Faktor-Faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan

14 karena berada dalam posisi tawar-menawar yang lemah kurang kompetitif sehingga rawan terhadap perlakuan sewenang-wenang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab Suyanto, 2010: 185-186.

2.1.2 Kategori Anak Jalanan

Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok, antara lain : 1. children on the street, yakni anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja dijalan namun masih mempunyai hubungan dengan orangtua. 2. children of the street, yakni anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. 3. children from families of the street, yakni anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Perbedaan kelompok anak jalanan tentu memiliki perbedaan permasalahan. Untuk melakukan penanganan anak jalanan dibutuhkan pemahaman karakteristik anak jalanan sehingga model penanganan anak jalanan dapat dikatakan harus kondisional Suyanto, 2010 : 186-187.

2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan

Secara garis besar, faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan antara lain : 1. Faktor ekonomi keluarga 2. Ketidakharmonisan rumah tangga orang tua Universitas Sumatera Utara 15 3. Masalah dalam hubungan anak dengan orang tua 4. Pengaruh teman atau kerabat Suyanto, 2010 : 196-197 Masalah anak jalanan tidak terlepas dari kemiskinan struktural di dalam masyarakat, semakin terbatasnya tempat bermain anak karena pembangunan yang semakin tidak mempertimbangkan kepentingan kebutuhan dan perlindungan anak, semakin meningkatnya gejala ekonomi upah dan terbukanya peluang bagi anak untuk mencari uang dari jalanan, kemudian keberadaan anak jalanan yang sementara dirasakan masyarakat sebagai gangguan Huraerah, 2006 : 77. Anak jalanan adalah anak yang bermasalah dalam fase-fase proses sosialisasi. Kesalahan yang terjadi dalam fase sosialisasi anak adalah bagian dari faktor penyebab anak menjadi anak jalanan. Orang tua memiliki kewajiban untuk membimbing anak dalam melakukan proses sosialisasi karena orangtua sangat menentukan karakter anak dari proses sosialisasinya. Talcott Parsons dalam menganalisis tindakan-tindakan sosial memperkenalkan Adaption, Goal Attainment, Integration dan Latent Pattern Maitenance atau yang lebih dikenal dengan A-G-I-L. Fase-fase dalam A-G-I-L tidak memiliki batasan yang jelas karena prosesnya terjadi secara berkesinambungan. Fase-fase tersebut dalam proses sosialisasi dijelaskan sebagai berikut : 1. Fase Laten Pada fase ini proses sosialisasi yang berlangsung belum terlihat nyata. Pengenalan anak terhadap diri sendiri tidak jelas karena belum menjadi individu yang berdiri sendiri dan belum mampu melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Universitas Sumatera Utara 16 2. Fase Adaptasi Pada fase ini anak mulai melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Reaksi-reaksinya tidak hanya terdorong oleh ransangan- ransangan dari dirinya, tetapi mulai belajar bagaimana caranya bereaksi terhadap ransangan dari luar dirinya. Pada fase ini peranan orang tua terhadap pembentukan karakter anak dapat terlihat karena orang tua memiliki banyak pengaruh terhadap pembentukan karakter anak. 3. Fase Pencapaian Tujuan Pada fase ini anak tidak hanya menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya, tetapi lebih terarah pada maksud dan tujuan tertentu. Kondisi tersebut terjadi karena anak telah memiliki kemampuan untuk memahami sebagian dari kondisi lingkungan sosialnya, sehingga mampu mengarahkan tindakan terhadap maksud dan tujuan tertentu. 4. Fase Integrasi Pada fase ini tingkah laku anak tidak hanya adaptasi dan pencapaian, tetapi menjadi bagian dari dirinya berdasarkan nilai dan norma yang tertanam. Kondisi tersebut terjadi karena karakter anak telah dibentuk berdasarkan nilai dan norma yang tertanam selama proses menjalani kehidupannya. Dengan kata lain anak telah memiliki kemampuan untuk mandiri, setidaknya terhadap beberapa kebutuhan anak. Universitas Sumatera Utara 17

2.1.4 Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan Aspek