung arti “perbuatan” hal, cara, dan sebagainya. Istilah pendidikan ini semula bera
sal dari bahasa Yunani yaitu “Pedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
4
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-
Ta’lim, al-Tarbiyah dan al- Ta’dib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam
menunjuk pada pengertian pendidikan. Kata
ta’lim merupakan masdhar dari kata „allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan
ketrampilan. Penunjukkan kata al- ta’lim pada pengertian pendidikan.
Adapun Kata al-Tarbiyah, merupakan masdhar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara.
5
Sedangkan kata al- Ta’dib, merupakan
masdhar dari kata addaba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinanaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti
peserta didik.
6
Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
2
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987, h.10
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2002 , h. 13
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1994,
Edisi Kedua, h. 232
5
Ibid., h. 87
6
Ibid., h.90