Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs Pembangunan UIN JAkarta

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh :

DIYAH ATRIYANA

NIM: 106018200749

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan

pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya

yang setia sampai hari akhir nanti.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu

(S1), di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya

tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu, penulis membuat skripsi dengan judul

Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Di Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta”

.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi

dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan data, maupun

biaya yang tidak sedikit, dan sebagainya. Namun dengan kerja keras dan kesungguhan hati

serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.

Prof. Dr, Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed., M.Phill., dan Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku

Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi Kependidikan Islam Manajemen

Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3.

Drs. Fathi Ismail, MM dan Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak meluangkan segenap waktu, memberikan arahan dan

kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.

4.

Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Umum dan Perpustakaan Ilmu Tabiyah dan Keguruan serta perpustakaan lainnya

di Jakarta, yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku penulis

butuhkan.

5.

Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta atas ilmu yang ,diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat

dimanfaatkan sebaik-baiknya.

6.

Untuk keluarga besar madrasah pembangunan terutama pihak MTs dan Bapak

Misniono, S.Pd.I selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan di

Madrasah Tsanawiyah Pembangunan. Terima kasih yang telah meluangkan waktu

dan memeberikan informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7.

Bapak Tercinta Supriyadi dan Umi Tersayang Oyoh Rohayah, terima kasih


(7)

ii

Yadi, S.Pd, dan Shahzada Muhammad Danish) terima kasih atas doa dan

dukungannya secara moril maupun materil yang selalu diberikan untuk penulis.

9.

Kepada semua sahabatku angkatan 2006-2007 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan khususnya kelas A Jurusan Kependidikan Islam Manajemen

Pendidikan/ Anak-anak Rocker: Younk, Dinonk, Mamih Kamileh, Dewi dan

Phety koga. Serta Anak Lenyok MP: Acil, Abi Bataq, Jore, Idun Imut, Jalal, Agus

Galang, Aldiyan, Andika Onde2, Bang Midis, Bang Budi, Encep, Fahad, Fahri,

Diki, Affah, Yuyu, Angga, Eka Setiawati, Eka Agustini, Ina, Shifroh, Aulia dll.

Serta Ka Kamal Fuadi yang selalu memberikan saran yang dibutuhkan penulis.

Untuk Adeku lima hari Nervi Pradewi. Anak Recok: Farah, Caunk, Pitong, Cimot

Dan Nandar terima kasih atas dukungannya. Teman-teman kahfi BBC School

terutama Unyu-Unyu Class : Ridho, Alul, Gandhi, Agus, Ajeng, Andri, Mpo iin,

Fitri, Bang Anwar, Sri, Dendi, Elis, Fitri, Gita, Juhe, Marlin, Mbak Cha2, Nuris,

Putri Si Oki, Ridho Unyu2, Tiara, Ka Wina Dan Yulian Serta Wali Kelas Kami

Ka Ocha, Ka Sya Dan Ka Ibnu. Dan tak lupa pula anak-anak Camen: Listya dan

Dinda Cii Odong yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis disaat penulis

membutuhkan hiburan. Terima kasih banyak teman-teman atas segala masukan,

motivasi dan dukungannya.

Semoga segala kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang

kehidupan kita. Amin.

Jakarta, 10 Agustus 2011

Penulis


(8)

iii

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………

DAFTAR TABEL ………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… B. Identifikasi Masalah ………. C. Pembatasan dan PerumusanMasalah ………... D. Manfaat Penelitian ………

BAB II KERANGKA TEORI

A. Sarana dan Prasarana Pendidikan ……….. 1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ……… 2. Fungsi, Jenis, dan Sifat Sarana dan Prasarana Pendidikan ………. 3. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah ……….. 1). Satuan Pendidikan……….. 2). Lahan ………... 3). Bangunan………. 4). Kelengkapan sarana dan prasarana………. B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ………

1. Perencanaan……….

2. Pengadaan ……….…….

3. Pemeliharaan………...

4. Penghapusan ………..

5. Pengendalian………...

i iii iv

1 6 6 7

8 8 12

17 18 18 21 25 36 42 44 49 54 57


(9)

iv

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ………

D. Sumber Data ………

E. Teknik Pengumpulan Data ……… F. Instrumen Penelitian ………. G. Teknik Analisis Data ………

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...………. 1. Sejarah Berdirinya MTs Pembangunan UIN Jakarta ………

a. Visi, Misi dan Tujuan MTs. Pembangunan...………. b. Siswa dan tenaga Edukatif MTs. Pembangunan UIN Jakarta.… 2. Gamb ar an Um u m Sarana d an P rasara na MT s.

Pemb angu nan UIN Jakarta... a. Ruang Kelas... b. Perpustakaan... c. Ruang Laboratorium ... d. Ruang Pimpinan ... e. Ruang Guru... f. Ruang Tata Usaha ... g. Ruang Bimbingan dan Penyuluhan ... h. Usaha Kesehatan Sekolah... i. Masjid atau Tempat Beribadah... j. Ruang Organisasi Kesiswaan... k. Sarana MCK/Toilet... l. Sarana Gudang ... m.Ruang Sirkulasi/penghubung/Koridor... n. Tempat Bermain atau Sarana Olahraga... 3. Profil Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di MTs. UIN

Jakarta ……….. B. Deskripsi dan Analisa Data Penelitian ………..

61 61 62 63 65 67 67 70 74 76 77 78 80 82 82 83 83 84 84 85 85 85 86 86 87 88


(10)

v

5. Pengendalian ………..

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………

B. Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN-LAMPIRAN

98

101 102


(11)

vi

Tabel 1 : Lahan………... …...……...……...……...

Tabel 2 : Lahan……….………...…………..…

Tabel 3 :

Bangunan……….

………..……..

Tabel 4 :

Bangunan...

……….

Tabel 5: Kisi-Kisi Pedoman Wawancara……….

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.0. :

Prosedur Mutu Pengadaan Barang………

…..

Gambar 2.0. : Prosedur Mutu Inventaris kekayaan Madrasah ……….

18

19

21

22

63

93

96


(12)

Lampiran 3

Surat Permohonan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 4

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 5

Uji referensi

Lampiran 6

Pedoman Observasi dan Hasilnya

Lampiran 7

Pedoman Dokumentasi dan Hasilnya

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Kisi-Kisi Wawancara dan Hasilnya

Tabel Analisis Hasil Penelitian

Dokumentasi (Foto) Sarana dan Prasarana di MTs. Pembangunan

UIN Jakarta

Lampiran 11

Rekap Jumlah Siswa MTs. Pembangunan UIN Jakarta

Lampiran 12

Laporan Bulanan MTs. Pembangunan UIN Jakkarta

Lampiran 13

Prosedur Mutu Pengadaan Barang

Lampiran 14

Prosedur Mutu Inventaris Kekayaan Madrasah

Lampiran 15

Prosedur Mutu Peminjaman Barang

Lampiran 16

Prosedur Mutu Penggunaan Kendaraan Dinas

Lampiran 17

Data Inventaris Ruang MTs. Pembangunan


(13)

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Skripsi di bawah bimbingan Drs. Fathi Ismail, M.M dan Drs. H. Muarif SAM, M.Pd. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses pengintegrasian cara-cara untuk mengelola (perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian) semua sarana yang menunjang dalam proses pendidikan baik secara langsug ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan eifisien.

Berangkat dari konsep di atas, Penulis melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta karena Madrasah tersebut sudah menerapkan standar sarana dan prasarana pendidikan. Peneliti menemukan latar belakang masalah yaitu: (1) Belum terpenuhinya pengadaan sarana dan parasarana yang menunjang proses pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.(2) Adanya kegiatan Pemeliharaan yang belum efektif di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengelolaan standar sarana dan prasarana yang dilakukan. (2) Hasil yang dicapai sekolah setelah menerapkan langkah-langkah dalam pengelolaan standar sarana dan prasarana pendidikan. (3) Upaya sekolah dalam memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta.

Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau keadaan tertentu yang terlebih dahulu manganalisis kejadiannya, untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Sudah memadai dan sesuai Standar yang tertera di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007. Kendala utama yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah (1) Personel atau tenaga kerja yang kurang memadai, sehingga kinerja yang dihasilkan dalam kegiatan pemeliharaan kurang optimal, (2) tanggung jawab dalam kegiatan pemeliharaan bukan hanya ditanggung oleh bidang sarana dan prasarana, tetapi seluruh pihak Madrasah juga ikut andil dalam kegiatan pemeliharaan (3) penggunaan sarana dan prasarana belum sesuai dengan prosedur yang ada sehingga perlu ditingkatkan kesadaran penggunanya, (4) kegiatan penghapusan belum sesuai dengan syarat penghapusan yang ada.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Madrasah meskipun bukan suatu yang indigeous dalam peta dunia pendidikan di Indonesia merupakan bagian dari pranata pendidikan yang memiliki ciri khas dan berakar kuat pada sendi-sendi nilai dan budaya yang dikembangkan masyarakat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa madrasah menjadi salah satu wujud entitas budaya indonesia.1

Sekolah umum yang berciri khas agama ini dikenal dikalangan masyarakat sebagai lembaga pendidikan tertua yang dibangun oleh masyarakat dan eksistensinya menjadi jati diri budaya di Indonesia. Sebagian kurikulum yang diajarkannya yaitu dalam bidang agama, artinya madrasah dibangun untuk melestarikan pemahaman dan ajaran agama kepada generasi penerusnya. Oleh karena itu, eksistensi madrasah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sangatlah diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional terutama di dalam bidang agama.

Madrasah berhasil mendapatkan statusnya yang sekarang setelah melalui perjuangan yang cukup panjang. Perjuangan ini diawali oleh terbitnya Surat

1

Nunu Ahmad An-nahidl, dkk, Posisi Madrasah Dalam Pandangan Masyarakat, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007). Cet, I. Hal. 1.


(15)

Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yakni Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri pada 24 Maret 1975 yang menegaskan bahwa kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lain. 2

Dengan adanya SKB 3 (tiga) menteri ini, dalam penyelenggaraan pendidikan formal, madrasah disetarakan dengan satuan jenis Pendidikan Umum, jenis Pendidikan Dasar, dan jenis Pendidikan Menengah, yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Semakin berkembangnya zaman, madarasah mengalami proses modernisasi. Maka madrasah dituntut untuk memenuhi kebutuhan dan perubahan kehidupan masyarakat di era globalisasi tanpa menghilangkan khas madrasah yang berlandaskan agama. Sehingga madrasah berupaya melakukan terobosan-terobosan dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada diantaranya dari tenaga pendidik, kurikulum, pengelolaan, sarana dan parasarana dan lain sebagainya. Meskipun demikian, pendapat sebagian masyarakat terhadap madrasah masih memandang sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”. Akibatnya walaupun keberadaan madrasah diakui setara dengan sekolah konvensional lainnya, madrasah umumnya hanya diminati oleh siswa-siswa yang mempunyai kemampuan dibawah rata-rata dan pendapatan keluarga yang nilainya masih menengah kebawah. Sehingga untuk meningkatkan mutu madrasah selalu mengalami hambatan.

Di lain sisi, keberadaan madrasah kurang didukung oleh sumber daya yang memadai. Karena itu, kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah justru terasa mempersulit upaya-upaya pengembangan madrasah. Mutu pendidikan relatif kurang terjamin bila dibandingkan dengan sekolah formal karena banyaknya bidang studi yang diajarkan, sementara kualitas guru rendah, manajemen pengelolaan kurang profesional, dan sarana dan prasarana

2

A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998). Cet. I. Hal. Viii


(16)

pendidikan pas-pasan, serta jumlah siswa pun sedikit dan kebanyakan berasal dari keluarga kurang mampu.3 Dari kenyataan inilah masyarakat berpandangan bahwa madrasah belum mengalami kemajuan yang berarti.

Meskipun telah bermunculan madrasah-madrasah yang kualitasnya baik, tetapi masih banyak juga madrasah yang masih dipandang minus sebagian masyarakat. Kenyataan memperlihatkan sebagian madrasah masih memiliki kekurangan yang meliputi rendahnya kualifikasi dan kompetensi pendidik serta sarana dan prasarana yang belum memadai.

Masyarakat juga memandang bahwa madrasah adalah sekolah dakwah yang dalam banyak hal kurang dikelola secara profesional. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang menguntungkan, karena ada kesan bahwa kalau sesuatu itu diletakkan dalam bingkai dakwah, maka wajar kalau tidak dikelola secara profesional. Kalau tidak dikelola secara profesional, maka wajar kalau dalam banyak hal juga seadanya termasuk di dalam hal partisipasi keuangan. Kalau sudah demikian, maka dampaknya akan mengena pada hal-hal lain. misalnya pada pembangunan sarana dan prasarana, penyediaan sarana pembelajaran, kesejahteraan guru dan pegawai, dan sebagainya.

Untuk menepis anggapan negatif masyarakat tentang madrasah, diperlukan suatu standar pendidikan untuk meningkatkan mutu di satuan pendidikan. Karena standar merupakan acuan dasar atau tolak ukur bagi semua pihak sehingga dapat menetapkan kriteria minimum dan maksimum sesuatu. Maka dari itu pemerintah menetapkan 8 (Delapan) Standar Pendidikan yang harus dipenuhi setiap Satuan pendidikan yang ada di Indonesia termasuk Madrasah.

Hal ini tertera di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB IX tentang Standar Pendidikan Nasional Pendidikan pasal 35 ayat (1) bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas Standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana Dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, Dan Penilaian Pendidikan yang harus

3

A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998). Cet. I. Hal. ix


(17)

ditingkatkan secara berencana dan berkala.4 Untuk madrasah, standar ini berfungsi sebagaian acuan agar output madrasah dapat berkompetensi dengan satuan lembaga pendidikan lainnya dibidang norma, intelektual maupun spiritual.

Karena hal ini berkaitan dengan mutu pendidikan, pasal 35 Undang-Undang nomor 2 tahun 2003 mengamanatkan perlunya Standar Nasional Pendidikan yang dijelaskan pada BAB XII pasal 45 tentang sarana dan parasarana pendidikan ayat (1) setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi Fisik, Kecerdasan Intelektual, Sosial, Emosional dan Kejiwaan Peserta Didik, dan ayat (2) ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut pada peraturan pemerintah.5

Standar yang telah ditetapkan pemerintah yang berupa Undang-Undang bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu masih jauh dari apa yang diharapkan dan belum terlaksana secara optimal di Sekolah-sekolah yang ada di Negeri ini terutama madrasah. Sampai hari ini masih banyak madrasah yang belum mampu mengimplemtasikan standar sarana dan parasarana pendidikan secara benar terutama dalam persoalan pengelolaan sarana dan parasarana pendidikan, yang diantaranya adalah perencanaan dalam mengadakan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan perlengkapan sekolah, pemeliharaan sarana dan prasarana, penghapusan serta pengendalian yang dapat diartikan pengawasan program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.

Meskipun banyak madrasah yang masih dipandang kurang memadai baik dari penerapan standar dan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikannya. Ternyata ada beberapa madrasah yang telah mengalami kemajuan dalam mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya adalah Madrasah Aliyah Negeri 4 pondok pinang, Insan Cendikia, MTs Negeri II Pamulang dan lain sebagainya.

4

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara), h. 23

5


(18)

Senada dengan penjelasan di atas, MTs Pembangunan UIN Jakarta adalah salah satu madrasah yang telah ikut serta dalam meningkatkan eksistensi madrasah pada pencitraannya yang kurang menguntungkan di masyarakat. Langkah pertama yang dilakukan MTs. Pembangunan yaitu dengan menerapkan standar pendidikan yang telah ada. Karena yang dilihat oleh masyarakat adalah nilai jual dari madrasah itu sendiri, diantaranya yaitu: layanan yang diberikan sekolah terhadap pemakainya, sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut serta yang terakhir adalah hasil atau output yang dihasilkan sekolah.

Disebabkan pencitraan yang kurang baik tentang madrasah, maka MTs. Pembangunan bekerja keras dalam membangun pencitraan tersebut dengan memunculkan inovasi-inovasi yang dapat merubah pandangan masyarakat. Salah satu inovasi ini yaitu dengan memperbaiki pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada. Diantaranya yaitu dalam hal pengadaan barang-barang atau sarana yang ada di Madrasah terutama sarana pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar. Salah satu contohnya yaitu, dalam kegiatan pembelajaran siswa membutuhkan buku pelajaran, kursi dan meja yang nyaman serta ruang kelas yang memadai untuk menampung para siswa. Apabila hal ini tidak terpenuhi maka dapat dipastikan proses belajar mengajar yang ada disekolah dapat terhambat. Karena sarana dan prasarana yang baik, dapat mendukung proses belajar. maka hasil atau output sekolah juga dapat bersaing dengan sekolah-sekolah umum yang lainnya.

Selain pengadaan, kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana juga penting untuk diperhatikan. Karena kegiatan pemeliharaan ini dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mengawasi sarana dan prasarana yang ada. contohnya apabila ada barang-barang yang sudah dipakai, maka diletakan ditempat semula. Sehingga tidak terjadi kehilangan. Dan apabila ada kerusakan kecil maupun besar harus segera ditanggapi dan diperbaiki. Karena sarana dan prasarana yang baik atau representatif adalah sarana yang dapat menjadi pendukung kegiatan belajar mengajar disekolah. Sehingga minat


(19)

masyarakat terutama orang tua, tertarik untuk menyekolahkan anaknya ke Madrasah. dari usaha pengelolaan yang dipandang cukup baik, ternyata masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Pembangunan diantaranya, dalam kegiatan pengadaan ada yang belum terpenuhi. Salah satu contoh di Laboratorium IPA masih ada beberapa alat yang belum terpenuhi. Dan kurangnya Sumber daya Manusia dalam kegiatan pengelolaan pun menjadi salah satu hambatan dalam kegiatan pemeliharaan yang memerlukan tanggapan cepat apabila ada kerusakan kecil maupun besar. Hal ini juga mempengaruhi kegiatan pengendalian yang terdapat di MTs. Pembangunan.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik mengambil judul: “Pengelolaan Sarana dan Parasarana Pendidikan Di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan”

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka dapat didefinisikan masalah yang ada sebagai berikut:

1. Belum terpenuhinya pengadaan sarana dan parasarana yang menunjang proses pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

2. Adanya kegiatan Pemeliharaan yang belum efektif di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

3. Kurangnya jumlah sumber daya manusia yang ikut serta dalam pengelolaan sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

4. Sistem pengendalian sarana dan prasarana pendidikan yang kurang baik di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam biaya, waktu, dan kemampuan akademik. Maka masalah yang diangkat dalam


(20)

penelitian ini adalah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs. Pembangunan.

Adapun yang dimaksud dengan Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses pengintegrasian cara-cara untuk mengelola (perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian) semua sarana yang menunjang dalam proses pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan eifisien.

Tujuan utamanya yaitu meningkatkan mutu output pendidikan dengan memaksimalkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana di MTs. Pembangunan.

Pembatasan masalah yang diambil adalah:

1. Belum terpenuhinya pengadaan sarana dan parasarana yang menunjang proses pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

2. Adanya kegiatan Pemeliharaan yang belum efektif di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan.

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka yang menjadi perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Bentuk Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan?”.

D.

Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka manfaat hasil penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi madrasah lainnya sebagai referensi dalam proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. 2. Mengembangkan wawasan peneliti dalam proses belajar mengajar. 3. Penelitian ini diharapkan berguna menjadi referensi bagi mahasiswa atau

masyarakat umum sebagai sumber ilmu pengetahuan tentang pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di Madrasah.


(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A.

Sarana Dan Prasarana Pendidikan

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana bagi pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam proses belajar mengajar (PBM). Karena pencapaian proses belajar mengajar akan semakin sukses apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Banyak upaya yang dilakukan sekolah untuk memaksimalkan jalannya proses belajar mengajar seperti adanya perencanaan sarana dan prasarana pendidikan, pengalokasian biaya untuk pengadaan sarana dan prasarana, dan pengawasan dalam operasional penggunaan sarana dan prasarana pendidikan serta pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah. Pemerintah juga melakukan upaya untuk melengkapi sarana dan prasarana di sekolah antara lain dengan memberikan dukungan finansial bagi pengadaan sarana dan prasarana di sekolah dan memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan sekolah berbentuk barang-barang dan alat-alat yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar mutu pendidikan yang dihasilkan oleh sekolah dapat berjalan dengan optimal.

Sarana adalah semua barang yang diperlukan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dianggap sebagai penunjang pelaksanaan tugas


(22)

pendidikan di sekolah.7 Sarana yang dimaksud dari pengertian yang sudah dijelaskan adalah bahwa apa saja yang berupa benda/barang dan alat-alat yang digunakan di dalam proses pendidikan dan dapat menunjang proses pembelajaran disekolah disebut dengan sarana.

Dalam dunia pendidikan sarana bisa diartikan sebagai alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada anak didik, sehingga anak didik terbantu dengan adanya alat pendidikan untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan. maka tujuan pendidikan akan tercapai dengan optimal. Dengan demikian, sarana dalam lembaga pendidikan lebih dikenal dengan sebutan sarana pendidikan.

Menurut rumusan tim penyusun pedoman pembakuan media pendidikan Departemen Pendidikan Kebudayaan:

“Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.”8 Lebih jelasnya lagi akan dijelaskan dalam pengertian luas, sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabotan yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah.9

Sarana di dalam pendidikan selain diartikan sebagai alat, perangkat maupun perabotan yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, ternyata dari pendapat yang telah dijelaskan di atas dapat diartikan juga bahwa yang termasuk sarana di dalam pendidikan yaitu segala sesuatu yang diperlukan di dalam proses belajar-mengajar termasuk juga fasilitas yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik pada saat proses pembelajaran. Selain itu, penjelasan tentang sarana pendidikan akan lebih jelas

7

Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. 1, h. 170

8

Suharsimi, Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993), cet. 2, h. 82.

9

Ibrahim, Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. 2, h. 2


(23)

dikemukakan oleh pendapat Ahmad Tafsir yang berpendapat bahwa sarana pendidikan merupakan semua yang digunakan guru dan murid dalam proses pendidikan. ini mencangkup perangkat keras dan perangkat lunak, perangkat keras seperti gedung sekolah dan alat laboratorium dan perangkat lunak seperti kurikulum, metode dan administrasi.10 Menurut E. Mulyasa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses mengajar. seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat media pengajaran.11

Dari beberapa pengertian tersebut, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan baik berupa fasilitas, barang dan alat-alat yang secara langsung, bergerak maupun yang tidak bergerak dan menunjang proses belajar mengajar agar memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara lancar, efektif dan efisien. Contoh sarana pendidikan yaitu Buku pelajaran, alat tulis, Papan tulis, kursi, meja dan alat atau media yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Prasarana secara etimologi (arti kata), merupakan alat tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Prasarana pendidikan misalnya lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.12 Secara umum, prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah.13

Sama halnya dengan sarana, prasarana juga bukan hanya alat dan perangkat yang digunakan dalam proses pendidikan di sekolah secara tidak langsung, tetapi fasilitas juga dikategorikan sebagai prasarana dalam pendidikan. Diantaranya yaitu: halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju

10

Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 90.

11

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi Dan Implementasi),

(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002 ) cet. 1, h, 49 12

Tholib, Kasan, Teori Dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres), h. 91, t.t.

13


(24)

sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah semua bentuk fasilitas, barang maupun alat yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pengajaran atau pendidikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan langsung dalam proses pembelajaran baik yang berupa fasilitas, barang maupun alat-alat. Sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif. Peran sarana dalam pendidikan sangatlah penting, karena Apabila sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran kelengkapannya tidak diperhatikan akan menghambat proses berjalannya pembelajaran.

Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua bentuk fasilitas, barang atau alat yang secara tidak langsung dapat menunjang proses pendidikan. karena prasarana sebagai alat pendidikan yang digunakan secara tidak langsung, maka kehadirannya bersifat mendukung di dalam proses pembelajaran. Tetapi tetap saja perannya sangat dibutuhkan dan berpengaruh dalam proses belajar. Contoh prasarana pendidikan diantara: ruang kelas, perpustakaan, masjid, kebun, halaman dan lain sebagainya yang menunjang proses pendidikan.

Adapun yang termasuk dalam sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar, bahan habis pakai, lahan, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru atau pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang kerja, ruang kantin, tempat olahraga,dan tempat beribadah.14 Dari beberapa penjelasan tentang sarana dan prasarana pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pendidikan adalah semua fasilitas, barang dan alat-alat yang menunjang dalam proses pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung dan mempunyai peran yang

14

www.djpp.depkumham.go.id, mengenai Peraturan Pemerintah RI no. 19 Tahun 2005 Tentang


(25)

masing dan bersifat penting serta menjadi mendukung dalam menunjang proses pembelajaran.

2. Fungsi, Jenis, dan Sifat Sarana dan Prasarana Pendidikan

Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan merupakan segala fasilitas, barang/benda dan alat yang digunakan dalam proses pendidikan. salah satunya yaitu dalam proses belajar-mengajar. Bagi guru dan murid sarana sangat menunjang dalam penyampaian materi-materi pembelajaran yang diberikan di kelas. Proses transferisasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik membutuhkan alat pendidikan yang digunakan dalam memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana pendidikan memiliki fungsi, jenis, dan sifat yang berguna bagi terlaksananya proses pembelajaran dengan baik. Serta hakikat sarana dan prasarana harus mempunyai fungsi yang sangat beragam dalam membantu proses pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sarana dan prasarana pendidikan pun memiliki berbagai jenis dan sifat bermacam-macam, sehingga proses pendidikan menjadi menarik bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian, Sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di sekolah-sekolah dapat ditinjau dari fungsi, jenis dan sifatnya, antara lain:15

1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon, serta perabotan/meliber.

Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan.

Prasarana pendidikan pada pengertian yang telah dijelaskan, mempunyai peran secara tidak langsung dalam menunjang proses pembelajaran. maka prasarana menjadi faktor pendukung dalam

15

Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, h. 115


(26)

pendidikan. Sehingga fungsi kehadirannya kurang menentukan efektifnya proses belajar-mengajar. Namun, bukan berarti dalam kegiatan pengadaannya tidak diperhatikan karena tanpa adanya prasarana pendidikan ini dapat menghambat proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Hal ini disebabkan prasarana di dalam proses pendidikan dapat berguna sebagai faktor pendukung dan di dalamnya terjadi aktifitas pendidikan. Yang termasuk di dalam prasarana pendidikan yaitu: gedung/bangunan sekolah (ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, ruang laboratorium, perpustakaan, lapangan, kebun/taman, jamban, ruang tata usaha, ruang konseling, ruang UKS, tempat ibadah, ruang organisasi, gudang, dan jamban), jaringan jalan, air, listrik telepon, serta perabotan/meliber.

Sedangkan sarana pendidikan berfungsi secara langsung di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, fungsi sarana sangat penting dan ikut terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar (PBM). dan juga dapat dikatakan bawa fungsinya kehadirannya dalam proses belajar-mengajar sangat menentukan efektifitas kegiatan tersebut. Misalnya, buku pelajaran yang digunakan peserta didik pada saat pembelajaran. karena tanpa adanya buku pelajaran, proses terjadinya tranferisasi ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik kurang berjalan optimal. Yang termasuk dalam sarana pendidikan yaitu: alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. Jadi, tanpa adanya sarana dan prasarana pendidikan proses pembelajaran kurang berjalan dengan baik. maka fungsi dari sarana dan prasarana tersebut harus dipahami dengan baik.

Dari arti fungsi tersebut, tersirat makna bahwa fungsi sarana dan prasarana pendidikan bisa dikategorikan dalam berbagai jenis, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan non fisik.

Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk


(27)

memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabotan, alat peraga, model, media, dan sebagainya.

Fasilitas Nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.16

Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, fasilitas yang dimaksud adalah berbentuk sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan di sekolah. Fasilitas ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu fasilitas Fisik dan Nonfisik. Fasilitas fisik atau yang biasa juga disebut dengan fasilitas materil, yaitu semua bentuk sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan sekolah dan berupa benda mati tetapi mempunyai peran penting yang secara langsung melancarkan usaha atau proses pendidikan yang ada di sekolah. Misalnya, kendaraan yang biasa digunakan untuk transportasi, mesin tulis yang biasanya digunakan seperti mesin tik atau komputer, perabotan yang menunjang proses pendidikan, alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar, model kerangka manusia atau anatomi tubuh manusia yang dipakai saat pembelajaran praktek bidang studi, media pembelajaran/pendidikan, dan lain sebagainya.

Ada juga pendapat lain yang mengartikan sarana dan prasarana pendidikan sebagai kebutuhan fisik sekolah. Menurut Tholib Kasan yang dimaksud kebutuhan fisik sekolah adalah:

a) Kantor, b) Sekolah, c) Rumah dinas, d) Gudang,

e) Laboratorium dll,17

16

Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro),

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, h. 115 17

Tholib, Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres), h. 95, t.t.


(28)

Sedangkan sarana dan prasarana yang dikategorikan ke dalam fasilitas Nonfisik, yaitu segala hal yang secara tidak langsung merupakan faktor-faktor pendukung proses pendidikan. Tetapi bukan berupa benda mati atau kurang bisa disebut dengan benda ataupun dibendakan dan perannya dapat memudahkan atau melancarkan segala usaha yang dilaksanakan di dalam proses pendidikan. yang termasuk dalam fasilitas nonfisik diantaranya faktor Sumber Daya Manusia; sebagai pendukung proses kegiatan belajar mengajar, kemudian Jasa; salah satu contohnya yaitu kinerja guru dalam mengajar. Memberikan motivasi kepada peserta didik dan melayani konsultasi peserta didik saat mengalami permasalahan. Yang terakhir adalah Uang; Faktor ekonomi merupakan faktor yang terpenting tetapi tidak semua hal dapat didukung /ditukar oleh uang karena ada sarana kreatif lain yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. tetapi kehadiran uang juga sangat penting, karena pengadaan barang-barang atau sarana dan prasarana sebagian besar karena adanya fungsi uang tersebut.

Secara umum, fungsi yang dikategorikan sebagai jenis bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam arti bahwa adanya klasifikasi sarana dan prasarana dapat ditinjau dari segi sifatnya, antara lain:

3. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak. a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan,

dikelompokan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.

1) Barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti spidol, kapur tulis, tinta, kertas, penghapus, hapusan dan lain sebagainya.

2) Barang tidak habis pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin tik, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.


(29)

b. Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa diberpindah-pindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur menara dan lain sebagainya.18

Sarana dan prasarana yang dipakai di sekolah dapat diklasifikasikan sifatnya menjadi barang-barang yang bergerak dan tidak bergerak. Barang yang bergerak ini dapat dipindah tempatkan dan pastinya volume barang tersebut dapat terjangkau oleh penggunanya. Barang yang dapat dipindahkan ini terbagi menjadi barang yang habis pakai dan barang tidak habis pakai.

Barang-barang habis pakai ini dipergunakan pada jangka waktu tertentu saja karena volumenya akan susut pada saat digunakan dan sampai barang tersebut habis nilai gunanya. Barang yang termasuk habis pakai, antara lain kapur tulis dan spidol yang digunakan dalam proses pembelajaran. Barang tidak habis pakai jangka waktu penggunaannya biasanya lebih lama dari pada barang habis pakai, karena volumenya tidak berkurang sedikitpun hanya saja membutuhkan perawatan yang berkesinambungan dan memerlukan anggaran biaya yang perlu diperhitungkan. Sehingga barang tersebut siap pakai pada waktu akan dipergunakan. misalnya mesin tik, komputer yang dipergunakan dalam proses pendidikan, kendaraan sebagai alat transportasi sehingga memudahkan pihak sekolah dalam melakukan aktivitas yang ada di sekolah, media pendidikan dan lain sebagainya.

Selanjutnya adalah barang yang tidak bergerak atau tidak dapat dipindah tempatkan letaknya. Secara fisik barang-barang yang tidak bisa digerakkan ini dapat berupa prasarana atau fasilitas yang digunakan di dalam proses pendidikan. Yang termasuk barang tidak bisa digerakkan yaitu lahan, gedung/bangunan yang

18

Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), cet. 1, h. 116


(30)

didalamnya berlangsung proses pendidikan, sumur menara, dan lain sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan, Dengan menggunakan sarana dan parasarana pendidikan ini proses pembelajaran yang ada dalam pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien. Fungsi sarana dan prasarana dalam pendidikan dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, baik dari jenisnya yang dapat dibedakan secara fisik dan nonfisik, serta sifatnya yang dapat digerakan/dipindahkan dan tidak bergerak harus dipenuhi kebutuhannya secara lengkap dari lahan, gedung/bagunan, media pembelajaran, hingga alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran. Serta perawatannya juga harus diperhatikan. sehingga sarana dan parasarana yang ada di sekolah dapat terjaga kegunaan dan manfaatnya, sehingga pada saat dibutuhkan fasilitas atau barang tersebut dapat digunakan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah Menengah Pertama/Madrasarah Tsanawiyah

Di Indonesia, memiliki delapan standar pendidikan yang digunakan untuk meningkatan mutu pendidikan. Delapan standar ini berfungsi sebagai tolak ukur bagi semua pihak sehingga dapat menetapkan kriteria minimum dan maksimum di setiap satuan pendidikan. Delapan kriteria ini adalah: Standar isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana Dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, dan Penilaian Pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.19 Salah satu standar yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan adalah standar sarana dan prasarana yang ada di setiap tingkatan

19

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara), h. 23


(31)

pendidikan. Di bawah ini adalah standar sarana dan prasarana pendidikan yang harus dipenuhi oleh Satuan Pendidikan Tingkat Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.

1. Satuan pendidikan

a. Satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.

b. Minimum satu SMP/MTs disediakan untuk satu kecamatan. c. Seluruh SMP/MTs dalam setiap kecamatan dapat menampung

semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.

d. Lokasi setiap SMP/MTs dapat ditempuh peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.

2. Lahan

a. Untuk SMP/MTs yang memiliki 15 sampai 32 peserta didik per rombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Lahan20

No. Banyak

Rombongan Belajar

Rasio Minimum Luas Lahan Terhadap Peserta didik (M2/Peserta Didik)

Bangunan satu lantai

Bangunan dua lantai

Bangunan tiga lantai

20

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah


(32)

1 3 22,9 14,3 -

2 4-6 16,8 8,5 7,0

3 7-9 13,8 7,5 5,0

4 10-12 12,8 6,8 4,5

5 13-15 12,2 6,6 4,4

6 16-18 11,9 6,3 4,3

7 19-21 11,6 6,2 4,2

8 22-24 11,4 6,1 4,2

9 25-27 11,2 6,0 4,2

b. Untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada tabel di bawah.

Pada Tabel yang tercantum di bawah luas minimum lahan untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar.

Tabel 2 Lahan21

No. Banyak

Rombongan Belajar

Rasio Minimum Luas Lahan Terhadap Peserta Didik (M2/Peserta Didik)

Bangunan satu lantai

Bangunan dua lantai

Bangunan tiga lantai

1 3 1420 11240 -

21

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah


(33)

2 4-6 1800 1310 1220

3 7-9 2270 1370 1260

4 10-12 2740 1470 1310

5 13-15 3240 1740 1360

6 16-18 3800 2050 1410

7 19-21 4240 2270 1520

8 22-24 4770 2550 1700

9 25-27 5240 2790 1860

c. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 diatas adalah luas lahan yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah/madrasah berupa dan tempat bermain/berolahraga.

d. Lahan tehindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.

e. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api.

f. Lahan terhindar dari gangguan-ganguan berikut:

1. Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.

2. Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 94/MENKLH/1992 tentang Baku Mutu Kebisingan.

3. Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKL/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.


(34)

g. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintahan Daerah setempat.

h. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 Tahun.

3. Bangunan

a. Untuk SMP/MTs yang memliki 15 sampai dengan 32 peserta didik per rombongan belajar, bengunan memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada tabel di bawah.

Tabel 3 Bangunan22

No. Banyak

Rombongan Belajar

Rasio Minimum Luas Lahan Terhadap Peserta didik (M2/Peserta Didik)

Bangunan satu lantai

Bangunan dua lantai

Bangunan tiga lantai

1 3 6,9 7,6 -

2 4-6 4,8 5,1 5,3

3 7-9 4,1 4,5 4,5

4 10-12 3,8 4,1 4,1

5 13-15 3,7 3,9 4,0

22

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah


(35)

6 16-18 3,6 3,8 3,8

7 19-21 3,5 3,7 3,7

8 22-24 3,4 3,6 3,7

9 25-27 3,4 3,6 3,6

b. Untuk SMP/MTs yang memliki kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar, lantai bangunannya memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada tabel di bawah. Pada tabel di bawah luas minimum lantai bangunan untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per rombongan belajar.

Tabel 4 Bangunan23

No. Banyak

Rombongan Belajar

Rasio Minimum Luas Lahan Terhadap Peserta Didik (M2/Peserta Didik)

Bangunan satu lantai

Bangunan dua lantai

Bangunan tiga lantai

1 3 420 480 -

2 4-6 540 610 640

3 7-9 680 740 770

4 10-12 820 880 910

5 13-15 970 1040 1070

6 16-18 1140 1230 1230

7 19-21 1270 1360 1360

23

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah


(36)

8 22-24 1430 1530 1530

9 25-27 1570 1670 1670

c. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri: 1) Koefisien dasar bangunan maksimum 30%;

2) Koefesien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bengunan gedung yang ditetapkan dalam peraturan Daerah; 3) Jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis

sempadan bangunan dengan ruas jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara ruas jalan dan pagar halaman yang diterapkan dalam Peraturan Daerah.

4) Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut

a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya. b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan /atau proteksi aktif

untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

5) Bangunan memenuhi persayaratan kesehatan berikut: a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara

dan pencahayaan yang memadai.

b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan.


(37)

c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

6) Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksebilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

7) Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.

a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang

baik.

c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan. 8) Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.

a. Maksimum terdiri dari tiga lantai

b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan dan kesehatan pengguna.

9) Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut. a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat,

dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.

b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas.

10)Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt

11)Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara profesional.

12)Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 45, dan mengacu pada standar PU.


(38)

13)Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.

14)Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut.

a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun jendela/pintu penutup lantai penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.

b. Pemeliharaan berat, meliputi pengatian rangka atap, rangka plafon, rangka kayu, kusen dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.

15)Bangunan dilengkapi izin mendirikan banguan dan izin pengguna sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kelengkapan Sarana Dan Prasarana

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas,

2. Ruang perpustakaan, 3. Ruang laboratorium IPA, 4. Ruang pimpinan,

5. Ruang guru, 6. Ruang tata usaha, 7. Tempat beribadah, 8. Ruang konseling, 9. Ruang UKS,

10.Ruang organisasi kesiswaan, 11.Jamban,

12.Gudang,

13.Ruang sirkulasi,

14.Tempat bermain/berolahraga.24

24

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS),


(39)

Dalam pengadaan satuan pendidikan, lahan, bangunan dan kelengkapan sarana dan prasaran pendidikan harus sesuai dengan standar yang tertera dalam Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2007 yang telah dipaparkan diatas. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif serta efisien. Permen ini berlaku bagi setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia, apabila tidak dilaksanakan akan menghambat proses belajar dan mutu output pendidikan yang ada di lembaga pendidikan tersebut tertinggal dalam segi prestasi.

Penjelasan yang lebih rinci dari lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) sebagai berikut: 1. Lahan adalah bidang permukaan tanah yang diatasnya terdapat

sarana dan parasarana sekolah/madrasah meliputi bangunan, lahan praktik, lahan untuk sarana dan parasarana penunjang, dan lahan pertamanan.

2. Gedung adalah bangunan yang digunakan untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah.

3. Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus.

4. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. 5. Ruang laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara

praktik yang memerlukan peralatan khusus.

6. Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan untuk melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah.

7. Ruang guru adalah ruang untuk guru bekerja diluar kelas, beristirahat, dan menerima tamu.


(40)

8. Ruang Tata Usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi sekolah/madrasah.

9. Ruang konseling adalah ruang untuk peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

10.Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan dini dan ringan di sekolah/madrasah.

11.Tempat beribadah adalah tempat warga sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masng-masing pada waktu sekolah.

12.Ruang organisasi kesiswaan adalah ruang untuk melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik. 13.Jamban adalah ruang untuk buang air besar dan/atau kecil 14.Gudang adalah ruang untuk menyimpan peralatan

pembelajaran diluar kelas, peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip sekolah/madrasah.

15.Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan sekolah/madrasah

16.Tempat olahraga/tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olahraga.25

Ketentuan-ketetuan mengenai standar setiap ruang di sekolah beserta sarana yang ada. Setiap ruang diatur dalam standar yang di jelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia dari perabot, media pendidikan yang digunakan dalam pembelajaran dan perlengkapan lainnya yang dipakai di dalam kelas akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:26

25

http://www.puskur.net/download/uu/90permen_24_2007_Stdr-SarPras.Pdf 26

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),


(41)

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah diahadirkan.

b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 32 peserta didik. d. Rasio minimum ruang kelas adalah 2 m²/peserta didik,

rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 5 m.

e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

g. Ruang kelas dilengkapi dengan sarana yang di dalamnya terdapat perabot: Kursi peserta didik, meja peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, dan papan panjang. Selanjutnya ada media pendidikan yaitu papan tulis, kemudian ada perlengkapan lain yang dibutuhkan di dalalam ruang kelas yaitu tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding dan kontak kotak. Sarana yang terdapat di ruang kelas tersebut harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Ruang Perpustakaan,

a. Ruang Perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan

Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah


(42)

pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu setengah kali luas ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5 cm.

c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

d. Ruang perustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah dicapai.

e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada standar sarana yang berlaku, yaitu buku yang terda[at di dalam perpustakaan adalah: buku teks pelajaran, buku panduan pendidikan, buku pengayaan, buku referensi, dan sumber lainnya. Kemudian ada juga perabot yang mendukung kelengkapan perpustakaan sekolah, yaitu: rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, lemari catalog, lemari, papan pengumuman dan meja multimedia. Selanjutnya ada media pendidikan juga yang dibutuhkan dalam perpustakaan yaitu peralatan multimedia, kemudian ada perlengkapan lainnya juga seperti buku inventaris, tempat sampah, kotak kontak dan jam dinding sesuai standar yang telah ditetapkan.

3. Ruang Laboratorium IPA,

a. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya tempat kegiatan pembelajaran IPA secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA adalah 2,4 m²/peserta didik. untuk rombongan belajar dengan peserta didik


(43)

kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium adalah 48 m². termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m². Lebar minimum ruang laboratorium IPA adalah 5 m².

d. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk member pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

e. Tersedia air bersih.

f. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan sarana yang di dalamnya ada perabot: kursi, meja peserta didk, meja demonstrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari bahan,dan bak cuci. Peralatan pendidikan juga di butuhkan dan sangat penting dalam menunjang proses belajar mengajar/praktik, diantaranya: mistar, jangka sorong, timbangan, stopwatch, rol meter, thermometer 100 C, gelas ukur, massa logam, multimeter AC/DC, 10 kilo ohm/volt, batang magnet, globe, model tata surya, garpu tala, bidang miring, dynamometer, katrol tetap, katrol bergerak, balok kayu, percobaan muai panjang, percobaan optik, percobaan rangkaian listrik, gelas kimia, model molekul sederhana, pembakar spiritus, cawan penguapan, kaki tiga, plat tetes, pipet tetes+karet, mikroskop monokuler, kaca penmbesar, poster genetika, model kerangka manusia, model tubuh manusia, gambar/model pencernaan manusia, gambar/model system peredarana darah manusia, gambar/model system pernafasan manusia, gambar/model jantung manusia, gambar/model mata manusia, gambar/model telingan manusia, gambar/model tenggorokan manusia, dan petunjuk percobaan. Ada juga media pendidikan yaitu papan tulis, dan perlengkapan lain yang juga menunjang kelengkapan ruang laboratorium IPA, diantaranya: kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, dan jam dinding. Semua sarana yang terdapat di dalam ruang laboratorium IPA harus sesuai standar yang telah di tetapkan.


(44)

4. Ruang Pimpinan,

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan denga sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsure komite sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.

b. Luas minimum ruang pimpinan adalah 12 m² dan lebar minimum adalah 3 m. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah/madrasah, dapat dikunci dengan baik.

Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana terdapat standar yang telah ditetapkan yaitu perabot: kursi pimpinan, meja pimpinan, kursi danmeja tamu, lemari, dan papan statistic. Kemudian terdapat perlengkapan liannya yaitu: symbol kenegaraan, tempat sampah, dan jam dinding.

5. Ruang Guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu baik peserta didik maupun tamu lainnya. b. Rasio minimum luas ruang guru adalah 4 m²/pendidik atau luas

minimum adalah 40 m².

c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

d. Ruang guru dilengkapi sarana yang di dalamnya terdapat perabot: kursi kerja, meja kerja, lemari, kursi tamu, papan statistikdan papan pengumuman. Dalam ruang guru juga terdapat perlengkapan lain seperti tempat sampah, tempat cuci tangan, dan jam dinding.


(45)

6. Ruang Tata Usaha

a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan administrasi sekolah/madrasah.

b. Rasio mminimum luas ruang tata usaha adalah 4 m²/petugas dan luas minimum adalah 16 m².

c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari lingkungan sekolah/madrsah, serta dekat denga ruang pimpinan.

d. Ruang tata usaha dilengkapi sarana yang di dalamnya ada kursi kerja, meja kerja, lemari, dan papan statistik yang termasuk dalam perabotan. Kemudian dibutuhkan juga perlengkpan lain yaitu: mesin ketik/kom;puter, filling cabinet, brankas, telepon, jam dinding, kotak kontak, penanda waktu, dan tempat sampah sesuai dengan standar yang ada.

7. Tempat Beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah/madrasaah.

b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SMP/MTs, dengan luas minimum adalah 12 m².

c. Tempat beribadah dilengkapi dengan sarana diantaranya perabot yang di dalamnya terdapat lemari/rak. Kemudian perlengkapan lain diantaranya perlengkapan ibadah dan jam dinding sesuai dengan satndar yang telah ditetapkan.

8. Ruang Konseling

a. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.


(46)

c. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik.

d.Ruang konseling dilengkapi sarana meja kerja, kursi kerja, kursi tamu, lemari, dan papan kegiatan. Dan juga peralatan konseling yaitu instrument konseling, buku sumber, dan media pengembangan kepribadian. Kemudian perlengkapan lainnya yaitu jam dinding.

9. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah. b. Luas minimum ruang UKS adalah 12 m².

c. Ruang UKS dilengkapi sarana yang di dalamnya ada perabot yaittu: tempat tidur, lemaru, meja, dan kursi. Dan perlengkapan lainnya diantaranya catatan kesehatan peserta didik, perlengkapan P3K, tandu, selimut, tensimeter, thermometer badan, timbangan badan, pengukur tinggi badan, tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding.

10.Ruang Organisasi Kesiswaan

a. Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan keguatan kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.

b. Luas minimum ruang organisasi kesiswaan adalah 9 m².

Ruang organisasi kesiswaan dilengkapi sarana diantaranya meja, kursi, papan tulis, dan lemari. Perlengkapan lainnya yaitu jam dinding.

11.Jamban


(47)

b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setuap 40 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 orang peserta didik wanita, dan 1 unit jamban guru. Jumlah minimum jamban di setiap sekolah/madrasah adalah 3 unit.

c. Luas minimum 1 unit jamban adalah 2 m².

c. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, mudah dibersihkan.

d. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

e. Jamban dilengkapi sarana yang termasuk dalam perlengkapan lainnya yaitu: kloset jongkok, tempat air, gayung, gantungan pakaian, dan tempat sampah.

12.Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

b. Luas minimum gudang adalah 21 m². c. Gudang dapat dikunci

d. Gudang dielngkapi sarana yang di dalamnya ada perabot lemari dan rak untuk menyimpan barang-barang yang tidak manfaatkan kembali atau barang-barang yang akan digunakan.

13.Ruang sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah/madrasah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dihalaman sekolah/madrasah.


(48)

b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan sekolah/madrasah dengan luas minimum adalah 30% dari luas total seluruh ruang pada banguan, lebar minimum adalah 1,8 m, dan tinggi minimum adalah 2,5m.

c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.

e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dilengkapi dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.

f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.

g. Lebar minimum tangga adalah 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga adalah 17 cm, lebar anak tangga adalah 25-30 cm, dan dilengkapi dengan pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.

h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

i. Ruang sirkulasi vertical dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

14.Tempat Bermain/Berolahraga.

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan ekstrakulikuler.


(49)

b. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga adalah 3 m²/peserta didik. Jika banyak peserta didik kurang dari 334 orang, maka luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1000 m². c. Di dalam luasan tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran

minimum 30 m x 20 yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan berolahraga.

d. Sebagian tempat bermain ditanami pohon penghijauan.

e. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang paling sedikit mengganggu proses pembelajaran di kelas.

f. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir. g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana atau peralatan

pendidikan yaitu: tiang bendera, bendera, peralatan bola voli, peralatan sepak bola, peralatan bola basket, peralatan senam, peralatan atletik, peralatan seni budaya, dan peralatan keterampilan. Kemudian perlengkapan lain yang dibutuhkan yaitu pengeras suara dan tape recorder. Semua standar dalam sarana yang termasuk dalam kelengkapan sarana di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah akan dijelaskan lebih rinci dalam lampiran.

B.

Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Menurut Winarto Hamiseno, yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, pengelolaan adalah substantif (inti) atau maknanya sama dengan mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.27

Istilah lain dari kata pengelolaan adalah ‘’Manajemen’’. Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu

27

Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,


(50)

Management. Manajemen atau pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar Sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar dan efektif.28Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi, lembaga, sekolah, karena tanpa manajemen semua usaha yang dilakukan akan sia-sia dan sulit untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang baik. Sedangkan menurut Nanang Fatah, manajemen atau pengelolaan diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.29

Manajemen pada dasarnya merupakan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.30 Jadi, manajemen adalah proses penyatuan atau pengintegrasian sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi satu kesatuan dengan cara mengelola atau mengatur untuk menyelesaikan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatu kegiatan yang meliputi antara ,lain, perencanaan, pengorganisasian, sampai kepada pengawasan untuk mencapai tujuan oganisasi yang efektif dan efesien.

Pencapaian mutu pendidikan akan semakin optimal apabila faktor-faktor di dalam proses pendidikan yang mendukung berjalannya proses belajar mengajar dapat terpenuhi. Salah satu faktornya yaitu sarana dan prasarana yang memadai dan dapat menunjang proses transferisasi ilmu pengetahuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik. Peran yang dijalankan sarana dan prasarana pedidikan sangatlah penting, karena mempunyai fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam melancarkan kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah bertanggung jawab di dalam memenuhi kebutuhan dan

28

Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas…,hal. 8 29

Nanang, Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), h. 1.

30

Muhaimin, Suti’ah dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan (Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.4


(51)

kelengkapan barang-barang serta fasilitas sekolah yang akan digunakan oleh pihak sekolah. Maka, hal ini membutuhkan langkah-langkah sistematis yang terwujud dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Proses ini mempunyai tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Adapun ruang lingkup dari pengelolaan sarana dan prasarana yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Yaitu:

1. Merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan

2. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan

3. Melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah/madrasah

4. Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkatan 5. Pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan

kesehatan dan keamanan lingkungan.31

Ruang lingkup pengelolaan yang tertera didalam Peraturan Menteri yang telah dijelaskan tersebut langkah awalnya adalah dengan kegiatan perencanaan kemudian evaluasi sarana dan prasarana. selanjutnya pengadaan dengan cara melengkapi fasilitas yang ada di sekolah terutama fasilitas untuk proses pembelajaran, langkah berikutnya yaitu dengan menyusun skala prioritas pengambangan fasilitas yang ada di sekolah dengan menyesuaikan kebutuhan pendidikan yang ada di dalamnya seperti media pendidikan dan alat peraga yang mengacu pada kurikulum yang digunakan disekolah tersebut, serta langkah terakhir adalah dengan kegiatan pemeliharaan semua fasilitas yang ada di sekolah. Selain tertera didalam peraturan menteri, Ada juga beberapa yang berpendapat tentang langkah-langkah pengelolaan sarana dan prasarana, diantaranya adalah menurut Piet A. Sahertian pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

31

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang StandarPengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, h.24


(52)

1. Perencanaan dan penentuan kebutuhan perlengkapan sekolah 2. Penganggaran dan perencanaan biaya

3. Pengadaan

4. Penyimpanan dan penyaluran 5. Pemeliharaan perlengkapan 6. Penghapusan

7. Pengendalian32

Pendapat yang disampaikan oleh Piet Sahertian sama halnya dengan yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Bahwa langkah pertama yang digunakan dalam pengelolaan diawali dengan kegiatan perencanaan. Hal ini dapat meliputi penentuan kebutuhan perlengkapan sekolah baik perlengkapan administrasi, media dan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran dan proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Namun, tahapan-tahapan selanjutnya mengalami beberapa perbedaan-perbedaan yang sangat jelas, antara lain menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional langkah berikutnya adalah mengevaluasi, menyusun skala prioritas, dan pemeliharaan fasilitas. Sedangkan Piet sahertian berpendapat langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam penglolaan sarana dan prsarana pendidikan yaitu: penganggaran dan perencanaan biaya, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan, penghapusan dan yang terakhir adalah penendalian. Perbedaan ini disebabkan langkah-langkah yang dipaparkan oleh Piet Sahertian lebih terperinci dan lebih detail sedangkan dalam Peraturan Menteri yang menguraikan proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan langkah-langkah atau tahapannya lebih secara umum.

Senada dengan pendapat Piet sahertian yang menjelaskan ruang lingkup pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan secara lebih rinci yaitu berawal dari perencanaan sampai dengan tahap pengendalian. hal ini dapat dijumpai dari pendapat Ary H gunawan yang menjelaskan secara Kronologis-Operasional kagiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi:

32 Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. 1, h. 170


(53)

1. Perencanaan pengadaan barang 2. Prakualifikasi rekanan

3. Pengadaan barang

4. Penyimpanan, inventarisasi, penyaluran 5. Pemeliharaan, rehabilitasi

6. Penghapusan dan penyingkiran 7. Pengendalian33

Tahapan atau langkah-langkah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijelaskan di atas, dari langah awal awal hingga akhir dapat terlihat jelas banyaknya persamaan tahapan yang harus dilaksanakan dengan pendapat Piet Sahertian. Hanya saja terdapat perbedaan sedikit yaitu dalam kegiatan penganggaran dan perencanaan biaya. Di dalam pendapat Ary H Gunawan kegiatan ini dimasukan ke dalam tahapan perencanaan pengadaan barang. Jadi, dalam kegiatan perencanaan selain merencanakan apa saja barang-barang yang akan dipenuhi kebutuhannya di sekolah, kegiatan ini juga meliputi berapa banyak biaya yang dibutuhkan oleh sekolah dalam memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah dan penganggaran untuk pengalokasian dana untuk pemeliharaan fasilitas yang ada di sekolah. Perbedaan selanjutnya yaitu pada tahapan prakualifikasi rekanan yang ada di dalam proses pengelolaan yang dijelaskan oleh Ary H Gunawan. Kegiatan ini meliputi adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak pengadaan barang yang akan digunakan sekolah. Bentuk kegitan ini dilakukan dengan sistem tender atau lelang, hal ini dilakukan karena dikhawatirkan adanya manipulasi dan penyalahgunaan anggaran dana dan biaya yang akan dikeluarkan pihak sekolah dengan kualitas yang diinginkan sekolah.

Berbeda dengan tiga pendapat yang telah dijelaskan di atas, bahwa ruang lingkup pengelolaan berawal dari kegiatan perencanaan yang di dalamnya meliputi kegiatan perencanaan biaya atau penganggaran alokasi dana untuk kebutuhan perlengkapan sekolah. lain halnya dengan yang dijelaskan oleh Ibrahim Bafadal bahwa proses pengelolaan sarana dan parasarana

33

Drs Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. 1, h. 116


(54)

pendidikan berawal dari kegiatan pengadaan. Hal ini dapat dicermati dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengadaan

- Analisis kebutuhan - Analisis Anggaran - Seleksi

- Keputusan - Pemerolehan 2. Pendistribusian

- Pengalokasian - Pengiriman

3. Penggunaan dan pemeliharaan 4. Inventarisasi

5. Penghapusan34

Dari langkah-langkah di atas, dapat dilihat jelas persamaan pendapat dari Piet Sahertian dan Ary H Gunawan bahwa proses awal dari pengelolaan sarana dan parasarana pendidikan diawali dengan perencanaan pengadaan kebutuhan perlengkapan sekolah, kemudian langkah selanjutnya adalah proses pengadaan barang-barang atau perlengkapan sekolah. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan pendapat Ibrahim Bafadal terdapat perbedaan yang menyatakan bahwa langkah awalnya yaitu: pengadaan dan perencanaan dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan digabungkan menjadi satu kegiatan yang di dalamnya ada langkah-langkah yang harus ditempuh. antara lain: merencanakan, menganalisis kebutuhan, menganalisis anggaran, memenuhi, memperoleh dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan35.

Pengadaan perlengkapan sekolah biasanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan di sekolah. Penyesuaian ini diharapkan seiring dengan upaya yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah sebagai bentuk kepedulian pada pendidikan. sehingga tujuan

34

Ibrahim, Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 2, h. 7

35

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang StandarPengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, h.24


(55)

pendidikan yang diinginkan dapat tercapai yaitu membentuk peserta didik yang mempunyai mutu yang optimal.

Jadi, pada hakikatnya empat pendapat yang telah dikemukakan mempunyai banyak persamaan di dalam tahapan-tahapan yang akan ditempuh dalam proses pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Hanya saja ada yang dijelaskan secara umum dan ada juga yang menjelsakan secara terperinci/detail. Dan dari keempat pendapat tersebut, dapat penulis analisa bahwa adanya ruang lingkup pengelolaan sarana dan prasarana yang berbeda pada tahapan-tahapan yang akan dijalankan untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa untuk mengelola sarana dan prasarana yang maksimal harus dimulai dari perencanaan. Hal ini terbukti dalam setiap kegiatan yang memerlukan pengelolaan, pasti diawali dengan perencanaan. karena perencanaan merupakan kegiatan untuk memulai program yang akan dilaksanakan secara sistematis. oleh karena itu, dalam tahap awal pegelolaan sarana dan prasarana pendidikan membutuhkan perencanaan. Dari keempat pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan yaitu standar pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan mempunyai tahapan-tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut: 1) Perencanaan, 2) Pengadaan, 3) Pemeliharaan, 4) Penghapusan, dan 5) Pengendalian. Adapun penjelasan dari langkah-langkah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Adanya perencanaan memudahkan sekolah untuk mengelola dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan apa saja yang akan dipenuhi dalam program kerja perencanaan sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan adanya perencanaan ini, komitmen dan usaha keras pihak sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan dapat terwujud dengan baik. Adapun perencanaan dalam pengelolaan dalam sarana dan prasarana pendidikan akan dijelaskan sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)