Yosua A. Poerba : Fungsi Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Dalam Meningkatkaan Perekonomian Masyarakat, 2008.
USU Repository © 2009
Selain itu hambatan datang dari pihak lawan atau debitur sendiri, dengan cara mengajukan perlawanan untuk mengulur-ngulur waktu dan bahkan serign
debitur mengajukan permohonan ke Pengaddilan Tinggi untuk meminta penundaan eksekusi, Penundaan eksekusi bisa terjadi bilamana yang bicara duit
Hakim bisa membuat berbagai alasan untuk penundaan tersebut. Perlawanan debitur ini biasanya berdalihkan, karena adanya kecurangan dari pihak kreditur,
seperti tidak memindahkan pembayaran yang dilakukan pihak debitur dalam rekening pembukuan, atau karena adanya kekeliruan Dokomen dalam proses
penerbitan Gross Akte, baik menyangkut surat kuasa tidak otentik atau masalah warisan atau dapat pula Hakim berpendapat bahwa Gross Akte Hak tangguingan
tidak murni, dalam arti terdaspat kerancuan Akte Hak tanggungan dengan Gross Akte Pengakuan Hutang.Hal demikisn hendasknys menjadi perhatan dikalangan
perbankan.
D. Pelaksanaan Hak Tanggungan
Lembaga jaminan Hak Tanggungan digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa tanah atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah
yang bersangkutan. Dengan berlakunya Undang-undang Hak Tanggungan Tahun 1996, maka hipotek yang diatur oleh KUH Perdata dan credietverband yang
sebelumnya digunakan untuk mengikat tanah sebagai jaminan hutang,
45
45
. Op Cit. Hal. 42.
untuk selanjutnya sudah tidak dapat digunakan oleh masyaraat untuk mengikat tanah.
Pengikatan objek jaminan hutang berupa tanah sepenuhnya dilakukan melalui
Yosua A. Poerba : Fungsi Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Dalam Meningkatkaan Perekonomian Masyarakat, 2008.
USU Repository © 2009
lembaga jaminan Hak Tanggungan. Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yang untuk selanjutnya disebut UUHT memberikan definisi
“Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah”, yang selanjutnya disebut “Hak Tanggungan”, sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1 ayat 1 UUHT sebagai berikut : “Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.”
Adanya aturan hukum mengenai pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan dalam suatu perjanjian kredit bertujuan untuk memberikan kepastian
dan perlindungan hukum bagi semua pihak dalam memanfaatkan tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagai jaminan kredit. Untuk itu,
praktik pengikatan kredit dengan jaminan Hak Tanggungan dalam kegiatan perbankan hendaknya dapat pula dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah diatur
dalam UUHT. Dari hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan di
lingkungan perbankan, khususnya bagi masyarakat kecil yang membutuhkan modal yang tidak terlalu besar, beserta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan hak Tanggungan dalam praktik.
Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT mengatur persyaratan dan
ketentuan mengenai pemberian Hak Tanggungan dari debitor kepada kreditor
Yosua A. Poerba : Fungsi Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Dalam Meningkatkaan Perekonomian Masyarakat, 2008.
USU Repository © 2009
sehubungan dengan hutang yang dijaminkan dengan Hak Tanggungan. Pemberian hak ini dimaksudkan untuk memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditor yang bersangkutan kreditor preferen daripada kreditor-kreditor lain kreditor konkuren lihat ps.1 1 Undang-undang No.4 Tahun 1996 atau
UUHT. Jadi, Pemberian Hak Tanggungan adalah sebagai jaminan pelunasan
hutang debitor kepada kreditor sehubungan dengan perjanjian pinjamankredit yang bersangkutan.
Tanah sebagai obyek Hak Tanggungan dapat meliputi benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu. Hal itu dimungkinkan karena
sifatnya secara fisik menjadi satu kesatuan dengan tanahnya, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, yang berupa bangunan permanen, tanaman keras dan hasl
karya, dengan ketentuan bahwa benda-benda tersebut milik pemegang hak maupun milik pihak lain bila benda-benda itu milik pihak lain, yang
bersangkutanpemilik harus ikut menandatangani APHT. Pembebanan Hak Tanggungan wajib memenuhi syarat yang ditetapkan dalam
UUHT, yaitu:
46
1. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan
Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian kredit yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
46
. Ibid.
Yosua A. Poerba : Fungsi Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Dalam Meningkatkaan Perekonomian Masyarakat, 2008.
USU Repository © 2009
2. Pemberian Hak Tanggungan wajib memenuhi syarat spesialitas yang
meliputi: nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan, domisili para pihak, pemegang dan pemberi Hak Tanggungan, penunjukan
secara jelas utang atau utang-utang yang dijaminkan pelunasannya dengan Hak Tanggungan, nilai tanggungan, dan uraian yang jelas mengenai objek
Hak Tanggungan. 3.
Pemberian Hak Tanggungan wajib memenuhi persyaratan publisitas melalui pendaftaran Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan setempat
Kotamadya Kabupaten. 4.
Sertipikat Hak Tanggungan sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan memuat titel eksekutorial dengan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. 5.
Batal demi hukum, jika diperjanjikan bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memiliki objek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji
wanprestasi. Tata cara pembebanan Hak Tanggungan dimulai dengan tahap pemberian
Hak Tanggungan di hadapan PPAT yang berwenang dan dibuktikan dengan APHT dan diakhiri dengan tahap pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor
Pertanahan setempat.
47
Pada asasnya pemberi Hak Tanggungan debitor atau pihak lain wajib hadir sendiri di kantor PPAT yang berwenang membuat APHT berdasarkan
47
. Wiratni Ahmadi, Prosedur Pembebanan Hak Tanggungan, Seminar Nasional
Undang-undang Hak Tanggungan, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 28 Mei 1996. Hal. 1.
Yosua A. Poerba : Fungsi Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Dalam Meningkatkaan Perekonomian Masyarakat, 2008.
USU Repository © 2009
daerah kerjanya daerah kerjanya adalah per kecamatan yang meliputi kelurahan atau desa letak bidang tanah hak ditunjuk sebagai objek Hak Tanggungan.
Didalam APHT disebutkan syarat-syarat spesialitas sebagaimana disebutkan diatas, jumlah pinjaman, penunjukan objek Hak Tanggungan, dan hal-hal yang
diperjanjikan ps.11 2 UUHT oleh kreditor dan debitort, termasuk janji Roya Partial ps.2 2 UUHT dan janji penjualan objek Hak Tanggungan di bawah
tangan ps.20 UUHT. Untuk kepentingan kreditor, dikeluarkan kepadanya tanda bukti adanya
Hak Tanggungan, yaitu Sertipikat Hak Tanggungan yang terdiri dari salinan Buku Tanah Hak Tanggungan dan salinan APHT.
Yosua A. Poerba : Fungsi Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Dalam Meningkatkaan Perekonomian Masyarakat, 2008.
USU Repository © 2009
BAB IV PERANAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI LEMBAGA JAMINAN
DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
A. Eksistensi Hak Tanggungan di Masa Kini
Dengan mulai berlakunya UUHT sejak tanggal 9 April tahun 1996 merupakan satu-satunya lembaga jaminan atas tanah dalam Hukum Tanah
Nasional yang tertulis. Lahirnya Undang-undang tentang Hak Tanggungan karena adanya
perintah dalam pasal 51 UUPA yang berbunyi “Hak tanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan tersebut
dalam Pasal 25, Pasal 33 dan Pasal 39 diatur dalam Undang-undang.” Tetapi dalam Pasal 57 UUPA disebutkan bahwa selama Undang-uyndang Hak
Tanggungan belum terbentuk, maka digunakan ketentuan tentang hipotek saebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata dan Credietverbarnd. Perintah