Latar Belakang Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungannya Natoatmodjo, 2003. Secara implisit, kesehatan kerja mencakup sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya, yang terdiri dari pekerja informal dan formal, dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningkatnya efesiensi dan produktivitas Suma’mur, 1992. Salah satu tenaga kerja sektor formal yang berpotensi terhadap keadaan kesehatan kerjanya adalah bidan di rumah sakit. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan dan dapat ditempatkan pada unit-unit kerja pemerintah bidang kesehatan Depkes RI, 2007. Dedek Mulyanti : Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri…, 2008 USU e-Repository © 2009 Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan di sarana kesehatan Depkes RI, 2007. Salah satu bentuk pelayanan utama yang diberikan bidan adalah Asuhan Persalinan Normal APN. APN merupakan upaya yang dilakukan oleh bidan dalam pertolongan persalinan secara sehat dan normal yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang steril, serta penatalaksanaan komplikasi. Asuhan Persalinan Normal APN dapat dijadikan sebagai standar persalinan normal pada bidan-bidan yang ada di Rumah Sakit Umum dan puskesmas Depkes RI, 2007. Rumah sakit merupakan salah satu unit tugas bidan, dan merupakan salah satu sarana kesehatan yang berpotensi terhadap kecelakaan dan mempengaruhi kesehatan kerja bidan dan tenaga medis lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja di rumah sakit antara lain faktor lingkungan seperti paparan radiasi dari alat kesehatan yang digunakan, kecelakaan kerja akibat disfungsi alat yang digunakan, paparan bahan-bahan kimia serta faktor manusianya yaitu faktor kelalaian bidan dalam bekerja, penggunaan alat-alat medis yang tidak disterilkan terlebih dahulu, serta akibat tidak menggunakan alat pelindung diri Hasyim, 2005. Dedek Mulyanti : Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri…, 2008 USU e-Repository © 2009 Berdasarkan mekanisme pelaksanaan APN juga tidak terlepas dari pengunaan alat kesehatan, bahkan berpotensi terhadap gangguan kesehatan bidan, baik yang ditimbulkan oleh kondisi udara dalam ruangan, adanya paparan bahan kimia, maupun kesalahan tehnis secara tidak sengaja yang dilakukan oleh bidan. Sebagaimana diketahui bahwa para pekerja seperti bidan sering dihadapkan pada pejanan atau beban kerja yang berbahaya terhadap kesehatannya sehingga para pekerja dan pasien mempunyai potensi untuk mengalami gangguan kesehatan yang penanganannya memerlukan upaya-upaya khusus, baik di tempat kerjanya maupun dalam memberikan pelayanan kesehatan asuhan pertolongan persalinan normal. Sulistono,2002. Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit khususnya pada bidan,maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatik akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu diantaranya adalah penggunaan alat pelindung diri Suma’mur, 1981 Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara tehnis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya Suma’mur, 1981. Demikian juga dengan profesi bidan di rumah sakit yang tidak terlepas dari kecelakaan kerja yang mengakibatkan gangguan kesehatan dan traumatik bagi Dedek Mulyanti : Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri…, 2008 USU e-Repository © 2009 mereka dalam bekerja wajib menggunakan alat-alat perlindungan diri, seperti sarung tangan, baju khusus bagi bekerja di ruang operasi, penggunaan sepatu, dan alat pelindung diri lainnya Hasyim, 2005. Mengingat bahwa rumah sakit adalah sarana kerja yang tidak terlepas dari kecelakaannya maka perlindungan keselamatan bidan sangat penting dipertimbangkan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja. Pada pasal 9 ditegaskan bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesusilaan, pemeliharan kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan moral agama” Depnaker, 2003. Penjabaran UU No.1 Tahun 1970, menyebutkan “Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan peningkatan produktivitas Nasional. Setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap sumber produksi dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien” Depnaker, 2003. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pekerjaan bidang medis berisiko terhadap kecelakaan dan kesehatan kerja. Menurut Imamkhasani, 1990 kelompok petugas laboratorium menempati urutan ke empat terbesar untuk resiko terinfeksi VHB setelah kelompok pekerja lembaga transfusi darah PMI DKI, kelompok petugas pembersih rumah sakit dan kelompok perawat rumah sakit. Di rumah sakit Yale New Haven, AS, resiko terinfeksi VHB ini banyak terdapat pada mereka yang selalu berhubungan dengan jarum suntik seperti yang bekerja di unit gawat darurat, unit hemodialisa, pekarya RS, petugas laboratorium, perawat dan petugas pembantu Dedek Mulyanti : Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri…, 2008 USU e-Repository © 2009 lainnya. Selama delapan tahun pengamatan didapatkan 34 petugas RS dengan seropositive VHB dengan insidensi rata-rata 1,2 kasus per 100 petugas RS yang berkapasitas 900 tempat tidur atau 2 sampai 9 orang terinfeksi virus Hepatitis B setiap tahunnya. Hasil penelitian Anwar dan Perwitasari 2006, tentang tingkat risiko pemakaian APD dan Higiene Petugas Laboratorium Klnik RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, ditemukan bahwa berdasarkan penggunaan APD, dari 4 laboratorium yang ada di RSUPN Cipto Mangunkusumo, ternyata lebih dari 40 petugas di tiga laboratorium IGD, Hematologi, dan anak berisiko tinggi terinfeksi penyakit berbahaya seperti HIVAIDS. Adapun alasan petugas tidak menggunakan APD ketika bekerja, pada umumnya 52 karena di tempat kerjanya tidak tersedia APD. Tidak tersedianya APD di sebagian besar laboratorium yang diteliti kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari kepala laboratorium dalam penyediaan APD, atau anggaran rumah sakit yang terbatas sehingga dana untuk pengadaan APD juga menjadi terbatas. Alasan lain petugas tidak menggunakan APD adalah malas, lupa, tidak terbiasa, dan repot. Pelayanan APN yang dilakukan oleh bidan juga mempunyai risiko besar terhadap kecelakaan kerja dan akhirnya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi mereka, apalagi tidak menggunakan alat pelindung diri. Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh merupakan salah satu rumah sakit yang banyak mempekerjakan bidan dalam memberikan asuhan persalinan normal bagi masyarakat yang ada di Kota Banda Aceh maupun dari luar Kota Banda Aceh. Secara Dedek Mulyanti : Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri…, 2008 USU e-Repository © 2009 umum rata-rata persalinan normal yang diberikan oleh bidan mencapai 30-35 pasien setiap bulannya. Dilihat dari lingkungan kerjanya yaitu ruangan persalinan, secara umum dari aspek hiegine sanitasi sudah memenuhi syarat kesehatan, baik ventilasi maupun sterilisasi ruangan, demikian juga dilihat dari aspek ketersediaan alat pelindung diri juga sudah disediakan oleh manajemen rumah sakit RSU Meuraxa, 2006. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada bulan Desember 2007, masih banyak bidan yang belum menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan Asuhan Persalinan Normal. Berdasarkan wawancara singkat dengan bidan yang ada diruangan persalinan mengungkapkan bahwa mereka malas dan terlalu repor menggunakan APD dalam memberikan tindakan persalinan kepada pasien. Keadaan tersebut dinilai sangat berpotensi terhadap timbulnya berbagai penyakit akibat paparan terhadap darah pasien, paparan bahan kimia lainnya, tusukan jarum suntik atau peralatan medis lainnya, seperti hepatitis B, HIV. Fenomena tersebut tidak mendapatkan perhatian dari manajemen RS, karena belum pernah terjadi kasus penyakit akibat kerja yang berarti akibat kelalaian atau ketidakmauan bidan menggunakan APD, namun hal ini dianggap seperti fenomena gunung es, dimana kasus Penyakit Akibat Kerja PAK bisa saja terjadi ketika bidan tidak bekerja di RS Meuraxa lagi atau gejala-gejala yang ditimbulkan masih pada fase awal. Hasil telaah catatan dan kenyataan dilapangan, pihak rumah sakit belum melaksanakan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 seperti rencana Dedek Mulyanti : Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri…, 2008 USU e-Repository © 2009 berkala atau rutin pelatihan-pelatihan K3, tidak adanya media informasi tentang K3, pengawasan yang rutin terhadap penggunaan APD, pencatatan dan pelaporan, bahkan tidak ada sanksi tegas terhadap kelalaian bidan tersebut. Hal ini diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bidan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung diri dalam asuhan persalinan normal, sehingga dapat diambil suatu kebijakan konkrit terhadap peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja bagi bidan dan petugas kesehatan lainnya di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh.

1.2 Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Predisposing Factor, Enabling Factor dan Reinforcing Factor Terhadap Penggunaan Jamban di Desa Gunungtua Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014

0 68 162

Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014

2 56 96

Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh

3 39 112

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Ibu Balita Terhadap Pencegahan Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kelurahan Batangberuh Kecamatan Sidikalang Tahun 2011

1 51 111

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

2 82 95

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING,ENABLING DAN REINFORCING TERHADAP PEMAKAIN ALAT PELINDUNG DIRI MASKER DI CV.KALIMA ART JEPARA TAHUN 2013.

0 3 15

FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA BANDA ACEH

0 0 11

HUBUNGAN PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING FAKTOR DENGAN PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI) PADA BIDAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT KIA SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Predisposing Enabling dan Einforcing Faktor

0 0 15

Analisis Jalur Tentang Hubungan Antara Faktor Predisposing, Enabling, dan Reinforcing dengan Sanitasi Rumah di Kota Bengkulu - UNS Institutional Repository

0 0 14