Pengaruh Jumlah Pelarut Terhadap Rendemen Minyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Jumlah Pelarut Terhadap Rendemen Minyak

Data hasil proses ekstraksi berupa massa minyak kopi yang diperoleh setelah proses destilasi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Data Hasil Proses Ekstraksi Jenis Pelarut Perbandingan Massa Pelarut : Sampel Jumlah Pelarut Massa Minyak Kopi per 40 gram Sampel gram Rendemen n-Heksana 1:5 500 4,23 10,58 1:6 600 4,3 10,75 1:7 700 4,44 11,1 1:8 800 4,35 10,88 Toluena 1:5 500 6,32 15,8 1:6 600 7,09 17,73 1:7 700 6,65 16,63 1:8 800 6,24 15,6 Dari data di Tabel 4.1 diperoleh bahwa variabel jumlah pelarut berpengaruh terhadap rendemen minyak hasil ekstraksi. Pengaruh variasi jumlah pelarut pada rendemen minyak kopi dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini. Gambar 4.1 Pengaruh Jumlah Pelarut terhadap Rendemen dengan Jenis Pelarut n- Heksana Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Pengaruh Jumlah Pelarut terhadap Rendemen dengan Jenis Pelarut Toluena Dari gambar 4.1 dan 4.2 diatas terlihat bahwa rendemen minyak kopi yang diperoleh seiring peningkatan jumlah masing-masing pelarut yang digunakan awalnya meningkat, tetapi kemudian justru menurun. Pada esktrasi dengan pelarut n-heksana, rendemen menurun pada perbandingan massa sampel : pelarut = 1:8, sedangkan pada pelarut toluena, penurunan rendemen telah terjadi mulasi dari perbandingan massa sampel : pelarut = 1:7 dan juga terus menurun pada perbandingan 1:8. Prinsip ekstraksi padatan-cairan adalah ketika suatu bahan padatan mengalami kontak dengan suatu pelarut, komponen terlarut dalam bahan padatan berpindah ke dalam pelarut. Dengan demikian, ekstraksi pelarut menghasilkan perpindahan massa bahan aktif terlarut ke dalam pelarut, dan perpindahan ini menghasilkan gradien konsentrasi. Jika rasio pelarut-bahan baku semakin besar maka jumlah senyawa terlarut yang berpindah juga akan semakin besar pula Lansida, 2011. Namun, laju perpindahan massa akan semakin menurun seiring meningkatnya konsentrasi bahan aktif di dalam pelarut, hingga kesetimbangan tercapai, dengan kata lain, konsentrasi bahan aktif di dalam bahan padatan dan pelarut telah sama. Sesudah itu, tidak akan ada lagi perpindahan massa bahan aktif dari bahan padatan ke dalam larutan Handa, dkk, 2008. Salah satu kekurangan ekstraksi soxhlet adalah sampel diekstraksi pada kisaran titik didih pelarut selama periode waktu yang lama dan kemungkinan dekomposisi termal komponen lain dalam bahan padatan tidak dapat diabaikan, Universitas Sumatera Utara apalagi jika analit termolabil terdapat di dalamnya Xiao, 2008. Sayre 1916 melaporkan bahwa terdapat zat mudah menguap dalam destilasi yang terdapat di dalam kopi sangrai, yakni furfuraldehyde dari karbohidrat, acrolein dari lemak, catechol dan pyrogallol dari tanin, dan amonia, amin dan pyrrol dari protein dengan derajat kekompleksan masing-masing. Selain itu, caffein atau trimethylxanthin C 5 HCH 3 3 N 4 O 2 di dalam kopi sangrai memiliki kelarutan yang cukup tinggi dalam toluena, yakni 0,57 gram caffein100 gram larutan jenuh pada suhu 30 C dan segera tersublimasi pada suhu 120 C Trigg, 1922, sementara kandungan caffein dalam kopi sangrai mencapai 2,4 berat kering kopi sangrai Illy dan Viani, 1995. Komponen-komponen ini terikut di dalam pelarut, baik akibat pelarutan maupun terikut karena banyaknya pelarut yang terlibat, terlebih setelah titik kesetimbangan tercapai, dan menguaptersublimasi pada saat destilasi. Hal inilah antara lain yang menyebabkan rendemen minyak yang diperoleh justru semakin menurun pada saat jumlah pelarut meningkat.

4.2 Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Rendemen Minyak