BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
Bahan baku yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah limbah biji kopi yang berasal dari biji kopi dari Sidikalang, dan bahan kimia berupa n-
heksana C
6
H
14
, toluena C
7
H
8
C
6
H
5
CH
3
, etanol C
2
H
5
OH 96, indikator phenolphthalein C
20
H
14
O
4
, aquadest H
2
O, metanol CH
3
OH, natrium hidroksida NaOH, dan asam sulfat H
2
SO
4
. Peralatan utama yang akan digunakan adalah labu leher tiga, corong
pemisah, gelas ukur, motor pengaduk
magnetic stirrer
, pemanas
heating mantle
, termometer, buret, erlenmeyer, pipet tetes, beaker glass, statif dan klem,
hot plate, pendingin liebig, refluks kondensor
dan
water bath
.
3.3 DIAGRAM KERJA
Gambar 3.1 Diagram Kerja Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Limbah Biji Kopi Penyiapan bubuk biji kopi
Ekstraksi
Transesterifikasi Esterifikasi
Biodiesel
Universitas Sumatera Utara
3.4 PROSEDUR KERJA
3.4.1 Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku berupa biji kopi rusak dipisahkan dari biji kopi yang baik. Biji kopi rusak ini kemudian dikeringkan pada suhu kamar hingga pada permukaan
biji tidak terdapat lagi lendir maupun pengotor-pengotor cair, seperti bekas pencucian biji kopi maupun air. Kemudian biji kopi rusak tersebut disangrai
dengan melakukan proses penyangraian pada penggorengan tanpa menggunakan minyak hingga biji kopi berwarna kecoklatan tua hingga hitam. Lalu biji kopi
tersebut dihaluskan dengan mesin penggiling kopidan diayak hingga berbentuk
bubuk yang halus dengan ukuran 100 mesh.
3.4.2 Ekstraksi
1. Ditimbang sampel biji kopi sangrai bubuk sebanyak 40 gram, lalu dibungkus dalam kertas saring
Whatman
No. 41 dan dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi soklet.
2. Diisi labu ekstraksi dengan pelarut, dimana jenis pelarut dan perbandingan berat pelarut : sampel sesuai variabel percobaan.
3. Kondensor dan labu ekstraksi dirangkai pada soklet, lalu dipanaskan di atas
hot plate
sambil dialirkan air. 4. Pemanasan dilakukan sampai pelarut mendidih dan menguap, pada kisaran
suhu 70-75 C, lalu membasahi sampel. Pelarut yang telah mengandung
minyak biji kopi akan bergerak ke bagian bawah pipa soklet dan menuju labu ekstraksi.
5. Ekstraksi dihentikan setelah tercapai waktu operasi selama 120 menit. 6. Selanjutnya dilakukan proses distilasi.
7. Didapatkan minyak biji kopi murni dan pelarut murni yang jernih. 8. Selanjutnya dilakukan analisa densitas, viskositas dan kadar FFA minyak
biji kopi.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Destilasi
1. Hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam labu destilasi. 2. Labu destilasi ditempatkan diatas
heating mantle
dan dirangkai dengan
pendingin liebig.
3. Dilakukan pemanasan di atas
heating mantle
sambil dialirkan air. 4. Pelarut yang menjadi distilat ditampung di dalam erlenmeyer 250 ml.
5. Pemanasan dilanjutkan hingga seluruh pelarut menguap. 6. Didapatkan minyak biji kopi yang sudah bebas dari pelarut.
Gambar 3.2 Rangkaian peralatan
soxhlet extraction
Gambar 3.3 Rangkaian peralatan destilasi
keterangan gambar: 1. statif
2. klem 3. heating mantle
4. labu ekstraksi 5. pipa soklet
6. pipa kecil 7. pipa
8. kondensor 9. sampel
10. larutan pelarut dan esktrak 11. pipa aliran air pendingin masuk
12. pipa aliran air pendingin keluar
keterangan gambar: 1. statif
2. termometer 3. labu leher tiga
4. heating mantle 5. pipa penghubung
6. pendingin liebig 7. erlenmeyer
7
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Esterifikasi
1. Dimasukkan 100 ml minyak biji kopi murni, metanol perbandingan molar metanol : asam lemak bebas = 3:1, dan katalis H
2
SO
4
sebanyak 1 vv ke dalam labu leher tiga, kemudian diaduk dengan kecepatan konstan 600 rpm
dan dipanaskan sampai suhu reaksi 60 C.
2. Dipertahankan suhu reaksi. 3. Esterifikasi dihentikan setelah waktu operasi mencapai 60 menit.
4. Setelah reaksi selesai, campuran reaksi dipindahkan ke corong pisah untuk memisahkan lapisan bawah.
5. Lapisan atas lemak dan metil ester dicuci hingga pH netral. 6. Lapisan atas diuapkan untuk memisahkan metanol dan air yang masih
tersisa dalam lemak.
Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk proses esterifikasi
3.4.4 Transesterifikasi
1. Ke dalam hasil esterifikasi ditambahkan katalis NaOH sebanyak 1,75 ww
yang telah dilarutkan dalam metanol perbandingan molar metanol : minyak biji kopi = 9:1, lalu dilakukan pengadukan dengan kecepatan konstan 600
rpm dan pemanasan pada suhu 60 C.
2. Suhu reaksi dipertahankan konstan, lalu transesterifikasi dihentikan setelah
waktu operasi mencapai 120 menit.
Universitas Sumatera Utara
3. Selanjutnya dilakukan destilasi untuk memisahkan metanol yang tidak
bereaksi. 4.
Dilakukan pemisahan lapisan produk, yakni gliserol dan metil ester berdasarkan perbedaan densitas dengan menggunakan corong pemisah.
5. Metil ester dicuci dengan air hangat bersuhu 85
C di dalam corong pemisah untuk membuang residu katalis dan sabun, kemudian dikeringkan.
6. Dilakukan analisa densitas, viskositas, dan titik nyala metil ester.
3.5 ANALISA MINYAK BIJI KOPI DAN BIODIESEL METIL ESTER
3.5.1. Penentuan Densitas
Specific Gravity
1. Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang dan dicatat massanya.
2. Piknometer diisi dengan air hingga penuh, lalu ditimbang dan dicatat massanya. Massa air dalam piknometer adalah selisih dari massa
piknometer berisi air dengan piknometer kosong. 3. Densitas air dihitung dengan membagi massa air dengan volume air pada
suhu pengukuran. Densitas air yang diperoleh merupakan densitas zat cair standar. Selanjutnya piknometer diisi dengan sampel dan ditimbang
massanya. 4. Massa sampel diperoleh dari selisih massa piknometer berisi sampel
dengan massa piknometer kosong. 5. Densitas sampel diperoleh dari pembagian massa sampel dengan volume
piknometer. 6.
Specific gravity
sampel dapat ditentukan dengan cara : densitas sampel dibagi dengan densitas air.
3.5.2 Penentuan Viskositas
1. Aquadest dituang sebanyak 10 ml ke dalam viskosimeter, dan suhunya dicatat.
2. Kemudian dihisap dengan karet penghisap sampai cairan berada di atas tanda garis “a” pada bulatan pipa kecil.
Universitas Sumatera Utara
3. Cairan dibiarkan turun, waktu selama cairan turun dari tanda “a” ke tanda “b” dihitung dengan stopwatch dan dicatat.
4. Prosedur 2 dan 3 diulangi sampai 3 kali. 5. Aquadest dalam viskosimeter dibuang dan diganti dengan sampel
sebanyak 10 ml. Cara pengukuran waktu alir seperti halnya pada air dan dilakukan sebanyak 3 kali.
6. Dari harga waktu alir yang dicatat, dapat dihitung viskositas sampel.
3.5.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
F ree F atty Acid
1. Diambil 3 ml sampel dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Ditambahkan 9 ml etanol 96.
3. Diaduk hingga sampel larut.
4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthalein dan dititrasi dengan
larutan standard NaOH 0,1 N hingga warna merah muda stabil selama 15 detik, kemudian dicatat volume NaOH yang terpakai.
3.5.4 Penentuan Titik Nyala
1. Sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap dan termometer dipasang. 2. Sampel dipanaskan dengan bunsen dan nyala api diletakkan 10 cm di atas
permukaan sampel. 3. Proses pemanasan terus dilakukan sampai nyala api terbakar.
4. Temperatur sampel pada saat mulai terbakar disebut titik nyala nyala uji.
3.5.5 Penentuan Komposisi Asam Lemak dan Asam Lemak Bebas dengan
Gas Chromatography GC
.
Universitas Sumatera Utara
3.6 FLOWCHART PROSEDUR KERJA
3.6.1 Flowchart Penyiapan Bahan Baku
Gambar 3.5 Flowchart Penyiapan Bahan Baku Mulai
Biji kopi rusak dipisahkan dari biji kopi baik
Dikeringkan pada suhu kamar
Disangrai hingga berwarna kecoklatan tua atau hitam
Dihaluskan dengan mesin penggiling kopi dan diayak pada 100 mesh
Diperoleh bubuk limbah biji kopi sangrai berukuran 100 mesh
Selesai
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Flowchart Ekstraksi
Mulai Ditimbang sampel biji kopi sangrai bubuk sebanyak
50 gram, dibungkus dengan kertas saring
Whatman
dan dimasukkan ke dalam tabung soklet Pelarut diisi ke dalam labu ekstraksi dengan jenis pelarut
dan perbandingan berat pelarut:sampel sesuai dengan variabel percobaan
Dilakukan pemanasan di atas
heating mantle
sambil dialirkan air selama waktu operasi 120 menit
Kondensor dan labu ekstraksi dirangkai pada soklet
A Hasil ekstraksi dipindahkan dari labu ekstraksi ke labu destilasi
Didapatkan minyak biji kopi bebas pelarut
B
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.6 Flowchart Ekstraksi Apakah masih
ada variasi jenis pelarut
lain? A
B
Dilakukan analisa densitas, viskositas dan kadar asam lemak bebas
free fatty acid
tidak ya
ya
tidak
Apakah masih ada variasi
perbandingan berat pelarut:sampel lain?
Selesai
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Flowchart Destilasi
Gambar 3.7 Flowchart Destilasi Mulai
Hasil ekstraksi dipindahkan dari labu ekstraksi ke labu destilasi
Labu distilasi ditempatkan di atas
heating mantle
lalu dirangkai dengan
pendingin liebig
Pelarut yang menjadi distilat ditampung didalam erlenmeyer 250 ml
Dilakukan pemanasan di atas
heating mantle
sambil dialirkan air
Dilanjutkan pemanasan sampai seluruh pelarut menguap
Selesai
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Flowchart Esterifikasi
Gambar 3.8 Flowchart Esterifikasi Mulai
Dimasukkan 100 ml minyak biji kopi murni ke dalam labu leher tiga
Ditambahkan H
2
SO
4
sebanyak 1 vv dan metanol perbandingan molar metanol : asam lemak bebas = 3:1
Diaduk dengan kecepatan konstan 600 rpm
Dilakukan pemanasan hingga suhu reaksi 60 C
Dipertahankan suhu reaksi
Setelah 60 menit, esterifikasi dihentikan
Selesai Campuran dipindahkan ke corong pisah
Dilakukan proses pencucian untuk lapisan atas hingga pH netral
Apakah pH telah netral?
Lapisan atas dikeringkan
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Flowchart Transesterifikasi
Gambar 3.9 Flowchart Transesterifikasi Mulai
Ditambahkan NaOH sebanyak 1,75 ww yang telah dilarutkan dalam metanol perbandingan molar metanol :
minyak biji kopi = 9:1 ke dalam hasil esterifikasi
Diaduk dengan kecepatan konstan 600 rpm
Dilakukan pemanasan hingga suhu reaksi 60 C
Dipertahankan suhu reaksi
Setelah 120 menit, transesterifikasi dihentikan
Selesai Dilakukan pemanasan di atas
heating mantle
sampai seluruh metanol yang tidak bereaksi menguap
Dilakukan pemisahan gliserol dan metil ester dengan menggunakan corong pemisah
Metil ester dicuci dengan air hangat di dalam corong pemisah hingga pH netral lalu dikeringkan
Dilakukan analisa densitas, viskositas dan titik nyala metil ester
Universitas Sumatera Utara
3.7 FLOWCHART ANALISA
3.7.1 Flowchart Analisa Densitas
Gambar 3.10 Flowchart Analisa Densitas Mulai
Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang dan dicatat massanya
Selesai Piknometer diisi dengan air hingga penuh,
lalu ditimbang dan dicatat massanya
Dihitung densitas sampel Piknometer diisi dengan sampel hingga
penuh, lalu ditimbang dan dicatat massanya
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Flowchart Analisa Viskositas
Gambar 3.11 Flowchart Analisa Viskositas Mulai
Selesai Viskosimeter Otswald diisi dengan 10 ml air
Dihisap dengan karet penghisap sampai air melampaui batas atas pada pipa kecil
Air dibiarkan turun dan waktu alir air dari batas atas ke batas bawah dihitung dan dicatat
Viskosimeter Otswald diisi dengan 10 ml sampel
Penghitungan waktu alir diulangi sampai 3 kali
Dilakukan pengukuran waktu alir seperti halnya pada air sebanyak 3 kali
Universitas Sumatera Utara
3.7.3 Flowchart Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
F ree F atty Acid
Gambar 3.12 Flowchart Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
Free Fatty Acid
Mulai Diambil 3 ml sampel dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer 250 ml
Selesai Ditambahkan 9 ml etanol 96
Diaduk hingga sampel larut
Ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terbentuk
warna merah muda stabil selama 15 detik Dicatat volume NaOH yang terpakai
Universitas Sumatera Utara
3.7.4 Flowchart Analisa Titik Nyala
Gambar 3.13 Flowchart Analisa Titik Nyala Mulai
Selesai Sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap
dan termometer dipasang Dilakukan pemanasan dengan bunsen,
dimana nyala api berada 10 cm diatas permukaan sampel
Pemanasan dilakukan sampai sampel mulai terbakar
Universitas Sumatera Utara
3.8 ANALISA TEKNIK SAMPLING DAN PENGOLAHAN DATA
Analisa yang dilakukan yaitu analisa gas chromatography. Analisa gas chromatography adalah analisa untuk mengetahui komposisi susunan kimia atau
mengidentifikasi kandungan asam lemak dan asam lemak bebas di dalam minyak biji kopi. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain
dengan jumlah yang sangat kecil, sehingga hasil yang diperoleh mendekati nilai yang sesungguhnya.
Metode sampling yang digunakan dengan metode
batch
dan pengolahan data dilakukan dengan perhitungan menggunakan program komputer
microsoft office excel
.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Jumlah Pelarut Terhadap Rendemen Minyak
Data hasil proses ekstraksi berupa massa minyak kopi yang diperoleh setelah proses destilasi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Proses Ekstraksi Jenis
Pelarut Perbandingan
Massa Pelarut : Sampel
Jumlah Pelarut
Massa Minyak Kopi per 40 gram
Sampel gram Rendemen
n-Heksana 1:5
500 4,23
10,58 1:6
600 4,3
10,75 1:7
700 4,44
11,1 1:8
800 4,35
10,88
Toluena 1:5
500 6,32
15,8 1:6
600 7,09
17,73 1:7
700 6,65
16,63 1:8
800 6,24
15,6 Dari data di Tabel 4.1 diperoleh bahwa variabel jumlah pelarut
berpengaruh terhadap rendemen minyak hasil ekstraksi. Pengaruh variasi jumlah pelarut pada rendemen minyak kopi dapat dilihat
pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.1 Pengaruh Jumlah Pelarut terhadap Rendemen dengan Jenis Pelarut n- Heksana
Universitas Sumatera Utara