31 Telah banyak penelitian yang menyebutkan terdapat hubungan yang nyata
antara skizofrenia dengan stres. Teori diatesis stres menyebutkan seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik diatesis yang jika dikenai oleh
suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Stres dapat menyebabkan peningkatan sekresi
neurotransmiter glutamat suatu senyawa prekusor GABA di daerah prefrontal kortek dan dopamin pada sistem limbik. Ketidak seimbangan neurotransmiter
inilah yang mencetuskan terjadinya skizofrenia Savioli, 2009.
4.2 Gambaran Potensi Interaksi Obat Antipsikotik Subjek Penelitian
Berdasarkan analisis terhadap 88 rekam medis pasien, persentase kejadian potensi interaksi obat sebesar 84,09. Gambaran umum kejadian potensi
interaksi obat ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Gambaran potensi interaksi obat antipsikotik subjek penelitian
No. Kriteria Subjek
Total Pasien n=88 Berinteraksi
Tidak Berinteraksi
1 Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
46 28
52,27 31,82
11 3
12,5 3,41
Jumlah 74
84,09 14
15,91 2
Kelompok Usia 16-35
36-55 56-75
36 31
7 40,91
35,23 7,95
12 1
1 13,63
1,14 1,14
Jumlah 74
84,09 14
15,91 3
Jumlah Obat Dua obat
Tiga obat Empat obat
Lima obat Enam obat
5 58
6 4
1 5,68
65,91 6,82
4,54 1,14
9 5
10,23 5,68
Jumlah 74
84,09 14
15,91
32 Frekuensi potensi interaksi obat antipsikotik pada pasien skizofrenia
terjadi pada 74 rekam medis pasien dengan presentase 84,09 Tabel 4.2. Tingginya angka kejadian interaksi obat berkaitan dengan jumlah obat yang
dikonsumsi pasien, dimana dalam penelitian ini pasien yang menerima 3 macam obat per resep lebih banyak mengalami interaksi obat. Peristiwa interaksi obat
terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Apabila terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat jarang dikaitkan
dengan interaksi obat padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat cukup besar terutama pada pasien yang mengkonsumsi lebih dari 2 macam obat dalam waktu
yang bersamaan. Di Indonesia, sebuah hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit
pendidikan Dr. Sardjito Jogjakarta menunjukkan bahwa interaksi obat terjadi pada 59 pasien rawat inap dan 69 pasien rawat jalan Rahmawati, dkk., 2006.
Beberapa studi memperkirakan kejadian interaksi obat berkisar antara 2,2 sampai 30 pada pasien yang ada di rumah sakit dan 9,2 sampai 70,3
pada pasien luar rumah sakit. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa obat- obat yang potensial berinteraksi sulit untuk diketahui Rahmawati, dkk., 2006.
4.3 Gambaran Kejadian Potensi Interaksi Obat Antipsikotik
SubjekPenelitian
Berdasarkan analisis terhadap 88 rekam medis pasien, ditemukan gambaran kejadian potensi interaksi obat antipsikotik sebanyak 212 kasus. Gambaran umum
kejadian potensi interaksi obat antipsikotik ditunjukkan pada Tabel 4.3.
33
Tabel 4.3 Jenis kejadian potensi interaksi obat antipsikotik subjek penelitian
No
Nama Obat Tingkat
Keparahan Interaksi
Obat Pola Mekanisme
Interaksi Mekanisme
interaksi Jumlah
Kasus
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33 34
35 Clozapine - Trihexyphenidyl
Olanzapine – Trihexyphenidyl Olanzapine – Fluoxetine
Clozapine – Olanzapine Risperidone – Trihexyphenidyl
Haloperidol – Trihexyphenidyl Fluoxetine - Trihexyphenidyl
Clozapine – Fluoxetine Risperidone - Clozapine
Quetiapine – Trihexyphenidyl Amitriptyline-Trihexyphenidyl
Clozapine - Haloperidol Clozapine – Amitriptyline
Olanzapine – Alprazolam Maproptiline -Trihexyphenidyl
Trihexyphenidyl-Alprazolam Clozapine - Quetiapine
Olanzapine – Maproptiline Olanzapine- Amitriptyline
Risperidone – Amitriptyline Haloperidol – Olanzapine
Quetiapine – Fluoxetine Risperidone – Alprazolam
Fluoxetine – Alprazolam Clozapine – Lorazepam
Risperidone – Quetiapine Clozapine – Ondansetron
Clozapine – Ciprofloxacin Fluoxetine – Risperidone
Haloperidol - Amitriptyline Risperidone – Olanzapine
Olanzapine – Ciprofloxacin Fluoxetine – Ciprofloxacin
Quetiapine – Alprazolam Quetiapine- Ondansetron
Sedang Sedang
Sedang Berat
Sedang Sedang
Sedang Berat
Sedang Sedang
Sedang Berat
Berat Sedang
Sedang Sedang
Berat Sedang
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Sedang Ringan
Berat Sedang
Berat Berat
Berat Berat
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Sedang Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Unknown Farmakodinamik
Farmakokinetik Farmakokinetik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik
Unknown Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakokinetik
Unknown Farmakodinamik
Farmakodinamik Farmakokinetik
Farmakokinetik Farmakokinetik
Farmakodinamik Farmakokinetik
Famakodinamik Farmakodinamik
Farmakodinamik Sinergis
Sinergis Aditif
Aditif Sinergis
- Sinergis
Metabolisme Metabolisme
Sinergis Aditif
Aditif Aditif
Aditif
Sinergis Sinergis
Aditif Aditif
Aditif Aditif
Aditif Aditif
Aditif
Metabolisme -
Aditif Aditif
Metabolisme Metabolisme
Metabolisme Aditif
Metabolisme Aditif
Aditif Aditif
28 21
20 12
12 11
9 8
8 7
7 6
6 6
5 5
4 4
4 4
3 3
3 3
2 2
1 1
1 1
1 1
1 1
1
Total 212
4.4 Pola Penggunaan Obat Antipsikotik Subjek Penelitian
Obat antipsikotik dikelompokkan menjadi obat antipsikotik golongan tipikal dan golongan atipikal yang meliputi banyak obat pada masing-masing
golongan, sehingga memberikan banyak pilihan untuk praktisi kesehatan dalam memberikan pengobatan. Tetapi antipsikotik yang digunakan di RSUP H. Adam
34 Malik jumlahnya terbatas. Pada penelitian ini didapatkan data obat antipsikotik
yang paling banyak diresepkan pada pasien skizofrenia rawat jalan di RSUP H. Adam Malik adalah clozapine, olanzapine, risperidone, haloperidol, dan
quetiapine. Hanya lima jenis obat antipsikotik yang digunakan yaitu satu jenis dari golongan tipikal dan empat lainnya dari golongan atipikal. Selain obat
antipsikotik juga diberikan adjunctive drug. Adjunctive drug yang banyak diberikan adalah trihexyphenidyl, amitripilin, dan vitamin B kompleks.
Haloperidol merupakan derivat butirofenon termasuk antipsikotik golongan pertama. Haloperidol memiliki risiko tinggi terhadap timbulnya gejala
ekstrapiramidal, termasuk sindrom parkinson. Obat ini bekerja dengan cara memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak Kee
dan Hayes, 1996. Risperidone merupakan obat atipikal baru termasuk obat antipsikotik
generasi kedua. Obat ini juga dilaporkan dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal 10 terutama menyebabkan diskenia setelah penggunaan
selama 5 hari Kee dan Hayes, 1996. Olanzapine, clozapine, risperidone, quetiapine dan obat neuroleptik baru
lainnya memiliki efek gejala ekstrapiramidal lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat klasik Kee dan Hayes, 1996.
Clozapine merupakan obat dengan risiko terendah menimbulkan efek samping gejala ekstrapiramidal. Di Amerika, clozapine tidak digunakan untuk
terapi akut, tetapi digunakan untuk terapi refractory psikosis atau psikosis yang sulit untuk disembuhkan, hanya obat ini obat antipsikotik yang diakui FDA untuk
mengatasi kekambuhan penyakit. Namun, clozapine memiliki efek samping yang
35 cukup menjadi perhatian dan harus diwaspadai yaitu dapat menurunkan jumlah sel
darah putih pasien, sehingga harus selalu dipantau Fatemi dan Folsom, 2009. Di Eropa clozapine digunakan biasanya dalam waktu singkat 1 minggu
untuk menstabilkan pasien mania sampai moodnya stabil. Dari hasil penelitian yang membandingkan penggunaan clozapine dengan obat tipikal, clozapine dapat
mengatasi sindrom positif, sindrom negatif dan kognitif tanpa menyebabkan gejala ekstrapiramidal, disamping itu obat ini dapat mengurangi depresi dan
keinginan bunuh diri Fatemi dan Folsom, 2009. Selain obat antipsikotik, pasien skizofrenia di RSUP H. Adam Malik juga
diberikan adjunctive drug. Adapun adjunctive drug yang banyak diberikan di RSUP H. Adam Malik adalah trihexyphenidyl, amitriptyline, dan vitamin B
Kompleks. Adjunctive drug digunakan untuk mengurangi efek samping dari pemakaian antipsikotik. Trihexyphenidyl merupakan obat antimuskarinik yang
berfungsi untuk mengurangi efek samping dari antipsikotik. Salah satu efek samping antipsikotik adalah gejala ekstrapiramidal. Amitriptilin merupakan
antidepresan trisiklik. Diberikan sebagai terapi tambahan untuk menangani terjadinya depresi yang biasa terjadi sesudah psikose. Vitamin B kompleks
diberikan karena pasien skizofrenia mengalami defisiensi Vitamin B kompleks. Bila vitamin B3 kurang, pembentukan serotoninpun berkurang. Serotonin yang
berkurang dapat menyebabkan timbulnya depresi mentalis Kee dan Hayes, 1996.
4.5 Jumlah Obat Antipsikotik yang Mengalami Potensi Interaksi