Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

(1)

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan di Kelurahan

Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

Nama : Aulia Rahman Syahputra.

Nim : 120902015

A.

Karakteristik Identitas Informan

1.

Informan Utama

Identitas Informan

a. Nama :

b. Jenis Kelamin :

c. Usia :

d. Suku :

e. Agama :

f. Pendidikan :

g. Anak ke :

h. Status :


(2)

B.

Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan

B.1 Pertanyaan Untuk Informan Utama

1

. Apakah anda masih tinggal bersama orang tua/keluarga ?

Jelaskan :

2. Bagaimana hubungan anda dengan orang tua/keluarga ? Jelaskan :

3. Apakah anda masih sekolah atau tidak ? Jelaskan :

4. Jika masih sekolah jam berapa anda pulang dari sekolah ? Jelaskan :

5. Jika anda tidak sekolah lagi, apa penyebab anda putus dari sekolah ? Jelaskan :

6. Sejak kapan anda mulai bekerja dijalanan ? Jelaskan :

7. Apakah anda bekerja dijalanan kerana kemauan sendiri atau ada faktor lain ? Jelaskan :

8. Bersama siapa anda berada dijalanan ? Jelaskan :

9. Berapa jam anda bekerja dalam sehari dijalanan Jelaskan :

10. Berapa banyak pendapatan anda dalam sehari dijalanan ? Jelaskan :


(3)

11. Setelah mendapatkan uang, untuk apa uang itu anda pergunakan ? Jelaskan :

12. Dari hasil pendapatan anda dijalanan, apakah ada anda berikan kepada orang tua/keluarga ?

Jelaskan :

13. Jika ada, berapa jumlah yang anda berikan kepada orang tua/keluarga anda ?

Jelaskan :

14. Apakah anda tahu uang tersebut dipergunakan untuk apa saja oleh orang tua/ keluarga anda ?

Jelaskan :

15. Apa faktor penyebab anda berada dijalanan ? Jelaskan :

2.

Informan Tambahan

Identitas Informan

a. Nama :

b. Jenis Kelamin :

c. Usia :

d. Suku :

e. Agama :

f. Riwayat pendidikan :

g. Status :


(4)

i. Pekerjaan :

j. Pekerjaan pasangan :

k.

Alamat

:

B. Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan

B.2 Petanyaan untuk Informan Tambahan

1

. Apa pekerjaan bapak/ibu saat ini ?

Jelaskan :

2. Berapa lama waktu bapak/ibu bekerja ?

Jelaskan :

3. Berapa penghasilan bapak/ibu perbulan ? Jelaskan :

4. Apakah penghasilan yang diterima bapak/ibu cukup untuk mebiayai pemenuhan rumah tangga sehari-hari ?

Jelaskan :

5. Berapa jumlah anak bapak/ibu saat sekarang ini ? Jelaskan :

6. Berapa orang anak bapak/ibu yang sedang sekolah Jelaskan :

7. Apakah ada yang telah putus sekolah, dan jika ada apa penyebab ia putus dari sekolah ?


(5)

8. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwasanya anak bapak/ibu melakukan kegiatan dijalanan

Jelaskan :

9. Jika bapak/ibu mengetahui, apakah bapak/ibu pernah memberikan teguran, larangan, atau bahkan membiarkannya saja ?

Jelaskan :

10. Dari jam berapa dan sampai dengan jam berapa anak bapak/ibu melakukan kegiatan dijalanan ?

Jelaskan :

11. Apakah bapak/ibu pernah meminta uang dari hasil kegiatan anak bapak/ibu dijalanan ?

Jelaskan :

12. Jika pernah, untuk apa uang tersebut bapak/ibu pergunakan ? Jelaskan :

13. Apa faktor penyebab anak bapak/ibu melakukan kegiatan dijalanan Jelaskan :


(6)

3.

Informan Kunci

Identitas Informan Kunci

a. Nama :

b. Jenis Kelamin :

c. Usia :

d. Suku :

e. Agama :

f. Riwayat pendidikan :

g. Status :

h. Alamat :

B. Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan.

B.3 Pertanyaan Untuk Informan Kunci

1.

Apakah bapak mengetahui keberadaan anak jalanan di dikelurahan Sei Mati ?

Jelaskan :

2. Bagaimana pendapat bapak tentang fenomena anak jalanan di Kelurahan Sei Mati ?

Jelaskan :

3. Menurut bapak, apa faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati


(7)

Jelaskan :

4. Apakah sudah ada upaya yang dilakukan oleh pihak Kelurahan dalam mencegah meningkatnya anak yang menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati?

Jelaskan :

5. Langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan dalam rangka menangani, mencegah, dan mengurangi anak yang menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati ?


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Atuti, Dwi. 2004. Upaya Pemeberdayaan Anak Jalanan. Surabaya: UNAIR.

Bagong, Suyanto dan Hariadi. Sri Sanituti. 2002. Krisis and hild Abose Kajian Sosiologis Tentang Kasus Penaganan Hak Anak dan Anak-Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus. Surabaya: Air Langga University Press.

Bugin, B. 2001. Metedologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa.

Hartomo, Aziz & Arinicun. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Irwanto. 2000. Antara Menangis dan Tawa. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Jauchar. 2008. Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan. Surabaya: UNAIR.

Mulandar, Surya : 1996. Dehumanisasi Anak Marjinal: Berbagi Pengalaman Pemberdayaan. Bandung. Akatiga.

Nurdin, M. 1989. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Medan: Grasindo Monoratama.

PKPA. 2011. Situasi Anak Jalanan Medan. Medan: PKPA

Rahmadani, Sri. 2014. Profil Anak Jalanan di Kota Medan. Jurnal. Medan: Unimed

Siregar, Hairani, dkk. 2006. Faktor Dominan Anak Menjadi Anak Jalanan di Kota Medan. Jurnal. Medan: FISIP USU.


(9)

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Kesehatan. Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Sri Sanituti & Suyanto. 1999 Anak Jalanan di Jawa Timur. Masalah dan Upaya Penanganan. Surabaya: Air Lngga University.

Suyanto, B. & Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sarbaguna, Boy. 2008. Analisi Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Wadong, Mulana Hasan, 2000. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Grasindo.

Sumber Lain:

Undang-Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997. Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014. Tentang Perlindungan Anak.

(http://Indonesia.ucanews.com/2014/08/26/54-juta-anak-indonesia-terlantar. Diakses pada 12:15

WIB. Senin 14 Maret 2015).


(10)

13 Maret 2016).


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (siagian, 2011:52) .

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bugin, 2001: 48). Melalui penelitian deskriptif , penulis ingin menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang faktor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian ditempat tersebut adalah karena disana terdapat banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh anak jalanan, tepatnya disimpang empat lampu merah Juanda, jalan Brigjen Katamso. kemudian peneliti juga pernah melakukan aktivitas disana dan mengenali daerah sekitaran tempat tersebut. Hal ini tentu akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.


(12)

3.3 informan penelitian

Pada Penelitian Kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subyek penelitian pada penelitian kualitatif disebut informan. Informan adalah orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005:171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan kunci, informan utama dan tambahan.

3.3.1 Informan kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005:171-171). Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Kelurahan maupun pihak Kelurahan Sei mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

3.3.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dengan interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyanto & Sutinah, 2005:171-171). Informan Utama penelitian ini adalah Anak yang menjadi anak jalanan, yang tergolong dalam masih berinteraksi dengan keluarganya (Children on the street), Dan Anak yang menjadi anak jalanan yang tidak lagi berhubungan dengan orang tua maupun keluarganya (children of the street) mereka ini telah mempergunakan fasilitas jalanan sebagai ruang lingkupnya. Informan utama dalam penelitian ini yaitu 5 orang anak jalanan. di sekitaran simpang empat lampu merah jalan juanda Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.


(13)

3.3.3 Informan Tambahan.

Informan Tambahan yaitu orang yang mengetahui dan memiliki informasi yang diperlukan untuk memperkuat penelitian. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orang tua atau keluarga dari 5 orang informan Utama.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada pada kaitanya terhadap masalah yang diteliti

2. Studi lapangan yaitu mengumpulkan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah :

a. Observasi, yaitu menggumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang mejadi sasaran penelitian.

b. Wawancara, yaitu cara mengumpulkan data dimana peneliti dan responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:2012). Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka


(14)

dengan informan yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data-data yang telah ditetapkan dari hasil penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara kemudian dikumpulkan lalu di olah dan dianalisis dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas sehingga data dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti (Sarbaguna, 2008)

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperhatikan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu. Melainkan lebih ditunjukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk menampilkan yang disampaikan. Sehingga pada akhirya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.


(15)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan yang merupakan kota terbesar di daerah Sumatera Utara telah menjadi tumpuan pusat perhatian bukan saja oleh penduduk Sumatera Utara, melainkan juga pusat tumpuan harapan penduduk yang berada di luarnya seperti Aceh, Sumatera Barat. Sehingga Kota Medan menjadi salah satu kota penting diluar jawa dengan keadaan wilayahnya sangat strategis. Sebab berada pada pebatasan langsung dengan Selat Malaka dibagian Utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota/ Negara maju seperti Pulau Penang Malaysia dan Singgapura. Kalau kita lihat kodisi sumber daya alam yang melimpah dari sektor pertanian, perikanan dan perkebunan sehingga memungkinkan dapat berpotensi menjadi pusat perdagangan.

4.2 Sejarah Kota Medan

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari diminsi historis yang panjang, di mulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Batipus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dai Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selajutnya ditandai dengan pemindahan ibukota Residen Sumatera


(16)

Timur dari Bengkalis ke Medan pada tahun 1887, sebelum statusnya di ubah menjadi Gubernamen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikanya menjadi jalur lalu linas perdangangan. Posisinya yang terletak didekat pertemuan Sungai Deli dan Batu Bara, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau. Dalam awal pekembanganya, telah mendorong perkembanganya ke Kota Medan sebagai pusat perdangangan (espor-impor) sejak masa lalu. Sejak dijadikanya Medan sebagai ibu Kota Deli juga telah mendorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daearah kota, juga sekaligus ibu kota Provinsi Sumatera Utara.

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peran Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka dibagian Utara, sehingga relative dekat dengan kota-kota/Negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara Demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa jasa barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar diaman pada tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor primer dan skunder, Kota Medan sangat potensial perkembanng menjadi pusat perdangangan dan keuangan regional/nasional.


(17)

Secara umum ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan Kota, (1) faktor gegrafis,(2) faktor demografis (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan yang lainnya, secara sitimulan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

4.3 Kondisi Geografis Kota Medan

Sesuai denga dinamika pembangunan kota, luas wilayag administarsi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Wali Kota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 ha, meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Wali Kota Medan dikeluarkan menyusul dikeluarkanya keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daearah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalaui peraturan pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 22 tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha, yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui surat persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendifitipan 7 keluarahan di kotamadya derah tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151


(18)

Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrasi ini Kota Medan kemudian tumbuh secara Georafis, Demografis dan Sosial Ekonomi.

Secara adminstartif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan denga daerah kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khusunya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenaya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dengan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdangan barang dan jasa, baik perdangan domestic maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan Kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.


(19)

4.4 Kondisi Demografis Kota Medan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan Karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografis, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografis. Kondisi tersebut menunjukan proses pergeseran dari suatu keadaan diaman tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang menandai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu kedaan diamana tingkat kelahiran dan kematian tinggi, dan diamana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya. Dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi. Akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya mengambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunya tingkat kelahiran (fetilitas) dan tingkat kematian (moralitas), meningkatnya arus perpindahan


(20)

antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus pulang balik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

4.5 Gambaran Umum Kelurahan Sei Mati

Kelurahan Sei Mati terletak ditengah-tengah Kota Medan, tepatnya disekitar jalan Brigjen Katamso. Jalan tersebut merupakan salah satu jalan utama yang sering dilalui oleh masyarakat dan merupakan salah satu kawasan perdangangan yang ada di Kota Medan. Hal ini ditandai dengan keberadaan ruko-ruko yang menjual berbagai jenis kebutuhan masyarakat, dan di sekitar Jalana Brigjen Katamso ini juga tersedia fasilitas infrastruktur yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Baik yang bermukim disekitaran jalan tersebut maupun diluar wilayah Kelurahan itu sendiri.

4.6 Sejarah Kelurahan Sei Mati

Sejarah berdirinya Kelurahan Sei Mati diawali ketika zaman penjajahan Belanda. Perkebunana yang dikelola oleh Belanda memerlukan tenaga kerja dalam mengerjakan perkebunan tersebut oleh kerena itu banyak pekerja yang berdatangan ke Kota Medan, diataranya pekerja-pekerja tersebut terdapat pekerja yang berasal dari daerah Mandailing.

Seiring dengn berjalannya waktu, maka semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada sektor perkebunan milik Belanda tersebut. Hal ini juga berakibatkan semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja yang berasal dari daerah Mandailing, oleh karena mayoritas tenaga kerja perkebunan berasal dari mandailing


(21)

dan beragama Islam, maka mereka menghadap Sultan Deli. Mereka berangapan tentunya Sultan Deli yang beragama Islam juga akan membantu mereka. Sultan Deli kemudian memberikan pinjaman wilayah sebagai tempat tinggal para pekerja yang berasal dari daerah Mandailing tersebut. Wilayah tersebut merupakan lahan kosong yang ada disekitaran Sungai Mati dan posisinya berada dekat dengan istana Kesultanan. Keberadaanya yang dekat dengan aliran Sungai Mati, amak pada saat sekarang ini wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Sei Mati dan berada di bawah naungan Kecamatan Medan Maimun.

4.7 Kondisi Geografis Kelurahan Sei Mati

Kelurahan Sei Mati merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah 23 Ha. Briklim Tropis dan merupakan daerah rendah. Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 12 (dua belas) Lingkungan . jarak kantor Lurah Sei Mati ke Kantor Camat Medan Maimun Sekitar ±1,5 km.

Kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut, yaitu:

Sebelah Utara : Kelurahan Sukaraja Kec. Medan Maimun

Sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Baru Kec. Medan Maimun

Sebelah Timur : Kelurahan Teladan Barat Kec. Medan Kota


(22)

Tabel 4.1

Pemanfaatan Areal Tanah Kelurahan Sei Mati

No Pemanfaatan Areal Tanah Luas (km2) %

1 Luas Pemukiman 0,18 78,26

2 Luas Kuburan 0,02 8,69

3 Luas perkarangan 0,01 4,35

4 Luas Perkantoran 0.02 8,69

Jumlah 0,23 100

Sumber : Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa wilayah kelurahan Sei Mati ini dimanfaatkan untuk pemukiman, areal kuburan, perkarangan, dan areal perkantoran. Pemanfaatan yang terbesar merupakan wilyah pemukiman, sekitar 78, 26% dari keselurahan wilayah, yaitu 0,18 km2. Pemanfaatan selanjutnya adalah untuk areal kuburan dan arel perkantoran yang sama-sama memanfaatkan wilayah kelurahan ini sekitar 8, 96%, yaitu 0,02 km2 dan pemanfaatan terakhir adalah untuk areal perkarangan, yang pemanfaatannya 4,35% yaitu hanya 0,01 km2 dari jumlah keselurahan wilayah kelurahan.

4.8 Komposiso Penduduk di Kelurahan Sei Mati

Berdasarkan data dari kantor Kelurahan Sei Mati pada Bulan Juni tahun 2014 jumlah penduduknya sebanyak 13.060 jiwa. Dengan jumlah Laki-laki 5.850 jiwa dan


(23)

perempuan 7.210 jiwa. Dengan total jumlah Kepala Keluarga mencapai 2.065. Mayoritas penduduk Kelurahan Sei Mati adalah etnis Batak. Dan agama mayoritas adalah Islam. Sumber sebagian besar penduduk adalah wiraswasta.

4.8.1 Koposisi Penduduk Menurut Etnis/Suku

Kelurahan Sei Mati merupakan wilayah pemukiman dari beraga etnis yang tidak hanya besuku Batak saja. Selain itu ada suku Minang, Tionghoa, Jawa, dan Aceh. Secara lebih jelasnya, Komposisi penduduk Kelurahan Sei Mati berdasarkan etnis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Menurut Etnis

NO. Etnis Jumlah (jiwa)

1 Batak 1.088

2 Tionghoa 286

3 Minang 223

4 Jawa 197

5 Aceh 161

6 Lainnya 51

Jumlah 1.845

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk dikelurahan ini adalah yang bersuku Batak 1.088 jiwa, dari jumlah keselurahan


(24)

penduduk. Penduduk yang berada di urutan kedua adalah penduduk Etnis Cina yaitu sebanyak 286 jiwa, dari jumlah keseluruhan penduduk. disusul dengan penduduk yang bersuku Minang, Jawa, dan Aceh. Namun kehidupan masyarakat dikelurahan ini bisa harmonis dan tidak pernah terjadi konflik di antara penduduk.

4.8.2 Komposisi Penduduk menurut Agama

Komposisi penduduk menurut agama yang dianut oleh masyarakat di kelurahan ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Kelurahan Sei Mati Menurut Agama.

No Agama Jumlah (jiwa)

1 Islam 878

2 Kristen Protestan 484

3 Kristen Katolik 312

4 Budha 281

5 Hindu 51

Jumlah 13.060

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan Agama di Kelurahan Sei Mati terbanyak adalah Agama Islam sebanyak 878 jiwa. Kemudian Kristen Protestan sebanyak 484 jiwa, Kristen Katolik 312 jiwa, Budha 281 jiwa, Hindu 51 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak 13940 jiwa.


(25)

4.8.3 Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Sei Mati ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4

Tingkat Pendidikan Kelurahan Sei Mati

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Taman Kanak-kanak 80

2 Sekolah Dasar 150

3 Sekolah Menengah Pertama 818

4 Sekolah Menengah Atas 2.468

5 Akademi/D1-D3 18

6 Sarjana 30

7 Pascasarjana 2

8 Kursus Keterampilan 150

9 Pondok Prasantren -

10 Sekolah Luar Biasa -

Jumlah 3.716

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui Komposisi Penduduk kelurahan Sei Mati berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak adalah tamatan SMA/Sederajat sebanyak 2.468 jiwa. Kemudian tamatan SMP/Sederajat sebanyak 818 jiwa, sedangkan paling sedikit adalah tamat S2 sebanyak 2 jiwa.


(26)

4.8.4 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

Penduduk yang ada di Kelurahan Sei Mati ni mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam. Secara lebih jelas, jenis-jenis mata pencaharian dari penduduk kelurahan ini dapat dilihat pada tebel berikut ini.

Tabel 4.5

Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Mati

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

1 Wiraswasta/Pedagang 1006

2 Swasta 3.488

3 Pertukangan 175

4 TNI dan POLRI 50

5 Buruh Tani 250

6 Pensiunan 200

7 Jasa 25

8 Pemulung 2

JUMLAH 5.196 JIWA

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui diketahui bahwa komposisi penduduk keluraha Sei Mati berdasarkan pekerjaan atau profesi paling banyak adalah pada Krayawan Swasta yaitu sebanyak 3.488 jiwa. Dan paling sedikit adalah Pemulung 2


(27)

jiwa. Dengan jumlah agkatan kerja sebanyak 5.196 jiwa, lainnya adalah termasuk bukan angkatan kerja seperti anak-anak dan lansia

4.9 Sarana dan Prasarana Kelurahan Sei Mati

4.9.1 Sarana dan Prasarana Sosial

Sarana dan prasarana sosial yang tersedia dikelurahan Sei Mati sudah cukup sangat memadai meskipun belum lengkap, namun keberadaan sarana dan prasarana yang ada telah membantu masyarakat untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan keberadaan sarana dan prasarana yang ada di kelurahan Sei Mati

Tabel 4.6

Prasarana Pribadatan di Kelurahan Sei Mati

No Tempat ibadah Jumlah

1 Mesjid 3

2 Mushola 7

3 Kleteng 1

4 Gereja -

5 Pura -

6 Vihara -

Jumlah 11


(28)

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui prasarana pribadatan yang ada di Kelurahan Sei Mati adalah terdapat 3 mesjid, 7 Mushola dan 1 Kleteng. Keluarahan Sei Mati Tidak memiliki Gereja, Pura dan Vihara.

Tabel 4.7

Prasarana Pendidikan di Kelurahan Sei Mati

No Prasarana Pendidikan Jumlah

1 Sekolah PAUD 1

2 Sekolah TK 1

3 Sekolah SD 4

4 Sekolah SLTP 1

5 Sekolah SMU 1

6 Perguruan Tinggi 1

Jumlah 9

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa prasarana pendidikan yang ada di Kelurahan Sei Mati adalah 1 unit Pendidikan Anak Usia Dini dan 1unit Sekolah Taman Kanak-kanak, 4 unit Sekolah Dasar, 1 Unit Sekolah Lanjut Tahap Pertama, 1 Unit Sekolah Menengah Umum dan terdapat 1 Unit Perguruan Tinggi.


(29)

Tabel 4.8

Prasarana Olah Raga di Kelurahan Sei Mati

No Prasarana Olah Raga Jumlah

Lapangan bola kaki 1

Lapangan voli 2

Lapangan bulu tangkis 1

Lapangan tenis Lapangan basket Lapangan golf Kolam renang

Jumlah 4

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Berdasarkan tabel 4.7, sarana olah raga cukup memadai bagi masyarakat Kelurahan Sei Mati. Hal ini ditunjukan dengan keanekaragamnya sarana olah raga yang terdapat di Kelurahan Sei Mati. Tentu dengan kehadiran ini diharapkan masyarakat berpartisipasi dalam hal perawatannya dengan menjaga kondisi dari lapangan tersebut. Selain itu, diharapkan juga agar masyarakat juga semakin baik dengan banyaknya sarana olah raga.


(30)

Tabel 4.9

Prasarana Kesehatan di Keluarah Sei Mati

No Prasarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit Umum Swasta 1

2 Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak 1

3 Poliklinik 1

4 Praktek Dokter 2

5 Apotik/Toko Obat 2

6 Posyandu 2

7 Bidan 2

8 Pukesmas -

9 Perawatan -

Jumlah 11

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Bardasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa prsarana kesehatan yang ada di kelurahan Sei Mati terdapat 1 unit Rumah sakit umum sawasta, 1 unit rumah bersalin ibu dan anak, 1unit Poliklinik, 2 unit praktek dokter, 2 unit apotik/toko obat, 2 unit posyandu, 2 unit bidan-tempat persalinan. dan di Kelurahan Sei Mati belum terdapat pukesmas dan tempat perawatan.


(31)

Tabel 4.10

Prasarana Umum di Kelurahan Sei Mati

No Prasarana Umum Jumlah

Rumah makan 4

Pertokoan 3

Kantor pegadaian 1

Pasar umum/pajak -

Swalayan -

Show room kendaraan -

Penginapan dan hotel -

Jumlah 8

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

pada tabel 4.9 diketahui bahwa prasarana umum di Kelurahan Sei Mai hanya terdapat 4 unit rumah makan, 3 Unit pertokoan dan 1 unit kantor pegadaian. Dan di Kelurahan Sei Mati belum terdapat prasarana umum seperti pasar umum/pajak, swalayan, show room kendaraan, dan juga penginapan hotel.

Tabel 4.11 Sarana Jalan/Protokol

No Sarana Jalan/Protokol Panjang

1 Jl. Ir. H. Juanda 1,7 km

2 Jl. Jend. Sudirman 1,3 km

3 Jl. Imam Bonjol 0,8 km


(32)

pada tabel 4.10 diketahui bahwa terdapat tiga saranan jalan protokol Jl. Ir. H. Juanda, Jl. Jend. Sudirman dan Jl. Imam Bonjol. Tempat keramian dan kegiatan anak jalanan terdapat dipersimpangan lampu merah simpang Jl. Ir. H. Juanda.

Tabel 4 .12

Sarana Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Sei Mati

No Sarana Lembaga Kemasyarakatan Jumlah

1 LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) 1

2 PKK 1

3 Karang Taruna 1

4 RT/RW 1

Jumlah 4

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014 1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

a. Jumlah Pengurus : 15 orang

b. Jumlah Anggota : 30 orang

c. Jumlah kegiatan per bulan : 3 kegiatan

d. Jumlah dana yang dikelola : RP 750.000

2. PKK

a. Jumlah Pengurus : 21 orang

b. Jumlah Anggota : 65 orang

c. Jumlah kegiatan per bulan : 3 kegiatan


(33)

e. Jumlah dana yang dikelola : RP 250.000

3. Karang Taruna

a. Jumlah Karang Taruna : 1 buah

b. Jenis Karang Taruna : Mandiri

c. Jumlah Pengurus (rata-rata) : 15 orang

4. RT/RW

a. Jumlah RW : 12 buah

b. Jumlah RT : -

c. Rata-rata penghasilan ketua RW dalam sebulan : RP 1.650.000

4.9.2 Sarana dan Prasarana Perekonomian

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan ini merupakan salah satu media yang menjadi bagian dari pemenuhan kebutuhan hidup penduduk, seperti membuka warung nasi, Kios kelontong dan lain-lain. Secara lebih jelas, bebagai macam prasarana dan sarana perekonomian yang terdapat di kelurahan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(34)

Tabel 4.13

Prasarana Perekonomian

No Jenis Prasarana Perekonomian Jumlah

1 Koperasi 1

2 Warung Makan 5

3 Kios Kelontong 5

4 Bengkel 3

5 Toko/Swalayan 10

6 Percetakan/Sablon 2

Jumlah 26

Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

Sesuai dengan isi tabe diatas, jumlah prasarana perekonomian yang tersedia di kelurahan ini ada 26, dengan keberadaan bermacam sarana dan prasarana tersebut sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.9.3 Sarana prasarana Transportasi

Transportasi yag ada dikelurahan ini hanyalah berupa trasportasi darat, dengan keberadaan jalan utama, yaitu jalan Brigken Katamso yang sudah beraspal. Jalan utama dikelurahan tersebut sudah menjadi jalan yang sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan umum, seperti angkot, becak, bus umum, dan taksi. Jalan utama tersebut merupakan jalan dua arah, yang dilengkapi dengan lampu jalanan yang masih berfungsi dengan baik. Begitu juga dengan lampu penerangan yang ada di jalan-jalan kecil atau gang dikelurahan ini juga dalam keadaan baik.

Masyarakat dikelurahan ini tidak akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan prasarana trasportasi karena alat transportasi yang tersedia dikelurahan


(35)

ini sudah cukup memadai. Masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan ini memang sudah ada yang memiliki kendaraan pribadi, baik itu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Namun masih banyak belum memiliki kendaraan pribadi dan mereka yang ingin berpergian ketujan manapun, bisa memanfaatkan sarana trasportasi yang tersedia sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.


(36)

4.10 Nama-nama Pegawai dan Kepala Lingkungan Menurut Susunan Organisasi Pemerintahan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun

4.10.1 Daftar Nama Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi dan Staf

Tabel 4.14

Daftar nama Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi dan Staf

No Nama Jabatan Golongan

1. Asbin Siregar

Nip: 195908141986021002

Lurah III/d

2 Muhammad Saleh Chery Nip : 197103142007101004

Sektetaris III/A

3 SITI FATIMAH NST Nip : 199101072012062001

Kasie. Pemerintahan

III/a

4 Ucok Purba

Nip : 196610302007011024

Kasie. Pembangunan

IIII/a

5 Sri Wahyuni

Nip : 1986042300502003

Kasie. Trantib

III/b

6 Syaiful Adlan

Nip : 196001011980031011

STAF III/b

7 Cut Nurlaila

Nip : 197202201989032003

STAF III/b


(37)

4.10.2 Daftar Nama Kepala Lingkungan

Tabel 4.15

Daftar Nama Kepala Lingkungan

No Nama Jabatan Alamat

1 Dedi Ictihsan Kepling I Jl. Katamso Gg. Abdi No. 23

2 Rismawati Kepling II Jl. B. Katamso Gg. Persatuan No. 60 3 Dasmail Kepling III Jl. B. Katamso Gg. Adil No. 07 4 Aidil Aswad Kepling IV Jl. B. Katamso Gg. Pemuda 5 Maragahon Hrp Kepling V Jl. B. Ktamso Gg. Kasih. No. 13 6 Zulkarnain MTD Kepling VI Jl. B. Ktamso Gg. Sejatera. No. 06 7 Azhari Nst Kepling VII Jl. B. Ktamso Gg. Alfajar. No. 46 A 8 Hendri Kepling VIII Jl. B. Ktamso Gg. Bidan.

9 Syafrizal NL Kepling IX Jl. B. Ktamso Gg. Merdeka. No. 16 10 Iswat Kepling X Jl. B. Ktamso Gg. Nasional. No. 11 11 Fauzul Hamdi Kepling XI Jl. B. Ktamso Gg. Perwira. No. 41 12 Mursida Kepling XII Jl. B. Ktamso Gg. Kesatria. No. 09 Sumber: Sistem Pendataan Profil Kelurahan Sei Mati, 2014

4.11 Kehidupan Masyarakat Kelurahan Sei Mati

Kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai suku/etnis dan latar belakang yangberbeda-beda namun dapat hidup rukun dan saling menghargai merupakan suatu cerminan dari semboyan yang dimiliki oleh bangsa ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Hal inilah yang terlihat di Kelurahan Sei Mati. Berdasarkan


(38)

data dari kelurahan dan informasi dari warga setempat, didaerah ini penduduk yang beragama islam merupakan mayoritas dari seluruh agama yang dianut oleh para penduduk yang ada di kelurahan ini. Dan penduduk bersuku Batak juga merupaka mayoritas dari suku/etnis yang dimiliki oleh para penduduk dikelurahan, namun bukan berarti bahwa penduduk yang mayoritas beraga islam dan penduduk yang mayoritas bersuku/etnis batak lebih berkuasa di kelurahan ini. Tidak pernah terjadi masalah atau konflik diantara para penduduk dikelurahan ini., selain itu juga tidak ada terlihat kesenjangan sosial meskipun penduduk di kelurahan ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam berbagai aspek kehidupannya. Hubungan yang terjalin antara warga dikelurahan ini cukup baik dan akrab. Keberadaan rumah yang hampir tak ada jarak merupakan salah satu faktor yang menyebabkan warga saling mengenal satu sama lain dan dapat hidup harminis. Selain itu dengan adanya berbagai lembaga kemasyarakatan yang terdapat dikelurahan ini semakin mempererat hubungan para warga. Berbagai macam kegiatan yang tujuannya demi kepentingan umum juga sering dilakukan oleh penduduk di kelurahan ini.

Kegiatan-kegiatan yang sifatnya demi kepentingan umum biasanya dilakukan bersama-sama oleh setiap warga, seperti menjaga keamanan dan ketertiban disetiap masing-masing lingkungan yang ada dikelurahan ini, kemudian selalu bergotoroyong dalam membersihkan lingkungan kelurahan, pengolahan tanah dan pembangunan rumah. Demi keamanan dan ketertiban disetiap lingkungan yang ada dikelurahan ini, disetiap masing-masing lingkungan terdapat pos siskamling. Penduduk yang hidup dikeluarah ini juga selalu mengikuti aturan-aturan yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama dari para warga dan segala pihak yang bersangktan demi terwuwjudnya ketertiban dan ketentaraman di keluarahan ini.


(39)

Kelurahan ini juga memiliki beberapa lembaga-lembaga kemasyarakatan yang aktif dan berfungsi sebagai wadah bagi para penduduk untuk saling berinteraksi dan mempererat persatuan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut antara lain adalah LPM(Lemabaga Pemberdayaan Masyarakat) yang beranggotakan 30 orang, dan kelompok PKK yang jumlah anggotanya 65 orang. Juga terdapat Karang Taruna yang anggotanya berjumlah 15 orang. Kesemua lembaga kemasyarakatan tersebut sudah cukup memadai untuk kepentingan masyarakat dan masih aktif bergerak dibidangnya sesuai dengan perannya masing-masing.


(40)

BAB V

ANALISIS DATA

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan yaitu melakukan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipatif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai “Faktor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Meda.

Pengumpulan data dilakukan beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah sekitaran lampu merah simpang empat Juanda di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Madan. Observasi yang dilakukan merupakan partisipasi aktif peneliti di lapangan bersama dengan anak jalanan.

2. Melakukan wawancara mendalam dengan 5 orang anak jalanan, 5 orang orang tua/anggota keluarga dari anak jalanan dan kepala kelurahan Sei Mati. Mengenai fakor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapagan diperoleh berbagai data. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.

Informan yang menjadi sumber data penelitian ini sebnyak 11 orang, dengan komposisi 1 orang informan kunci, 5 orang informan utama dan 5 orang informan tambahan. Pada informan kunci, utama dan tambahan dilakukan wawancara


(41)

mendalam untuk memproleh data mengenai Faktor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

5.1 Hasil temuan

5.1.1 Informan Kunci I

Nama : Muhammad Asbin

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 57 tahun

Suku : Mandailing

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Jabatan : Kepala Kelurahan Sei Mati

Muhammad Asbin adalah Kepala Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Penunjukan beliau sebagai informan kunci pada penelitian ini karena beliau merupakan Kepala Kelurahan, yang dianggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian ini. Jabatannya sebagai Kepala kelurahan membuatnya memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai permasalahan-permasalahan sosial yang ada di Kelurahan Sei Mati termasuk salah satunya mengenai masalah anak jalanan yang melakukan kegiatan disekitaran lampu merah simpang empat Juanda. sehingga beliau dianggap pantas dijadikan sebagai salah satu informan kunci dalam penelitian ini.


(42)

Pada tanggal 9 mei 20016 peneliti datang kekantor Kelurahan Sei Mati tempat Bapak Asbin bekerja. Peneliti mendekati dengan bertegur sapa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Bapak Asbin saat ini menjabat sebagai kepala Kelurahan Sei Mati, bapak Asbin terlihat rapi dengan baju dinas yang dikenakanya. Awalnya dia sulit diajak berkomunikasi dengan alasan bahwa ia sedang bekerja. Namun setelah peneliti menjelaskan maksud kedatangan dan tujuan, akhirnya ia dengan senang hati diwawancarai.

Berdasarkan wawancara peneliti dilapangan, Bapak Asbin mengetahui keberadaan anak jalanan di kelurahannya. Menurut penjelasanya ada beberapa orang dari warganya yang anaknya melakukan kegiatan dan bekerja sebagai pengamen dan pengasong yang menjual berbagai makanan dan minuman seperti Aqua, rokok, kacang, dan juga berbagai makanan lainnya di disekitaran simpang empat lampu merah simpang Juanda.

Ketika peneliti menanyakan mengenai permasalahan anak jalanan di Kelurahan Sei Mati bapak Asbin mengatakan:

“keberadaan mereka ini jelas merupakan sebuah masalah, karena ini menggambarkan masih ada warga kami yang tergolong dalam keadaan miskin dan ketidak mampuan keluarga dari orang tua si anak dalam memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya maupun anggota keluarganya”.

Menurut pak Asbin permasalahan ini merupakan permasalahan sosial yang cukup sulit dituntaskan seperti halnya yang terjadi seperti di kota-kota besar lainnya, karena sering kali dijumpai yang menjadi faktor-faktor penyebab timbulnya anak menjadi anak jalanan di kelurahan Sei mati berdasarkan kemauan mereka sendiri


(43)

tanpa ada paksaan dari pihak lain, hal-hal tersebut dikarenakan mereka tidak betah berada dirumah, yang penyebabnya keadaan dalam keluarga meraka yang tidak harmonis dan brokenhome, serta kesulitan keadaan ekonomi yang terjadi pada keluarga mereka. Dan ada juga dari beberapa anak jalanan sperti terbawa oleh pergaulan teman-temanya yang sama-sama juga berada dijalanan, dikarenakan mereka tidak bersekolah lagi. yang akhirnya mengakibatkan mereka memilih untuk hidup menjadi anak jalanan. Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Asbin:

faktor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di kelurahan Sei Mati ini dikerenakan faktor ekonomi dan keadaan hubungan dengan keluarga yang tidak harmonis yang paling sering di temui pada kasus permasalahn anak jalanan yang ada dikelurahan saya. akan tetapi juga tidak terlepas ada juga dari faktor-faktor yang lain yang dalam hal ini mungkin saya belum mengetahuinya.

Ketika peneliti menanyakan langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan oleh pihak kelurahan dalam rangka menangani, mencegah, dan mengurangi anak jalanan dikelurahan Sei Mati, Bapak Asbin menjelasakan ada beberapa langkah yag telah ditempuh oleh pihak kelurahan dalam menanganai, mencegah dan mengurangi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati seperti halnya telah melakukan kerja sama dengan pihak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) / KKSP (Kelompok Kerja Sosial Perkotaan). Lebaga KKSP ini telah mendirikan 1 unit Rumah Singgah di daerah Keluarahan Sei Mati gang Perwira No.43. dan sekaligus berfungsi sebagai Rumah Belajar yang diperuntukan kepada anak jalanan. Anak jalanan yang ada di rumah singgah ini deberi pelajaran dan dan bebegai macam pelatihan. Seperti halnya anak jalanan diajarkan menulis, membaca dan berhitung. Dan juga ada beberapa


(44)

pelatihan keterampilan yang diajarkan untuk pengembangan Soft skill anak jalanan. Seperti halnya adanya pelatihan penyablonan baju, dan juga ada beberapa pelatihan kreativitas pekerjaan tangan lainnya. Dan inilah upaya yang telah dilakukan agar mereka tidak kembali lagi kejalanan. Selain itu Bapak Asbin juga mengatakan:

“ Beberapa hari yang lalu saya dari pihak kelurahan yang bekerja sama dengan pihak KKSP telah memberikan pelatihan kewirausahaan untuk remaja dan dewasa, dan setelah selesai pelatihan diharapkan anak jalanan ini bisa berusaha sesuai dengan pelatihan yang telah mereka dapatkan. Agar mereka dapat mencari uang dengan cara yang positif”.

Menurut dari keterangan Bapak Asbin walaupun telah adanya rumah singgah di kelurahan ini dan para anak jalanan telah diberikan beberapa pelatihan, akan tetapi para anak jalanan masih tetap kembali kejalanan dan melakukan aktivitas dijalanan. Bapak Asbin mengatakan :

“mungkin keberadaan mereka masih dijalanan sampai dengan saat ini dikarenakan ketidak betahan mereka untuk berada dirumah yang dikarenakan keadaan keluaraga yang tidak harmonis, yang mana sang anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Dan juga ditambah kondisi keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu yang membuat anak-anak ini harus turun kejalanan untuk mencari uang. Yang uang tersebut digunakan sebagai uang jajan mereka”.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari informan kunci yang telah diuraikan oleh penulis, maka dalam hal ini faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati terdapat ada tiga kategori yaitu pada tingkat mikro


(45)

(berasal dari dalam dirinya dan keluarganya), tingkat messo (disebabkan oleh lingkungan sosial masyarakat), dan tingkat makro (adanya peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian mereka harus berada dijalanan, biaya pendidikan yang tinggi dan juga belum beragamnya unsur pemerintah memandang anak jalanan sebagai kelompok yang memerlukan perawatan)

5.1.2 Informan Utama I

Nama : Rio Pratama

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 13 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Kelas 6 SD ( masih sekolah )

Hubungan dengan keluarga : Tinggal bersama keluarga

Jumlah anggota keluarga : 4

Kedudukan dalam keluarga : anak ke-1

Informan utama yang pertama dalam penelitan ini bernama Rio Pratama, Rio merupakan anak pertama dari 4 orang bersaudara, ia memiliki 3 orang adik. Rio merupakan anak jalanan yang tergolong kedalam kategori Children on the street


(46)

yaitu dimana dalam kategori ini merupakan anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi dijalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarganya, baik itu pulang kerumah setiap hari dan juga terkadang jarang pulang. saat ini rio bekerja dijalanan dengan cara ngamen. Anak kelas 6 SD ini selalu terlihat ceria ketika mendapatkan sejumlah uang, dia sudah pandai memainkan Ukulele (gitar kecil) dengan menyanyikan beberapa lagu yang dihafalnya. Ketika diwawancarai tetang alasan utama mengapa ia sampai bekerja dijlanan, seperti dalam kutipan wawancara ia mengatakan:

“ Aku ngak ada uang jajan bang, mau mintak sama mamak pasti dia ngak ada duit itu bang. Dan kalau aku dapat uang ngamen banyak aku juga ngasih kadang-kadang sama mamak bang, mamak kerjanya bantu-bantu bersih-bersih rumah nya buk salma sekalian juga dia nyuci dan nyetrika baju ibu itu bang. ayah akupun jarang pulang dia bang. Kerjanya ngak tetap dan akupun ngak tau dia kerja apa abang”.

Rio sudah termasuk lama bekerja dijalanan, sudah sekitar 2 tahun. Dulu ketika dia belum mempunyai ukulele, rio bekerja sebagai peminta-minta , seiring dengan berjalannya waktu dia memiliki uang untuk membeli ukulele yang harganya sekitar 50 ribu, dan sekarang Ia sudah pintar memainkannya. Karena hal itulah merubah kebiasaan bekerjanya dari meminta minta menjadi seorang pengamen.

Ketika peneliti menanyakan mulai dari jam berapa mulai bekerja dijalanan dan sampai dengan jam berapa dan seberapa mendapat uang dalam sehari, ia mengatakan:


(47)

“kalau aku ngamenya disimpang juanda mulai aku udah pulang dari sekolah lah bang. Nanti kalau uadah magrib atau agak malaman baru aku pulang bang. Uang yang aku dapat dari ngamen kadang banyak, kadang-kadang dikit bang. Sekarang aja baru yang aku dapatkankan RP. 19.700 ni bang. Dan pernah aku dapat banyak bang aku pernah dapat 50.000 ribu bang.

Kalau dilihat dari jumlah nominal yang dihasilkan anak jalanan yang ngamen disekitaran simpang empat lampu merah Juanda ini, maka sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan jajanya sehari-hari maupun disekolah.

Ketika informan ditanyakan tentang prihal keluarganya kenapa ayahnya jarang pulang dan lain-lain, ia cenderung menutup-nutupi. Seperti ada sebuah kekecewaan dan kekesalan kepada sang ayah. Baliau megatakan :

“ngak tau aku bang dia dimana, dan dia kerja apa, udah gilak itu bang, jarang pulangpun, ke aku ngak pernah dia ngasih uang, makanya malas aku liatnya kalau dia ada dirumah bang”.

Berdasarkan informasi dari informan yang telah diuraikan oleh penulis, dapat terlihat bahwa faktor utama yang menyebabkan ia menjadi anak jalanan berasal dari faktor yang terdapat dalam keluarganya, informan yang berasal dari keluarga broken home. Serta keadaan perekonomian keluarga yang kurang mampu. Sehingga membuat informan memilih sendiri keputusannya untuk hidup menjadi anak jalanan, hal tersebut mengartikan faktor yang menyebabkan informan menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori mikro (immediate cause), yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalan lebih dilatar belakangi oleh keinginan anak itu sendiri


(48)

yang disebabkan oleh tidak didapatkannya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, dan ketidak mampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar anak. Sehingga jika batas tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak akan cenderung memilih keluar dari rumah dan melakukan kegiatan di jalanan.

5.1.3 Informan Utama II

Nama : Arif didit Nasution

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 15 tahun

Suku : Mandailing

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMP VII (sudah tidak sekolah)

Hubungan dengan keluarga : Tinggal bersama keluarga

Jumlah anggota keluarga : 4

Kedudukan dalam keluarga : anak ke-2

Didit adalah panggilan dari Arif didit Nasution. Sekilas orang tidak akan percaya kalau dia sudah berumur 13 tahun, dan tidak akan percaya pula kalau dia adalah anak jalanan, karena perawakan yang kecil, serta mengunakan pakaian style. Yang selalu memakai celana jeans, sepatu adidas, serta kemeja yang terkadang tidak


(49)

ditutup kancing bajunya. didit berada dijalanan sejak 2014 lalu, ketika ia kelas 1 SMP dan sekarang sudah tidak bersekolah lagi.

Seperti yang peneliti amati, didit hidup bersama ayah, ibu dan beberapa orang adiknya yang masih bersekolah SD. didit bekerja di jalanan dengan mengamen mengunakan gitar kecil (uku lele) dan berada di jalan sejak pagi. Dalam wawancara didit mengatakan,

“ aku kalau ngamen pakai ukulele bang. Aku ngamen dari sekitar jam 9 pagi sampai magrib bang. Dan sambil tersenyum-senyum didit mengatakan pokoknya Lagu-lagu yang aku nyanyikan lebih enak-enak lah bang dibandingkan dari pada anak-anak yang lain”.

Didit menghabiskan waktunya di jalanan atau melakukan aktivitasnya di jalanan hanya sebatas mencari uang utuk memenuhi kebutuhanya dan kebutuhan ekonomi keluarganya, dengan kata lain didit anak jalanan yang termasuk dalam kategori Children on the street, yaitu anak-anak yang masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Didit sudah putus sekolah sejak ia menginjak bangku sekolah 1 SMP. Kedaan ekonomi keluarga yang sulit dan rasa malas yang dimilikinya untuk bersekolah membuatnya harus putus sekolah. Ayah didit bekerja di riau sebagai buruh di kebun kelapa sawit, hal tersebut membuat didit tidak dapat perhatian dan pengawasan yang cukup dari orang tuanya, sehingga keadaan ini membuat didit cenderung menjadi anak yang nakal dan memiliki pegaulan yang kurang baik juga. Teman-temanya banyak yang berasal dari anak jalanan yang merupakan anak-anak dari Kelurahan Sukaraja dan Kelurahan Sukadame yang merupakan pesebelahan dari Kelurahan Sei


(50)

Mati. Sebenarnya ibu didit melarangnya untuk beraktivitas di jalanan, karena ibunya menganggap masih sanggup berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akan tetapi didit yang sudah memiliki teman-teman yang berasal dari anak jalanan dan juga sudah merasakan begitu enak mendapatkan uang di jalanan yang hanya bermodalkan memainkan alat musik dan hapal beberapa lagu sudah bisa menghasilkan uang di jalanan yang membuatnya tidak bisa melepaskan kebiasaanya untuk menjalani aktivitasnya di jalanan dan melawan larangan Ibunya.

Ketika peneliti menanyakan apa alasan utamanya penyebab ia menjadi anak jalanan, ia mengatakan:

“ Aku ngamen karena enak aja bang, dapat uang, nanti uangnya aku belikan baju, rokok makanan dan juga untuk main-main game online atau PS (PlayStation) sama kawan-kawan di warnet bang, apa lagi sekarang udah ada PS3 bang, enak kali mainkannya dan akupun sering tidur diwarnet bang ambil PM (Paket Malam) Cuma RP.10.000 dapat dari jam 11 malam sampai

jam 6 pagi. Aku terkadang cuma pulang untuk mandi aja bang dan kalau makan kadang-kadang aku makan dirumah tapi sering juga aku beli diwarung sebelah warnet ni bang. Nasinya nasi padang kanmurah harganya bang.

Hal tersebutlah yang menyebabkan didit bekerja ngamen dijalanan. Walaupun didit tidak pulang kerumahnya setiap hari, didit masih termasuk kedalam golongan anak jalanan yang tergolong kedalam Children on the street, karena masih berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarganya.


(51)

Kebiasaan anak jalanan menghambur-hamburkan uang bisa dilihat dari hasil wawancara dengan informan kedua ini, ketika peneliti menayakan sebarapa banyak mendapatkan uang selama mengamen dijalanan dan apakah ada hasil dari ngamen disisihkan untuk ditabung, didit pun mengatakan:

” sampai dengan saat ini belum pernah aku mencoba untuk nabung uang bang, kalau hasil ngamen banyak sampai limpul sehari juga pernah bang. Tapi banyak atau ngaknya tergantung yang mau ngasih jugak sih bang. Bisanya yang sering ngasih anak mahasiswa bang dan uang yang didapatkan habis-habis gitu aja bang, uang nya untuk main game di warnet gitu lah bang. Kalau duitnya udah habis hari ni besok ngamen lagi,”.

Situasi anak jalanan seperti ini menggambarkan mendapatkan uang dijalanan sudah dianggap suatu hal yang mudah. Dan ia pun sudah merasa sanggat nyaman menjadi anak jalanan dan Jalanan menjadi tempat mencari uang yang mereka fikir tidak akan ada putusnya. Kehidupan mereka hanya difikirkan untuk satu hari. Mereka mengaggap kalau hari ini habis, maka besok bisa mencari lagi. Dan begitu seterusnya. Tanpa memikirkan sakit atau kemungkinan lainnya.

Dari keterangan informan kedua yang telah diuraikan oleh peneliti, dapat terlihat bahwa faktor yang mendasari dan penyebab ia menjadi anak jalanan dan memilih hidup di jalanan karena adanya peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian besar dan berawal dari memiliki dengan teman-teman dari kalangan anak jalanan., hal tersebut membuatnya suka dan nyaman ketika berada hidup di jalanan, sehingga informan ini pun memilih meninggalkan bangku sekolah yang sedang ia jalani di tingkat SLTP. adapun faktor lain adalah faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu. Dari uraian keterangan


(52)

informan ke dua ini, maka faktor penyebab ia menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori makro (basic cause), yaitu bahwa yang membuat penyebab informan kedua ini untuk memilih hidup di jalanan adalah karena adanya suatu peluang pekerjaan yang begitu mudah mendapatkan uang seperti halnya dengan cara mengamen yang cuma bermodalkan memainkan alat musik dan hapal beberapa lagu.

5.1.4 Informan Utama III

Nama : Rian maulana

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 15 tahun

Suku : Mandailing

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah

Hubungan dengan keluarga : Tinggal bersama keluarga (nenek)

Jumlah anggota keluarga : 2

Kedudukan dalam keluarga : anak ke-1

Rian biasa di panggil Godang oleh kawan-kawannya di Gang Nasional Kelurahan Sei Mati, dan kawan-kawanya anak-anak jalanan di simpang empat lampu merah juanda pun memanggilnya dengan sebutan Godang. Godang tinggal bersama neneknya di Gang Nasional Kelurahan Sei Mati. Motif Godang turun kejalanan


(53)

adalah karena kondisi orang tua mereka bercerai sekitar tahun 2009 lalu, saat itu godang masih berumur 8 tahun. Ibu dan keluarganya sudah berkeluarga kembali dan masing-masing sibuk dengan keluarganya yang baru. Godang yang tinggal bersama nenek yang keadaan ekonomi neneknya pun kurang mampu sehingga menyebabkan mereka harus bekerja sama untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Godang tidak pernah sama sekali merasakan dunia pendidikan, bahkan godang bisa dikatakan buta huruf yang tidak bisa sama sekali membaca dan menulis.

Kegiatan Godang disimpang empat lampu merah Juanda sebagai penjual asongan kacang goreng . Hampir semua pendapatan godang diberikan kepada neneknya. Yang membuat kacang goreng tersebut adalah neneknya Godang. Dan Godang bersama tiga orang kawannya hampir setiap hari mejajakan kacang goreng tersebut disekitaran simpang empat lampu merah Juanda dan bahkan sampai disekitaran depan istana Maimun. Harga satu bungkus kacang goreng yang mereka jual seharga Rp1.000/bungkus. Akan tetapi harga yang mereka pulangkan ke nenek godang seharga Rp 700/bungkus. Setiap harinya Godang dan kawan-kawanya bisa menghabiskan julannya sebanyak 50-70 bungkus kacang per hari, itupun tergantung banyak atau tidaknya pembeli. Berikut kutipan wawancara peneliti bersama Godang.

”belilah kacang aku ini bang, kacang nya Rp. 1.000 satu. Aku jualan kacang ini bantu-bantu nenek untuk nyari uang bang, kacang ini nenek aku memang yang masak bang, aku tinggal sama nenek bang, mamak dan bapak udah cerai mereka bang, kata nenek bapak aku sekarang dipadang bang sedangkan mamak tidak tau dimana bang”.

Saat peneliti perhatikan meskipun Godang ini tidak sekolah, akan tetapi ada suatu hal yang unik cara dia berjualan dalam hitung menghitung uang, dan uang yang


(54)

ia taupun hanya tukar Rp1.000 sampai dengan Rp10.000. dan apabila ada yang membeli kacangnya dengan mata uang diatas Rp10.000 Godang tidak mau menjualkan kacangnya, karna dia tidak tau uang tersebut jumlahnya berapa dan juga tidak tau caranya untuk mengembalikannya bagaimana.

Dilihat dari peranya dalam keluarga hal tersubut menggambarkan Godang banyak berkonstribusi dalam keberlangsungan kehidupan keluarganya sehari-hari. Sudah beberapa tahun terakhir Ayah dan ibunya sudah jarang sekali mejenguk Godang dan neneknya. Ayahnya berada di Padang beserta keluarga barunya sedangkan Ibunya masih tiggal di Medan dan juga telah menikah lagi, tetapi tidak tau diamana alamat yang pasti tempat Ibunya tinggal saat ini.

Berdasarkan keterangan informan yang telah di uaraikan oleh peneliti, dapat terlihat bahwa faktor penyebab ia menjadi anak jalanan berasal dari faktor yang terdapat dalam keluarganya, informan yang berasal dari keluarga yang brokenhome

serta perekonomian keluarga yang kurang mampu membuat informan terpaksa harus membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan kegitan bekerja di jalanan. Hal tersebut mengartikan faktor yang menyebabkan informan menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori mikro, yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun kejalanan lebih dilatar belakangi oleh kondisi keluarga yang brokenhome, penelantaran, dan ketidak mampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar anak. Sehingga jika hal tersebut sudah diluar toleransi anak, maka anak cenderung keluar dari rumah dan melakukan kegiatan di jalanan.


(55)

5.1.5 Informan Utama IV

Nama : Jamal Koto

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 12 tahun

Suku : Padang

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Kelas 6 SD (Masih Sekolah)

Hubungan dengan keluarga : Tinggal bersama keluarga

Jumlah anggota keluarga : 4

Kedudukan dalam keluarga : anak ke-2

Informan ke empat bernama lengkap Jamal Koto, anak yang lahir di Kota Padang pada tanggal 12 Desember 2003 ini adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara, ketika pada tahun 2006 Jamal dan keluarganya pindah ke Kota Medan. Jamal masih bersekolah, sekarang kelas 6 SD. Jamal mulai bekerja di jalanan semanjak kelas 4 SD. Seperti yang peneliti amati sekitar pukul 14.00 Jamal datang ke simpang empat lampu merah juanda masih dengan menggunakan pakain sekolah, ketika hendak memulai pekerjaanya Jamal membuka baju putih seragam yang dikenakannya dan mengantinya dengan baju kaos, baju putih seragam sekolahnya ia masukan kedalam tas. Kegiatan jamal disimpang empat lampu merah juanda sebagai pengamen, waktu biasanya jamal ngamen dimulai dari siang sesudah selesai dzuhur sampai menjelang


(56)

magrib, jika cuaca hujan atau sepi pemberi, Jamal pulang lebih awal. Dalam wawancara dia mengatakan:

“Tergantung keadaan dijalanan bang,klau hujan mana bisa ngamen. aku ngamen biasanya sampai jam tujuh, karena di simpang juanda ni makin sore makin rame bang, karena orang-orang yang pulang kerja dan kuliah lewatnya jalan sini bang, dan lampu merahnya lama bang, jadi bisa lama ngamennya”.

Ketika peneliti menayakan alasan apakah yang menyebabkan Jamal ngamen dijalanan, jamal pun mengatakan :

”ngak enak aja dirumah bang aku aja dikasih jajan sekolah Cuma Rp, 2.000 ribu, pulang sekolah ngak pulak dikasih lagi bang. enak ngamen bang nanti kalau pulang kerumah aku ngasih uang ke mamak ngak dimarahin mamak, kalau ngak ngamen dirumah direpeti mamak aja bang”.

Hasil pengamatan peneliti beberapa hari di jalanan Jamal mendapatkan hasil ngamennya dalam sehari mencapai sekitaran Rp. 25.000-Rp. 30.000 biasanya uang dikumpulkan dimasukan kedalam lubang ukulele nya dan dan ketika mau pulang dia hitung. Karena pada hari Kamis, 11 Mei 2016 saat peneliti turun kelapangan peneliti juga pernah sekali membatu Jamal menghitung uang dari hasil ngamen yang didapatkankannya.

Setelah selesai ngamen biasanya Jamal tidak lansung pulang kerumah. Hampir setiap hari Jamal menghabiskan waktunya selama 2-4 jam diwarnet bersama dengan teman-temanya yang juga dari anak jalanan. Salah satu dari temanya bernama didit yang juga merupakan informan utama dalam penelitian ini. Untuk


(57)

main warnet selama 3 jam biasanya Jamal harus mengeluarkan uang sebanyak Rp. 7.000. hal yang ia lakukan adalah bermain game online, seperti dalam wawancara ia mengatakan :

” biasanya kalau aku main diwarnet bang sampai 3 jam sekali main bang bayarnya Rp.7.000 bang. Dan aku sering main sama si didit bang, main game GTA kami bang”.

Selain uang hasil ngamen yang didapatkan di jalanan digunakan untuk bermain di warnet hasil dari ngamen juga dipergunakan Jamal untuk uang tambahan jajan disekolah, karena seperti keterangan sebelumnya bahwa Jamal dikasih jajan ke sekolah oleh orang tuanya Cuma Rp. 2.000. dan ketika peneliti tanyakan untuk apa lagi uang tersebut dipergunakan, Jamal mengatakan

” Uang dari hasil ngamen aku ada juga aku kasih ke mamak bang. Klau banyak hasil ngamen aku kasih dua puluh ribu atau sepuluh ribu”.

Ketika peneliti menanyakan apa pekerjaan kedua orang tuanya dan dipergunakan untuk apa saja uang pemberian dari Jamal tersebut, dan Jamal mengataka:

” biasalah bang uangnya untuk nambah-nambah keperluan mamak dirumah untuk beli beras dan ada juga dikasih mamak untuk jajan adik kalu adik mintak uang jajan. Ayah kerjanya tukang becak bang, biasanya dia mangkalnya di depan Yuki bang. Sedangkan mamak ngak ada kerja bang, Cuma di rumah aja”.

Berdasarkan informasi dari informan yang telah diuraikan oleh penulis, dapat terlihat bahwa faktor utama yang menyebabkan ia menjadi anak jalanan berasal dari


(58)

faktor yang terdapat dalam keluarganya, Serta keadaan perekonomian keluarga yang kurang mampu yang membiasakan menyuruh anaknya untuk bekerja. Sehingga membuat informan utama ini menjadi anak jalanan yang bekerja dijlanan, hal tersebut mengartikan faktor yang menyebabkan informan menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori messo (underlying cause) yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalan lebih dilatar belakangi oleh suatu kebiasaan dalam keluarga yang mebiasakan dan menyuruh anaknya untuk bekerja dijalanan. Sehingga jika batas tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak akan cenderung memilih keluar dari rumah dan melakukan kegiatan dijalanan .

5.1.6 Informan Utama V

Nama : Siska Sembiring

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 11 tahun

Suku : Karo

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Kelas 5 SD (Masih Sekolah)

Hubungan dengan keluarga : Tinggal bersama keluarga

Jumlah anggota keluarga : 4


(59)

Siska merupakan satu-satunya informan utama dalam penelitian ini yang berjenis kelamin perempuan. Kegiatan keseharian Siska di simpang empat lampu merah Juanda sebagai pengasong gorengan kacang dan aqua botol. Siska memulai kegiatannya di jalanan sepulang dari sekolah sekitar pukul jam 2 siang. Salah satu kawan Siska ngasong di simpang empat lampu merah Juanda benama Rian tau yang lebih dikenal dikalangan anak jalanan dengan sebutan nama panggilan Godang, yang juga merupakan informan utama dalam penelitan ini.

Kacang goreng yang dijual Siska di jalanan merupakan kacang yang dibuat oleh neneknya Godang yang bernama Warahmah. Setiap harinya Siska dapat menjual kacang goreng tersebut sebanyak 30-50 bungkus. Harga kacang yang Siska jual di jalanan seharga Rp 1.000/bungkus, setiap per satu bungkus Siska mendapatkan Rp 3.00. dan apabila Siska dapat menjual habis kacang tersebut sebanyak 50 bungkus maka keutungan yang Siska dapatkan sebanyak Rp.15.000

Saat peneliti menanyakan apa alasan penyebab Saskia ngasong di jalanan simpang empat lampu merah janda, ia mengatakan :

“kalau aku jualan kacang ni nanti dapat uang bang. Uagnya nanti bisa untuk jajan. Ngak mintak-mintak sama mamak lagi. Mamak Cuma ngasih jajan sekolah Rp2.000 ribu bang, pulang sekolah dia ngak ngasih jajan lagi. Makanya jualan kacang sama Godang. Yang punya kacang ni neneknya Godang bang. Nanti kalau kacangnya habis semua laku aku dapat Rp 15.000 bang”.

Saat peneliti menanyakan seputaran keadaan keluarganya saat ini, Siska pun menceritakan bahwasanya kedua orang tuanya masih ada. Yang saat sekarang ini


(60)

tinggal di Gg perwira Kelurahan Sei Mati. Ayahnya bernama Amnar sembiring dan ibunya bernama Nur. Keseharian bapaknya hanyalah buruh bangunan dan mamak nya hanya sebagai ibu rumah tangga. Terkadang ayahnya Siska pulang hanya seminggu sekali apabila mendapatkan kerja yang jauh jaraknya dari rumah. Keberadaan nya di jalanan saat ini diketahui oleh kedua orang tuanya, seperti kutipan dalam wawancara, Siska mengatakan :

” aku kan pulang sekolah jam 12 bang, siap siap makan siang aku nanti ngambil kacang di rumahnya nenek godang bang. Rumahnya nenek godang dekat rumah aku bang. kacangnya nanti aku jual di lampu merah juanda ni sampai sore nanti bang. karena kalau udah sore rame yang beli bang. kalau mamak memag udah tau kalau aku jaualan kacang sama kawan-kawan yang lain sini bang, yang jualan sini banyak bang anak-anak yang dari kelurahan sukadame ada juga bang. mereka kawan-kawan aku di sekolah bang. ada yang jualan aqua dan kacang juga sini bang”.

Berdasarkan informasi dari informan yang telah diuraikan oleh penulis, dapat terlihat bahwa faktor utama yang menyebabkan ia menjadi anak jalanan berasal dari faktor yang terdapat pada kemauanya sendiri, Serta keadaan perekonomian keluarga yang kurang mampu. Sehingga membuat informan lebih memilih melakukan kegiatan ngasong kacang di jalanan, hal tersebut mengartikan faktor yang menyebabkan informan menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori mikro

(immediate cause) yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalan lebih dilatar belakangi oleh keinginan anak itu sendiri yang disebabkan oleh ketidak mampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar anak. Sehingga jika batas tersebut


(61)

sudah diluar batas toleransi anak, maka anak akan cenderung memilih keluar dari rumah dan melakukan kegiatan dijalanan.

5.1.7 Informan Tambahan I

Nama : Lasni

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 32 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Tamat SMP

Kedudukan dalam keluarga : Ibu dari Rio Pratama

Jumlah anggota keluarga : 3

Ibu Lasni adalah orang tua dari Rio pratama, dilihat dari wajahnya ibu ini masih tergolong muda. Keseharian ibu Lasni bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumahnya ibu Salma tetangganya dari ibu Lasni. Ibu Salma ini tergolong orang yang berada kalau dilihat dari kediamannya, karena disaat peneliti menjumpai ibu Lasni tidak berapa jauh dari rumahnya ibu Salma. Status ibu Lasni adalah seorang yang masih bersuami, tetapi suaminya jarang pulang kerumah, bukan berstatus mencari kerja diluar Kota Medan melainkan keberadaanya masih di Kota Medan dan berpindah-pindah. Disaat peneliti menanyakan apa pekerjaan suaminya, seperti dalam kutipan wawancara ibu Lasni mengatakan:


(62)

“perkerjaan suami kakak tidak ada yang tetap dek, pernah menjadi tukang becak, karena becaknya sering rusak-rusak akhirnya becakya dijual sama suami kakak. Semenjak becak dijual kerjanya ngak jelas dan tetap lagi dek, terkadang menjadi tukang buruh bangunan, itupun kalau ada kawannya yang ngajak dek. Semenjak kerjanya suami kakak ni ngak ada yang tetap dan semanjak itulah lah dia jarang pulang. Dan kalau pun dia pulang kerumah bawaanya sering marah-marah tak jelas, dan akhir- akhir ini kakak pun sering ribut sama dia”

Saat peneliti menanyakan tentang rio, apakah ia mengetahui kalau anaknya melakukan kegiatan ngamen dijalanan, dan ternyata ibu Lasni mengetahui kalau anaknya bekerja dijalanan. Dan kedaan ini tidak terlalu dipermasalahkannya, dan ibu Lasni pun tidak pernah melarangnya. Karena setiap uang yang didapatkan rio dijalanan ibu Lasni pun tidak pernah untuk memintanya dan kalaupun rio memberikan uang hasil ngamen kepada mamak nya, uang itupun disimpan oleh ibu Lasni. Seperti yang dikatakan Ibu Lasni :

“iya dek kakak tau kalau rio kerjanya ngamen di sekitaran lampu merah simpang empat juanda. Udah lama memang anak kakak itu ngamen. Hasil dari ngamennya itupun ngak pernah kakak mintak kok dek. Semua hasilnya digunakan rio untuk uang jajananya. Kalaupun ada yang rio kasih ke kakak itupun uangnya kakak simpan dek, nanti uang yang disimpan itu kakak gunakan untuk keperluan menganti seragam sekolahnya. Dan inipun rencananya kakak mau membelikan sepatu sekolah sama rio. Karena sepatu yang dipakainya sekekarang udah pada robek bagian tapaknya dek. Lagian uang rio memang ada yang kakak simpan.


(63)

Ibu Lasni selaku orang tua dari Rio sebenarnya tidak mengiginkan hal seperti ini terjadi, seperti halnya yang terjadi dalam keluarganya yang mana suaminya yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan sering marah-marah kalau pulang. Dan rio yang menghabiskan waktu sepulang sekolahnya ngamen nyari duit. Tetapi karena keadaan sudah seperti ini dalam keluarganya dia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Sewaktu peneliti menanyakan apa sebenarnya penyebab rio melakukan kegiatan dijalanan, ibu Lasni mengatakan.

” Keadaan ini semuanya memang berasal dari dalam keluarga kakak dek, dan ditambah lagi keadaan ekonomi jaman sekarang susah nyari duit dan juga susah untuk mencari pekerjaan. Dan saat Rio ngamen nyari duit kakakpun ngak bisa berbuat apa-apa untuk melarangnya dek. Cuma kakak sering berpesan dan menasehati rio supaya jagan pernah nyuri dan mengambil barang orang dan juga ikut coba-coba sama orang pemakai narkoba.

Berdasarkan keterangan informan tamabahan yang telah menceritakan keadaan keluarganya, maka dalam hal ini dapat dikatan Faktor penyebab anaknya menjadi anak jalanan masuk kedalam tingkat mikro (immediate cause) yaitu dimana anak memilih untuk turun kejalanan lebih dilatar belakangi oleh keinginan anak itu sendiri yang disebabkan masalah yang terjadi didalam keluarganya seperti keadaan dalam keluarga yang tidak harmonis, dan tidak dapat terpenuhinya kebutuhan utama anak oleh orang tuanya yang dikarenakan keadaan ekonomi keluarga yang kurang mamapu. Sehingga apabila hal tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak akan cenderung memilih keluar dari rumah dan melakukan kegiatan di jalanan.


(64)

5.1.8 Informan Tambahan II

Nama : Saripah

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 38 tahun

Suku : Batak Mandailing

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Tamat SMP

Kedudukan dalam keluarga : Ibu dari Arif didit Nasution

Jumlah anggota keluarga : 5

Informan kedelapan dalam penelitian ini merupakan informan tambahan yang bernama Ibu Saripah. Ibu Saripah merupakan orang tua dari Didit yaitu salah satu yang menjadi informan utama dalam penelitian ini. Maka dari itu Ibu Saripah dianggap pantas dijadikan sebagai nforman tambahan karena beliau mengetahui dan memiliki informasi yang diperlukan untuk memperkuat penelitian ini.

Ibu Saripah memiliki 5 orang anak dan didit marupakan anak ke dua dari lima orang bersaudara. Ibu Saripah hanya seorang ibu rumah tangga dan mempunyai pekerja sambilan berjualan kecil-kecilan karena ia memiliki Kios kecil yang ada didepan rumahnya. Sedangkan suaminya bekerja di salah satu kebun kelapa sawit di Riau. Suami ibu Saripah pulang hanya satu kali dalam satu bulan, sehingga Ibu Saripah lebih banyak mengurus anak-anaknya sendiri. Seperti yang dikatan Ibu Saripah:


(65)

“sehari-hari ibu hanya jualan kecil kecilan dek, keadaan ibu seperti yang adek lihat ini, Cuma jualan makanan-makanan ringan untuk anak-anak sekitar sini, karena anak-anak di gang ini banyak jadi jajan nya pada kemari. Dan ibu pun ada jualan sabun mandi dan alat-alat nyuci untuk keperluan ibu-ibu sekitar sini. Jadi usaha inilah utntuk menambah pengahsilan keluarga ibu dek, kalau bapak suami ibu kerjanya jauh di Riau kerja di kebun kelapa sawit orang. Udah lama memang dia kerja sana. Pulangnya pun sebulan sekali biasanya siap-siap gajian dia pulang kemedan, dan kalau ngak sempat pulang uang untuk belanja ibu dan anak-anak ia kirimkan”.

Karena Ibu Saripah lebih sering mengurus anak-anaknya seorang diri, sehingga Ibu Saripah tidak bisa mengontrol salah satu anaknya bernama Didit yang merupakan salah seorang dari informan utama. Akibat dari kurangnya perhatian dari orang tuanya tersebut Didit cenderung menjadi anak yang nakal dan liar, dia pun sering tidak menghiraukan larangan dari ibunya supaya tidak bergaul lagi dengan kawan-kawanya yang ada di jalanan. Ibu Sarpah mengatakan:

“Anak Ibu itu dulu sekolah dia dek, udah dimana mau naik kelas tiga disitu pulak di ngulah. Ibu pun dulu sering di panggil oleh pihak sekolah. Karena Diditnya sering bolos dan sudah satu minggu rupanya tidak masuk sekolah, padahal dari rumah dia sudah pakai pakaian seragam sekolah. Dan tau taunya dia tak pula masuk kesekolah. Rupanya main main dan kerja ngamen sama anak jalanan yang dilampu merah simpang empat juanda itu dia dek”.

Hal ini lah penyebab Didit putus sekolah, dan juga tidak mau lagi ketika di suruh orang tuanya bersekolah. Dia lebih memlih melakukan kegiatan ngamen di jalanan bersama kawan-kawanya yang juga berasal dari anak jalanan.


(66)

Keluarga Ibu Saripah ini termasuk kedalam keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu. Dan Didit pun telah memutuskan untuk tidak bersekolah lagi, dan telah memilih keputusan hidup dijalanan bersama anak-anak jalanan yang lain. Mungkin di jalanan Didit menganggap begitu mudah mendapatkan uang, yang uang tersebut biasanya dia gunakan untuk bermain game online dan PS bersama teman-temannya di warnet.

Berdasarkan keterangan informan tambahan yang telah diuraikan oleh peneliti bahwa fakto utama yang mendasari anaknya turun kejalanan menjadi anak jalanan, hal tersebut disebabkan oleh karena adanya peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian besar dan berawal dari memiliki dengan teman-teman dari kalangan anak jalanan., hal tersebut membuatnya suka dan nyaman ketika berada hidup di jalanan, sehingga anaknya ini pun memilih meninggalkan bangku sekolah yang sedang ia jalani di tingkat SLTP. adapun faktor lain adalah faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu. Dari uraian keterangan informan ke dua ini, maka faktor penyebab ia menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori makro (basic cause), yaitu bahwa yang membuat penyebab informan kedua ini untuk memilih hidup di jalanan adalah karena adanya suatu peluang pekerjaan yang begitu mudah mendapatkan uang seperti halnya dengan cara mengamen yang cuma bermodalkan memainkan alat musik dan hapal beberapa lagu.


(67)

5.1.9 Informan Tambahan III

Nama : Warahmah

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 58 tahun

Suku : Batak

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD

Kedudukan dalam keluarga : Nenek dari Godang

Jumlah anggota keluarga : 2

Nenek Warahmah yang berusia 58 tahun ini masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meskipun nenek Warahmah sudah tua tapi ia tidak hidup sebatang kara. Melainka ia hidup bersama satu orang cucunya yaitu Rian alias Godang. Cucunya ini adalah korban dari perceraian anaknya yang ke tiga yaitu Ibunya Godang yang bernama Sakinah.

Ibu Sakinah telah bercerai sekitar tahun 2009 yang lalu saat Godang berusia sekitar 8 tahun. Akibat percerain tersebut Godang dititipkan ke neneknya, karena Ibu Sakinah pada waktu itu pergi mencari kerja ke daerah lubuk pakam. Awal-awal kerja dilubuk pakam Ibu Sakinah masih sering mengunjungi Godang ke medan, dan sebelum Ibu Sakinah balik ketempat kerja ke lubuk pakam bisanya Ibu Sakinah selalu meninggalkan uang ke nenek Warahmah sebanyak Rp.3.00.000 untuk jajan keperluan Godang sehari-hari. Akan tetapi setelah beberapa tahun kemudian Ibu


(1)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.4 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak 2.1.1 Pengertian Anak ... 10

2.1.2 Hak dan Kewajiban Anak ... 11

2.1.3 Perlindungan Hukum Anak ... 14

2.1.4 Kesejahteraan Anak ... 16

2.1.5 Pelayanan Sosial Kesejahteraan Bagi Anak ... 17

2.2 Anak Jalanan 2.2.1 Pengertian Anak Jalanan ... 20

2.2.2 Kategori Anak Jalanan ... 22

2.2.3 Kriteria Anak Jalanan ... 25

2.2.4 Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan ... 28

2.2.5 Proses Terjadinya Anak Jalanan ... 38

2.2.6 Resiko Anak Jalanan ... 40


(2)

viii

2.4 Kerangka Pemikiran ... 44

2.5 Definisi Konsep ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 49

3.2 Lokasi Penelitian ... 49

3.3 Informan ... 50

3.3.1 Informan Kunci ... 50

3.3.2 Informan Utama ... 51

3.3.3 Informan Tambahan………….. ... 51

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5 Teknik Analisa Data ... 52

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 53

4.2 Sejarah Kota Medan ... 53

4.3 Kondisi Geografis Kota Medan ... 55

4.4 Kondisi Demografis Kota Medan ... 57

4.5 Gambaran Umum Kelurahan Sei Mati ... 58

4.6 Sejarah Kelurahan Sei Mati ... 58

4.7 Kondosi Geografis Kelurahan Sei Mati ... 59

4.8 Komposisi Penduduk Kelurahan Sei Mati ... 60

4.8.1 Komposisi Penduduk Menurut Etnis/Suku ... 61

4.8.2 Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 62

4.8.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63

4.8.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 64

4.9 Sarana dan Prasarana Kelurahan Sie Mati ... 65

4.9.1 Sarana dan Prasarana Sosial ... 65

4.9.2 Sarana dan Prasarana Perekonomian ... 71

4.9.3 Sarana dan Prasarana Transportasi ... 72

4.10 Nama-nama Pegawai dan Kepala Lingkungan Menurut Susunan Organisasi Pemerintahan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan ... 74


(3)

ix

4.10.1 Daftar Nama Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi, Staf. ... 73

4.10.2 Daftar Nama Kepala Lingkungan ... 75

4.11 Kehidupan Masyarakat Sei Mati ... 75

BAB V ANALISI DATA 5.1 Hasil Temuan ... 79

5.1.1 Informan forman Kunci I ... 79

5.1.2 Informan Utama I ... 83

5.1.3 Informan Utama II ... 86

5.1.4 Informan Utama III ... 90

5.1.5 Informan Utama IV ... 93

5.1.6 Informan Utama V ... 96

5.1.7 Informan Tambahan I ... 99

5.1.8 Informan Tambahan II ... 102

5.1.9 Informan Tamabahan III ... 105

5.1.10 Informan Tambahan IV ... 107

5.1.11 Informan Tambahan V ... 110

5.2 Analisi Data ... 112

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 124

6.2 Saran ... 126


(4)

x

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Alir Pikir ... 46


(5)

xi

DAFTAR TEBEL

Tabel 2.1 Krakteristik Anak Jalanan ... 28

Tabel 4.1 Pemanfaatan Areal Tanah Kelurahan Sei Mati ... 29

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Etnis ... 61

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kelurahan Sei Mati Menurut Agama ... 62

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Sei Mati ... 63

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Mati... 64

Tabel 4.6 Prasarana Pribadatan Kelurahan Sei Mati ... 65

Tabel 4.7 Prasarana Pendidikan Kelurahan Sei Mati ... 66

Tabel 4.8 Prasarana Olah Raga Kelurahan Sei Mati ... 66

Tabel 4.9 Prasarana Kesehatan Kelurahan Sei Mati ... 67

Tabel 4.10 Prasarana Umum Kelurahan Sei Mati ... 68

Tabel 4.11 Prasarana Jalan Protokol Kelurahan Sei Mati ... 69

Tabel 4.12 Sarana Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Sei Mati ... 69

Tabel 4.13 Prasarana Perekonomian di Kleurahan Sei Mati ... 71

Tabel 4.14 Daftar nama Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi dan Staf ... 72


(6)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Informan Penelitian

2. Blangko Pengajuan dan Persetujaun Judul Skripsi yang telah di ACC 3. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

4. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

5. Surat Penugasan Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi 6. Surat Izi Penelitian dari Wakil Dekan I FISIP USU.

7. Surat Balasan Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Medan Badan Penelitian Dan Pengembangan

8. Surat Balasan Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Medan Kecamatan Medan Maimun

9. Surat Balasan Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Medan Kecamatan Medan Maimun Kelurahan Sei Mati