Dimensi-dimensi Keberagamaan Fungsi Sosial Kontrol

D. Dimensi-dimensi Keberagamaan

Berbagai fenomena sosial banyak ditimbulkan oleh agama diantaranya berupa stuktur sosial, pranata sosial dan dinamika masyarakat. Dalam masyarakat majemuk atau plural, jika kita perhatikan, ekspresi agama yamg dianut oleh manusia sangatlah bervariasi dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tentunya mengasumsikan bahwa agama-agama yang ada memiliki perbedaan pula dalam menjalankannya. Nampak bahwa perbedaan- perbedaan atau variasi-variasi itu bersifat sangat mendasar dan dapat pula dikatakan bahwa variasi itu amat terinci dan sangat jelas antara satu dengan yang lainnya. Namun begitu, diluar perbedaan dan variasi yang bersifat khusus dalam keyakinan dan praktek ibadah tersebut, nampaknya terdapat konsensus umum dalam semua agama di mana keberagamaan itu diungkapkan. Konsensus umum ini menciptakan seperangkat dimensi inti dari keberagamaan itu. Menurut Glock dan Stark ada lima dimensi yang dapat dibedakan, di mana di dalam setiap dimensi aneka ragam kaidah dan unsur-unsur yang lainnya dari berbagai agama dunia dapat digolong-golongkan, dimensi-dimensi itu antara lain: keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan agama dan konsekuensi-konsekuensi. 32 32 Robertson Roland, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1993, h. 295 1. Dimensi keyakinan: Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi dalam agama dan tradisi yang sama keanekaragaman keyakinan itu seringkali terjadi. 2. Dimensi Praktek Agama: Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua aspek penting pertama ritual, berkaitan dengan seperangkat upacara- upacara keagamaan, perbuatan religius formal dan perbuatan-perbuatan mulia yang diinginkan oleh semua agama agar dilakukan oleh penganutnya. Kedua berbakti atau ketaatan, hampir sama dengan ritual akan tetapi memiliki perbedaan penting. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air. Aspek komitmen ritual sangat formil dan bersifat publik, tetapi disamping itu semua agama yang dikenal mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relative spontan, informal dan khas pribadi. 33 3. Dimensi pengalaman: Dimensi ini berhubungan dengan pengalaman- pengalaman religius, yakni persamaan persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami oleh seorang pelaku atau yang oleh suatu kelompok 33 Robertson Roland, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, h. 296 keagamaan atau suatu masyarakat dianggap melibatkan semacam komunikasi, betapapun halusnya, dengan suatu esensi mulia, yakni dengan Tuhan, dengan realitas tertinggi, dengan kekuasaan transendental. 34 Tegasnya, ada kontras-kontras yang nyata dalam berbagai pengalaman tersebut yang dianggap layak oleh berbagai tradisi dan lembaga keagamaan dan agama juga bervariasi dalam hal dekatnya jarak dengan prakteknya. Namun setiap agama memiliki paling tidak nilai minimal terhadap sejumlah pengalaman subyektif keagamaan sebagai tanda kereligiusan individu. 35 4. Dimensi pengetahuan agama: Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan mereka. Dimensi ini berkaitan erat dengan dimensi keyakinan, karena pengetahuan tentang sesuatu yang diyakini merupakan prasyarat yang diperlukan bagi penerimanya. Namun pada hakekatnya, keyakinan tidak selalu berasal dari pengetahuan, demikian pula tidak semua pengetahuan agama dihubungkan dengan keyakinan terhadap agama itu. Seseorang bisa saja memegang teguh suatu keyakinan tanpa benar-benar memahaminya, artinya keyakinan dapat timbul atas pengetahuan yang sedikit. 36 34 Robertson Roland, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, h. 296 35 Robertson Roland, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, h. 297 36 Robertson Roland, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, h. 297 5. Dimensi konsekuensi: Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat- akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari kehari. Disini terkandung makna ajaran “kerja” dalam pengertian teologis. 37 Hampir senada dengan yang dikemukakan oleh Glock dan Stark ini, Harjana berpendapat bahwa sistem atau struktur agama itu terdiri dari empat segi yakni: eksistensial, intelektual, institusional dan etika. 38 Segi eksistensial menjelma dalam iman dan kepercayaan, dengan iman ini manusia membangun pandangan dunia world view dan sekaligus sebagai sumber dan penyangga hidup. Segi intelektual menyangkut bagaimana penganut agama memahami Tuhan, kitab suci, hakikat iman, ibadah dan moralitas yang terbentuk dalam pernyataan-peryataan, ungkapan-ungkapan, tulisan-tulisan dan simbol-simbol. Segi institusional berkenaan dengan kelembagaan dan pengorganisasian agama. Sedangkan segi etika mengungkapkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan dalam perilaku. Iman kepada Tuhan ini tidak hanya mempengaruhi unsur batiniyah tetapi juga perilaku lahiriyah. 39 Dalam bahasa lain disebutkan bahwa seperangkat dimensi inti dari keberagamaan itu terdiri dari dimensi intelektual, spiritual, mistikal dan 37 Robertson Roland, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, h. 297 38 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung : Rosdakarya, 2001, h. 20 39 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, h. 23 institusional. 40 Pada intinya dimensi-dimensi tersebut memberikan implikasi yang seperti apa kemudian seseorang itu memahami keagamaannya sangat sukar untuk ditentukan secara hirarki. 40 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, h. 16

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN SUBYEK PENELITIAN

A. Latar Belakang Pendidikan, Ekonomi dan Keagamaan Masyarakat di Sekitar Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami RW. 0404 Kampung Banyusuci Kampung Banyusuci merupakan salah satu kampung yang berada di bawah naungan Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Kampung Banyusuci terletak disebelah selatan dari kantor Kecamatan, luasnya sekitar 4,6 hektar. keadaan Kampung Banyusuci masih cukup asri, karena dikelilingi oleh beberapa sungai serta pohon-pohon yang cukup rindang sehingga terlihat seperti daerah perbukitan. Sebagian besar masyarakat Banyusuci merupakan penduduk asli yang turun temurun bertempat tinggal di daerah pemukiman yang dialiri anak sungai Cigatet. Meskipun sebagian besar warga yang bermukim di kampung ini adalah penduduk asli, namun keadaan mereka tidak semapan para pendatang. Para pendatang menguasai hampir sebagian besar aspek kehidupan di kampung Banyusuci. Meski demikian, jarang sekali terjadi konflik di antara penduduk asli dan pendatang. Hal ini disebabkan mereka sudah berbaur dan menyatu dengan masyarakat dan menjadi keluarga besar masyarakat kampung Banyusuci yang satu sama lain saling melengkapi. Selain itu wilayah pemukiman kampung Banyusuci sudah cukup padat. Adapun jumlah