unsur terkait harus menjadikan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas pembangunan nasional, sehingga bencana dapat dicegah atau paling tidak dapat
dikurangi dampaknya.
C. Manajemen Penanggulangan Bencana Disaster Management
Bencana telah secara negatif mempengaruhi manusia sejak awal keberadaan manusia.Dalam menanggapinya, individu-individu dan masyarakat
sama-sama telah melakukan banyak percobaan untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap konsekuensi dari bencana-bencana ini, mengembangkan
langkah-langkah untuk mengatasi dampak awal, serta tanggap pasca-bencana dan kebutuhan pemulihan. Terlepas dari pendekatan yang diterapkan, keseluruhan
upaya ini memiliki tujuan yang sama: manajemen bencana.
63
Konsep yang mendorong yang mempedomani manajemen bencana tersebut, yaitu pengurangan bahaya terhadap kehidupan, properti, dan lingkungan,
sebagian besar sama di seluruh dunia. Namun, kemampuan untuk melaksanakan misi ini tidak berarti seragam. Baik karena alasan politik, kebudayaan, ekonomi,
atau alasan-alasan lainnya, realitas yang disayangkan adalah bahwa beberapa negara dan beberapa daerah lebih mampu daripada negara atau daerah yang lain
untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi, tidak ada satu bangsa pun, terlepas dari kemakmuran atau pengaruhnya, yang sejauh ini terdepan seperti menjadi kebal
secara penuh dari pengaruh negatif bencana.Terlebih lagi, munculnya ekonomi
63
Damon P. Coppola, Op. Cit., hal 1.
Universitas Sumatera Utara
global membuatnya lebih dan lebih sulit lagi untuk menahan konsekuensi dari bencana apapun dalam batas-batas suatu negara.
64
Mengelola bencana tidak bisa dilakukan hanya dengan cara dadakan atau insidentil, tetapi harus dilakukan secara terencana dengan manajemen yang baik,
jauh sebelum suatu bencana terjadi melalui suatu proses yang disebut manajemen bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijaksanaan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
65
Manajemen bencana membahas tentang bagaimana mengelola resiko bencana.Meliputi persiapan, pemberian dukungan dan pembangunan kembali
masyarakat ketika bencana terjadi. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang berkelanjutan dimana setiap individu, kelompok dan masyarakat mengelola
bahaya dalam sebuah usaha untuk menghindari dan mengatasi pengaruh bencana sebagai akibat dari bencana tersebut. Manajemen bencana adalah sebuah proses
yang terus-menerus dimana pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil merencanakan dan mengurangi pengaruh bencana, mengambil tindakan segera
setelah bencana terjadi dan mengambil langkah-langkah untuk pemulihan. Prinsip manajemen bencana adalah bagaimana mengatasi keterbatasan manusia dalam
memprediksi dan menghadapi bencana, yang kemudian dituangkan dalam strategi dan kebijakan dalam mengantisipasi, mencegah dan menangani bencana melalui
tahapan penanggulangan bencana.
66
64
Ibid.
65
Soehatman Ramli, Op. Cit., hal 27.
66
A. B. Susanto, Op. Cit., hal 10.
Universitas Sumatera Utara
Menurut UU No. 24 Tahun 2007, manajemen bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Manajemen bencana pada dasarnya dapat dibagi atas tiga tingkatan
yaitu pada tingkat lokasi, tingkat unit atau daerah dan tingkat nasional atau korporat.Untuk tingkat lokasi disebut manajemen insiden incident management,
pada tingkat daerah atau unit disebut manajemen darurat emergency management
dan pada tingkat yang lebih tinggi disebut manajemen krisis crisis management
.
67
Manajemen insiden incident management yaitu penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di tempat kejadian. Biasanya dilakukan oleh tim tanggap
darurat yang dibentuk oleh petugas-petugas lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penanggulangan bencana pada tingkat ini bersifat
teknis.Manajemen darurat emergency management yaitu upaya penanggulangan bencana di tingkat yang leih tinggi yang mengkoordinir lokasi
kejadian.Manajemen krisis crisis management berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya tingkat nasional atau tingkat korporat bagi suatu perusahaan yang
mengalami bencana.Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan ini adalah berdasarkan fungsinya yaitu taktis tactic dan strategis strategic.
Pada tingkat manajemen insiden, tugas dan tanggung jawab lebih banyak bersifat taktis, dan semakin ke atas tugasnya akan lebih banyak menangani hal-hal yang
67
Soehatman Ramli, Op. Cit., hal 28.
Universitas Sumatera Utara
strategis.
68
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bencana adalah penegakan hukum law enforcement.Peraturan perundangan telah banyak
diterbitkan, namun pada implementasinya sering dilanggar.Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi maupun hukuman yang tegas walaupun sudah dinyatakan
dalam aturan.Sehingga ada istilah yaitu low law enforcement.
69
Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 tiga tahapan sebagai
berikut:
70
1. Pra Bencana
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi:
a. Kesiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak mudah dilakukan
karena menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin di tengah masyarakat.Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat
menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
b. Peringatan dini
68
Ibid ., hal 28-29.
69
Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Op. Cit., hal 93.
70
Disadur dari Soehatman Ramli, Op. Cit., hal 31-38.
Universitas Sumatera Utara
Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum bencana terjadi adalah peringatan dini. Langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan kepada
masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian seperti banjir, gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, atau badai.
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan datangnya suatu
bencana di daerahnya masing-masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak
berwenang mengenai kemungkinan akan datangnya suatu bencana. c.
Mitigasi bencana Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak
yang ditimbulkan akibat suatu bencana.Dari batasan ini sangat jelas bahwa mitigasi bersifat pencegahan sebelum kejadian. Mitigasi bencana harus
dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan antara lain:
1. Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana.
2. Pendekatan manusia
Pendekatan secara manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana.
3. Pendekatan administratif
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya di tahap mitigasi.
4. Pendekatan kultural
Masih ada anggapan dikalangan masyarakat bahwa bencana itu adalah takdir sehingga harus diterima apa adanya. Hal ini tidak sepenuhnya
benar, karena dengan kemampuan berpikir dan berbuat, manusia dapat berupaya menjauhkan diri dari bencana dan sekaligus mengurangi
keparahannya.Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kultural untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana.Melalui pendekatan kultural,
pencegahan bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah membudaya sejak lama.
2. Saat bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi.Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti
tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.
a. Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana response adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Tanggap darurat adalah tindakan segera yang dilakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengatasi kejadian bencana. Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang dibentuk di masing-masing daerah atau
organisasi. b.
Penanggulangan bencana Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan
khusus menurut kondisi dan skala kejadian.Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu tim tanggap
darurat harus diorganisir dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.
3. Pasca bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Di tingkat industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan untuk
mengembalikan jalannya operasi perusahaan seperti sebelum bencana
Universitas Sumatera Utara
terjadi.Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalannya perusahaan seperti semula.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Proses rekonstruksi tidak mudah dan memerlukan upaya keras dan terencana dan peran serta semua anggota masyarakat. Sebagai contoh,
rekonstruksi Aceh pasca tsunami memerlukan waktu tidak kurang dari 5 tahun agar kondisi fisik dan mental, lingkungan dan teknis, serta prasarana
ekonomi dibangun kembali dan diharapkan akan lebih baik dibanding kondisi sebelum bencana.
Manajemen bencana harus dikembangkan dan dilaksanakan secara terencana dan sistematis.Penerapannya tidak sederhana namun membutuhkan
berbagai aktivitas yang saling terkait satu dengan lainnya.Manajemen bencana juga harus mencakup seluruh fase dimulai dari pra bencana, bencana dan pasca
bencana.
71
71
Ibid ., hal 39.
Masing-masing tahapan dalam upaya penanggulangan bencana tidak dapat dipisah-pisah secara nyata ketat dan kaku, tetapi diantara tahapan tersebut
saling berhubungan dan bergantung.
Universitas Sumatera Utara
Banyak sekali tugas atau kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap fase tersebut. Untuk itu manajemen bencana memerlukan berbagai elemen yang
mendukung penerapannya antara lain:
72
1. Kebijakan Manajemen
2. Identifikasi Keadaan Darurat
3. Perencanaan Awal
4. Prosedur Tanggap Darurat
5. Organisasi Tanggap Darurat
6. Sumberdaya dan Sarana
7. Pembinaan dan Pelatihan
8. Komunikasi
9. Inspeksi dan Audit
10. Investigasi dan Pelaporan
Kesepuluh elemen ini sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan penerapan manajemen bencana.
73
D. Aspek Hukum Internasional Dalam Penanganan Bencana