Perilaku Menyikat Gigi dan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid SD

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Perilaku Menyikat Gigi dan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid SD

di Kota Medan Buruknya gambaran perilaku kesehatan gigi penduduk dilihat dari tingginya persentase penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi, tanggalnya gigi pada usia lanjut, kesembuhan gigi tanpa perawatan dokter, dan pernyakit gigi tidak berbahaya atau perawatan gigi dapat menimbulkan rasa sakit. Keyakinan ini akan berpengaruh buruk pada tindakan pemeliharaan dan pencegahan gigi. Demikian juga dalam hal kebiasaan menyikat gigi, persentase penduduk yang menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu sesudah makan sangat rendah 27,50 Situmorang, 2005. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perilaku menyikat gigi murid SD yang baik sebanyak 27,5, cukup 43,4 dan yang kurang 29,1 Tabel 4.5. Dapat dikatakan bahwa perilaku menyikat gigi murid SD belum dapat dikatakan baik. Hal ini didukung pula dengan hampir sebagian murid menyikat gigi pada waktu yang salah yaitu sebanyak 46,6 dan 37,5 murid mengganti sikat gigi jika bulu sikat gigi sudah melebar atau rusak. Keadaan ini bertolak belakang dengan perilaku murid dalam penggunaan pasta gigi berfluor dan kepemilikan sikat gigi. Sebanyak 63,4 menggunakan pasta gigi berfluor dan 88,1 murid memiliki sikat gigi sendiri Tabel 4.4. Natalina Hutabarat : Peran Petugas Kesehatan, Guru Dan Orang Tua Dalam Pelaksanaan UKGS Dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan Tahun 2009, 2009. Disamping itu, dapat dilihat bahwa perilaku menyikat gigi murid ini sangat kontras dengan pengetahuan murid tentang kesehatan gigi dan mulut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hampir semua murid mengetahui waktu menyikat gigi yang benar yaitu 83,1, pengetahuan jenis jajanan yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut juga cukup baik yaitu 96,6, mereka juga mengetahui dengan benar penyebab gigi berlubang 89,4 dan jika gigi berlubang mereka memilih untuk menambal atau mencabutnya Tabel 4.6. Dapat dikatakan bahwa murid-murid ini telah mengetahui mana yang baik untuk kesehatan gigi dan mulutnya, tetapi dalam mewujudkannya dalam perilaku masih juga buruk. Jika perilaku penggantian sikat gigi dan waktu menyikat gigi murid bisa berubah lebih baik tentu saja perilaku menyikat gigi murid akan baik pula dan secara perlahan-lahan buruknya gambaran perilaku kesehatan gigi penduduk akan memudar. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies gigi yang dinyatakan dengan indeks DMFT Decay Missing Filling Tooth. Organisasi Kesehatan Dunia WHO, 2001 menetapkan Oral Health Global Indicators for year 2015, bahwa skor DMFT pada kelompok usia 12 tahun tidak lebih dari 3. Dari hasil penelitian didapat status karies gigi DMFT rata-rata murid SD adalah 1,43 dengan decay rata-rata 1,14, missing 0,23 dan filling 0,06 Tabel 4.7. Rata-rata DMFT ini termasuk kategori rendah menurut WHO rendah : 1,2-2,6 dan Natalina Hutabarat : Peran Petugas Kesehatan, Guru Dan Orang Tua Dalam Pelaksanaan UKGS Dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan Tahun 2009, 2009. tidak lebih dari 3 sesuai skor DMFT pada kelompok usia 12 tahun pada Oral Health Global Indicators for year 2015 yang ditetapkan oleh WHO. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai suatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, perkembangan penyakit periodontal juga lambat namun apabila tidak dirawat akan menyebabkan kehilangan gigi Axellson, 2005. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT, 2004 yang dilakukan Departemen Kesehatan menyatakan prevalensi penyakit periodontal di Indonesia sampai mencapai 96,58. Dari hasil penelitian diperoleh sekstan sehat rata-rata adalah 3,32, sesuai dengan target WHO 2010 sekstan sehat ≥ 3, sekstan gingivitis 0,88 sesuai dengan target WHO 2010 yaitu 0,3-0,9 dan sekstan kalkulus 1,70 sesuai dengan target WHO 2010 yaitu 1,3-3,0 Tabel 4.8. Dari hasil penelitian didapat juga rata-rata indeks oral hygiene murid yaitu 1,71 dengan rata-rata indeks plak 1,13 dan dan indeks kalkulus 0,60 Tabel 4.9. Rata-rata OHIS murid SD ini tergolong sedang WHO, sedang : 1,3-3,0.

5.2. Peran Petugas Kesehatan, Guru Orkes dan Orang tua dalam

Dokumen yang terkait

Determinan Kinerja Petugas Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Puskesmas Kota MedanTahun 2014

0 59 100

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Guru-Guru Sekolah Dasar tentang Kesehatan Gigi dan Mulut di Medan

4 120 68

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

2 68 89

Hubungan Karakteristik dan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan”

14 137 83

Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri 060880 Dan 060890 Kecamatan Medan Polonia Tahun 2009

1 49 57

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid

0 75 1

Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009

3 57 186

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid SMU Di Kabupaten Langkat Tahun 2004

4 82 135

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH ( UKGS) Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Di PUSKESMAS Colomadu I Tahun 2013.

0 2 14

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI PUSKESMAS Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Di PUSKESMAS Colomadu I Tahun 2013.

0 1 14