Keberadaan Musik Progresive Metal di Medan

3.2 Keberadaan Musik Progresive Metal di Medan

Pada bagian ini, penulis akan menerangkan beberapa aspek-aspek mengenai keberadaan musik progressive metal, juga tentang pertunjukan musik progressive metal yang pernah dibuat di Medan. Tetapi sebelumnya penulis akan menerangkan gambaran kota Medan pada umumnya berdasarkan pengamatan dan observasi yang penulis lakukan yang dimana kota Medan sebagai tempat dimana penelititan akan dilakukan.

3.2.1 Gambaran Umum Kota Medan

Menurut Biro Statistika, kota ialah wilayah yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu kriteria penilaian terhadap suatu kota adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainya, terutama dari segi ekonomi serta menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merujpakan pusat pemerintahan dari propinsi Sumatera Utara.

Dari keterangan diatas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa yang berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat bersama yaitu masyarakat Medan. Pada masa sekarang ini, kota Medan menjadi salah satu kota yang berkembang di Indonesia, karena telah melakukan banyak pembangunan, baik dibidang fisik maupun nonfisik. Selain itu, kota Medan juga menjadi kota nomor tiga terbesar di Indonesia setelah Surabaya, sehingga menjadikan medan sebagai salah satu kota yang penuh dengan berbagimacam kegiatan.

Penduduk asli kota Medan adalah suku Melayu yang menurut riwayat kota Medan ini pada mulanya disebut kampung Medan didirikan oleh Guru Patimpus, yaitu nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Suku Piring, yang merupakan nenek dari empat Kepala Suku Kesultanan Deli (Harapan, dkk 1997/1998:15-19 dalam skripsi sarjana Husein 2004). Disamping itu, Medan juga merupakan daerah perkotaan yang dihuni oleh berbagai etnis daengan latar belakang budaya yang berbeda pula.

Karena menjadi pusat kegiatan dipropinsi Sumatera Utara, maka Medan menjadi kota yang sangat sibuk, sehingga hampir sepanjang waktu kota ini selalu ramai dengan orang besrta kegiatannya. Hal ini dimungkinkan karena Medan memiliki dua terminal besar, yaitu terminal amplas yang menghubungkan kota Medan dengan propinsi lainnya, dan terminal tepadu Pinang Baris yang menghubungkan kota Medan dengan kota-kota yang ada di propinsi Sumatera Utara. Selain itu Medan juga memiliki satu stasiun kereta api yang menghubungkan beberapa kota di Sumatera Utara, dan juga Bandar udara

Polonia, yang menghubungkan Medan dengan propinsi-propinsi diluar Sumatera Utara dan diluar Indonesia.

Letak geografis kota Medan terletak dibagian timur propinsi Sumatera

Utara dan berada pada garis koordinat diantara 2 o 29’30-2 47’30 LU dan 98 35’30-98 o 44’30 BT, dan luas area Kota Medan mencapai 26.510Ha (Data

Statistik Kota Medan,2003). Secara administratif, kota Medan memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara dengan selat Malaka. - Sebelah Selatan dengan kecamatan Deli Tua dan kecamatan

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. - Sebelah Barat dengan kecamatan Sunggal kabupten Deli Serdang. - Sebelah Timur dengan kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

Dalam tulisan ini masyarakat kota Medan yang dijadikan objek penelitian, tetapi bukanlah masyarakat Medan secara keseluruahan yang mencapai jutaan orang, melainkan masyarakat atau komunitas tertentu yang ada di wilayah kota Medan yang menjadi pecinta dan penikmat musik progressive metal.

3.2.2 Acara Musik Underground Sebagi Ruang Lingkup Musik Progressive Metal Di Medan

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, acara musik underground merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya grup-grup musik-

musik ekstrem di kota Medan. Progressive metal adalah salah satu dari sekian banyak jenis-jenis musik ekstrem yang juga berkembang di acara-acara musik underground. Walau pun tidak menutup kemungkinan musik ini di tampilkan di acara-acara lain, namun tetap saja para musisinya memilih acara musik underground sebagai ”kampung halaman” bagi mereka. Beralasan memang, mereka beranggapan di acara-acara musik underground inilah musik progressive metal atau musik-musik ekstrem sejenisnya pertama kali bisa diterima oleh penontonnya. Hal ini di karenakan yang datang dan menonton di acara ini rata- rata bukanlah orang-orang awam, tetapi para penikmat musik ekstrem dengan segudang pengetahun mereka terntang musik underground. Sehingga siapa saja band-band underground yang tampil pasti akan mendapatkan sambutan hangat dari para penontonnya. Biasanya para penontonnya akan melakukan aksi ”mosing” disaat ada grup musik yang tampil. Ini adalah suatu cara bagi mereka untuk mengekspresikan apresiasi mereka terhadap musik yang mereka sukai.

Di Medan acara-acara underground tersebut sering di adakan dibeberapa tempat seperti di gedung Aek Mual yang berada di jalan Setia Budi, Kapendam, Pendopo USU, Studio Kalista dan lain sebagainya.

Acara ini biasanya di adakan oleh grup-grup musik itu sendiri. Dengan dana yang dikumpukan dari band-band yang akan tampil, mereka sudah bisa memuaskan para grup-grup musik dan para pecinta musik ekstrem terutama musik progressve metal di acara itu. Rasa persaudaraan yang kuat memang menjadi modal dasar bagi mereka untuk membuat sebuah acara uderground, semangat kebersaman sangat jelas terlihat disaat mereka menyuarakan aspirasi-aspirasi Acara ini biasanya di adakan oleh grup-grup musik itu sendiri. Dengan dana yang dikumpukan dari band-band yang akan tampil, mereka sudah bisa memuaskan para grup-grup musik dan para pecinta musik ekstrem terutama musik progressve metal di acara itu. Rasa persaudaraan yang kuat memang menjadi modal dasar bagi mereka untuk membuat sebuah acara uderground, semangat kebersaman sangat jelas terlihat disaat mereka menyuarakan aspirasi-aspirasi