Perspektif Sejarah Kucapi Pakpak

3.1. Perspektif Sejarah Kucapi Pakpak

Asal usul kucapi pada kebudayaan musikal Pakpak sampai saat ini sepanjang pengetahuan penulis belum dapat dipastikan berasal dari mana, baik penyebaran maupun proses penciptaannya. Namun, dari hasil penelitian di lapangan serta hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa informan diharapkan dapat memberikan gambaran tentang asal-usul kucapi ini.

Menurut pengakuan informan yang penulis jumpai, asal-usul kucapi umumnya adalah dalam bentuk sukut-sukuten (cerita rakyat) yang dapat dikatagorikan keapada legenda.

3.1.1 Legenda Asal-usul Kucapi

Menurut hasil wawancara dengan bapak Dayo sinamo, memaparkan hal yang sama tentang legenda asal-usul kucapi 6 . Menurut informan, Konon dahulu,

dinegeri Pakpak terdapatlah sebuah kerajaan termashur, yang dipimpin oleh Raja bijaksana bernama “Sihaji” dengan isteri atau permasuri yang rupawan bernama Bindohara. Raja (Sihaji) dikarunia tujuh puteri. Dari antara ketujuh puteri tersebut terdapat anak yang paling disayanginya yakni si bungsu bernama Nantampuk Emas. Perlakuan sang raja kepadanya berbeda dengan putri lain, kerna ia ditempatkan ditempat tersendiri yakni Jerro Silendung Bulan. Ia bermain dan bersendau gurau setiap hari ditempat itu, menyendiri sementara kakak-kakaknya

6 Wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013.

berada ditempat lain dilingkungan istana. Kebutuhannya serba berkecukupan, tidak kurang sesuatu apapun. Hal ini seringkali membuat puteri lainnya cemburu. . Sementara itu, ditempat lain terdapat pula kerajaan lain, yang masih memilki hubungan dengan Sihaji. Rajanya mempunyai putera tunggal. Pada suatu ketika, saat nantampuk emas beranjak dewasa, sebagaimana biasanya perempuan dilingkungan Pakpak, ketujuh puterinya diperintahkan melakukan kikir gigi atau dalam adat pakpak disebut “merlentik”. Agar terlihat lebih cantik sehingga dilirik oleh pangeran-pangeran atau lelaki baik dari negeri sendiri mapun dari negeri lain. Untuk itu ketujuh puteri diwajibkan mempersiapkan alat khususnya “kayu baja”, yang nantinya akan dibakar dimana minyaknya akan dioleskan keseluruh gigi. Diantara ketujuh puteri itu tidak ketinggalan tentunya bagi Natampuk Emas diberikan perintah lebih khusus yakni diharuskan menemukan kayu “baja

tonggal 7 ” yang disadari sangat sulit memperolehnya. Lalu ketujuh puteri Raja berangkatlah kehutan, mencari kayu baja. Keenam puteri lainnya, lebih mudah

mendapatkan barang yang dicari sehingga lebih dahulu pulang ke istana. Sementara Nantampuk Emas, harus memasuki hutan sampai tujuh lapis dan ia berjalan terus selama tujuh hari tujuh malam.

Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan Raja Kerajaan tetangga memerintakan pula putera tunggalnya agar berangkat ke Kerajaan yang dipimpin Si haji pamannya untuk meminang salah satu puterinya untuk dijadikan permasuiri. Untuk bisa mencapai daerah Kerajaan Si Haji, dia harus melalui hutan “rambah keddep”.Ditengah perjalanan terdapat sebuah gua yang sangat dalam dan konon dihuni olah mahluk halus, angker dan jarang orang mau melewati daerah

7 Baja tonngal adalah kayu baja yang memiliki batang yang lurus dan tidak memiliki cabang.

tersebut. Karena menurut kepercayaan tidak seorangpun yang dapat lolos atau mampu melewati gua, karena setiap yang lewat akan lenyap ditelan gua. Ketika sang Pangeran mendekati lokasi gua, secara tiba-tiba terdengarlah suara gemuruh yang sangat memekakkan telinga. Suara gemuruh itu demikian menyeramkan, sehingga bulu roma sang pangeran berdiri. Ia merinding, ketakutan dan dalam hatinya bertanya apa gerangan yang akan terjadi. Dikecam rasa takut seperti itu melahirkan keinginan untuk memperoleh perlindungan yang tidak mungkin diperolehnya, karena ia sadar bahwa ia tidak memilki siapapun ditengah hutan belantara itu. Suara gemuruh itu seakan mendekat kearahnya sehingga menambah rasa takutnya. Tetapi keinginan untuk meminang puteri raja mendorongnya untuk meneruskan perjalanan. Secara tiba-tiba terdengar suara dari arah gua ditujukan kepada sang pangeran, “Kamu hendak Kemana?” Apakah kamu datang untuk mengotori tempat ini?, Apakah kamu tidak tahu bahwa tempat ini adalah kawasan terlarang?” Sang pangeran semakin gemetar, meski demikian ia mencoba memberanikan diri, dengan rendah hati dan ketulusan yang dimilkinya ia membantah “Tidak..!”. Lalu kemudian ia menceritakan maksud dan tujuannya melalui kawasan itu. Mendengar jawabannya, sang penghuni gua kemudian memberikan kesempatan kepadanya untuk lewat tetapi dengan satu syarat bahwa ia akan menjelma menjadi seekor kera atau monyet dan diberi nama Sitagandera. “Pikiranmu memang pikiran manusia, tetapi wujudmu akan berupa kera”, kata sang penghuni gua. Sang pangeran termenung sejenak, ia ragu untuk bisa menerima syarat itu. Sebab dalam pikirannya, mana mungkin Sihaji akan menerimanya apalagi akan melamar puterinya jika ia berwujud kera. Meski demikian ia mencoba menenangkan diri, tekadnya yang kuat untuk melamar tersebut. Karena menurut kepercayaan tidak seorangpun yang dapat lolos atau mampu melewati gua, karena setiap yang lewat akan lenyap ditelan gua. Ketika sang Pangeran mendekati lokasi gua, secara tiba-tiba terdengarlah suara gemuruh yang sangat memekakkan telinga. Suara gemuruh itu demikian menyeramkan, sehingga bulu roma sang pangeran berdiri. Ia merinding, ketakutan dan dalam hatinya bertanya apa gerangan yang akan terjadi. Dikecam rasa takut seperti itu melahirkan keinginan untuk memperoleh perlindungan yang tidak mungkin diperolehnya, karena ia sadar bahwa ia tidak memilki siapapun ditengah hutan belantara itu. Suara gemuruh itu seakan mendekat kearahnya sehingga menambah rasa takutnya. Tetapi keinginan untuk meminang puteri raja mendorongnya untuk meneruskan perjalanan. Secara tiba-tiba terdengar suara dari arah gua ditujukan kepada sang pangeran, “Kamu hendak Kemana?” Apakah kamu datang untuk mengotori tempat ini?, Apakah kamu tidak tahu bahwa tempat ini adalah kawasan terlarang?” Sang pangeran semakin gemetar, meski demikian ia mencoba memberanikan diri, dengan rendah hati dan ketulusan yang dimilkinya ia membantah “Tidak..!”. Lalu kemudian ia menceritakan maksud dan tujuannya melalui kawasan itu. Mendengar jawabannya, sang penghuni gua kemudian memberikan kesempatan kepadanya untuk lewat tetapi dengan satu syarat bahwa ia akan menjelma menjadi seekor kera atau monyet dan diberi nama Sitagandera. “Pikiranmu memang pikiran manusia, tetapi wujudmu akan berupa kera”, kata sang penghuni gua. Sang pangeran termenung sejenak, ia ragu untuk bisa menerima syarat itu. Sebab dalam pikirannya, mana mungkin Sihaji akan menerimanya apalagi akan melamar puterinya jika ia berwujud kera. Meski demikian ia mencoba menenangkan diri, tekadnya yang kuat untuk melamar

Ditengah perjalanan kemudian tampak olehnya seorang gadis yang tengah kebingungan dan menangis terisak yang tidak lain adalah Nantampuk Emas. Ia mencoba mendekati dan menghampirinya, dan ketika Nantampuk Emas berpaling dan melihatnya timbullah rasa takutnya.. Melihat itu Tagandera mengurungkan niatnya, ia menatap dari jarak yang agak jauh. Ia menyadari dan memahami rasa takut Nantampuk Emas, dikarenakan wujudnya. Ia mencoba mengamati wajah sang putri, dan mengagumi kecantikannya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah gadis ini yang hendak ditemuinya. Secara tiba-tiba ia mendekat dan menangkap tangan sang putri dan seketika membawanya keatas pohon Peldang Sipitu. Ia meletakkan siputeri diatas pohon, dan kemudian mencari sesuatu yang dapat dimakan oleh sang puteri. Secara perlahan sang putri kehilangan rasa takut, dan kemudian perlahan pula mulai menjalin keakraban dengan Tagandera. Mereka tidak sadar, bahwa selama sekian lama mereka bersendau gurau diatas pohon, dan Tagandera selalu bertugas mencari makanan. Tujuh bulan lamanya mereka hidup bersama dihutan itu, dan hal itu melahirkan rasa saling mengasihi diantara mereka. Nantampuk Emas tidak lagi menghiraukan wujud si Tagandera, dalam hatinya mulai tumbuh rasa sayang. Manakala Tagandera pergi mencari makanan, dalam hati Nantampuk Emas tiba pada satu keyakinan, bahwa Tagandera merupakan jodohnya. Ia mengesampingkan keberadaanya sebagai puteri Raja, sementara Tagandera berwujud Kera. Dia berjanji dalam hatinya akan membawa Tangandera ke Jerro Silendung bulan.

Sejak itu dari atas pohon ia bernangen untuk memberi peddah atau nasehat kepada Tagandera. Ia mengingatkan Tagandera, agar apabila kelak ia membawanya ke Jerro Silendung Bulan dimintakan agar tunduk kepada adat manusia. Ia harus mengenakan kain sarung atau celana, berjalan dengan menggunakan kaki atau berdiri dan tidak melompat-lompat, memakan makanan dengan sopan, harus selalu mandi dan tidur pada waktunya. Banyak lagi nasehat yang disampaikannya untuk dipatuhi Tagandera, dan diiyakan untuk dipatuhi Tagandera. Sekain lama sesudahnya, mereka seia sekata dan membangun “bulaban” (perjanjian atau komitmen), barang siapa diantaranya yang ingkar terhadap perjanjiannya akan mendapatkan bala. Lalu mereka sepakat turun dari pohon Peldang Sipitu, pulang menuju istana Si Haji dan Jerro Silendungbulan.

Setiba di depan istana, kakak-kakaknya menatap dari kejauhan dan melihat adiknya Nantampuk Emas bergandengan tangan dengan seekor kera. Mereka terkejut dan segera melaporkan hal itu kepada Raja. Mereka memprotes perilaku Nantampuk Emas karena bersahabat dengan hewan. Sementara itu, Nantampuk Emas tidak mengacuhkannya dan menceritakan apa yang menjadi komitmen mereka kepada sang Raja. Meskpiun keenam kakaknya mencibir dan mengejeknya. Sang Raja bisa memaklumi permintaan Nantampuk Emas, dan membiarkan Tagandera tinggal didalam istana.

Keenam kakaknya kemudian berembuk dan merencanakan tindakan untuk membunuh Tagandera. Pada waktu yang sudah disepakati, kemudian keenam kakaknya memberikan perintah kepada nantampuk Emas agar pergi ke sungai untuk mencuci kain putih yang sudah di hitamkan menggunakan kotoran kuali Keenam kakaknya kemudian berembuk dan merencanakan tindakan untuk membunuh Tagandera. Pada waktu yang sudah disepakati, kemudian keenam kakaknya memberikan perintah kepada nantampuk Emas agar pergi ke sungai untuk mencuci kain putih yang sudah di hitamkan menggunakan kotoran kuali

Setelah merasa cukup jauh dari istana, ke enam kakak dari Nantampuk mas pun menyuruh anjing peliharaan mereka untuk menyerang Tagandera. Tanpa ampun tagandera dicakar dan diterkam oleh anjing suruhan dari kakak-kakaknya tadi. Tagandera pun mati dengan luka cabikan di seluruh tubuhnya dan keenam kakaknya menaruh si Tagandera di kandang ayam yang berada di belakang istana.

Sesampainya di sungai, Nantampuk mas mulai mencuci kain yang sudah diberikan oleh kakaknya. Namun kain tersebut tetap berwarna hitam dan sangat sulit untuk di bersihkan. Karena tidak ingin mengecewakan kakak-kakaknya, Nantampuk mas berusaha beberapa kali untuk mencuci kain tadi. Nan tampuk Mas pun mulai merasa tidak tenang dan merasa curiga. Kemudian dia mencoba untuk mengisi wadah bamboo tadi dengan air, namun wadah tersebut tidak kunjung terisi penuh. Nantampuk Mas semakin curiga dan mulai memeriksa wadah tadi dan mendapati bagian bawah dari wadah tersebut sudah di bocori.

Dengan hati gelisah, Nantampuk Mas pun pulang menuju istana dengan pikiran yang tertuju kepada Tagandera suaminya. Sesampainya di istana Nan tampuk mas langsung pergi menuju Jerro Silendung Bulan. Nantampuk Mas sangat terkejut ketika mendapati Tagandera tidak berada di Jerro Silendung Bulan. Dengan perasaan yang gundah dan tergesa-gesa Nantampuk Mas berlari menuju kakak-kakaknya untuk mencari tau keberadaan si Tagandera. Nantampuk Mas bertanya kepada kakak-kakaknya keberadaan suaminya dan kakaknya menjawab, “kami tidak tahu kemana suamimu pergi, tapi coba lihat ke kandang ayam yang ada di belakang. Tadi ada suara rebut anjing diasana!”. Segera setelah mendengar Dengan hati gelisah, Nantampuk Mas pun pulang menuju istana dengan pikiran yang tertuju kepada Tagandera suaminya. Sesampainya di istana Nan tampuk mas langsung pergi menuju Jerro Silendung Bulan. Nantampuk Mas sangat terkejut ketika mendapati Tagandera tidak berada di Jerro Silendung Bulan. Dengan perasaan yang gundah dan tergesa-gesa Nantampuk Mas berlari menuju kakak-kakaknya untuk mencari tau keberadaan si Tagandera. Nantampuk Mas bertanya kepada kakak-kakaknya keberadaan suaminya dan kakaknya menjawab, “kami tidak tahu kemana suamimu pergi, tapi coba lihat ke kandang ayam yang ada di belakang. Tadi ada suara rebut anjing diasana!”. Segera setelah mendengar

Nantampuk Mas menangis dan memeluk mayat Tagandera suaminya kemudian membersihkan lukanya. Nantampuk mas pun membawa si Tagandera menuju Jerro Silendung Bulan dan kemudian menangisinya disana selama tujuh hari lamanya. Walaupun sudah tujuh hari di letakkan di Jerro Silendung Bulan, mayat Tagandera tidak mengeluarkan bau bahkan tetap wangi. Pada hari ketujuh, tubuh dari si Tagandera bergerak dan hidup kembali. Hal pertama yang diucapkan oleh Tagandera setelah hidup kembali adalah meminta untuk dimandikan. Nantampuk Mas sangat terkejut melihat hal itu dan dia pun segera memandikan tubuh si Tagandera.

Setelah Tagandera dimandikan oleh Nantampuk Mas, Tagandera berubah wujud menjadi manusia dengan paras yang tampan dan sudah dapat berkomunikasi layaknya manusia biasa. Kemudian Nantampuk Mas membawa Tagandera menghadap kepada ayahnya. Tagandera pun menceritakan kepada raja bahwa dia adalah anak dari saudari raja yang berada di kerajaan lain dan disuruh oleh ibunya untuk menemui raja Si haji untuk meminang salah satu putrinya. Sang raja pun menyetujui keinginan Tagandera dan merestui jika Tagandera ingin mempersunting Nantampuk Mas.

Karena melihat paras Tagandera yang tampan dan mengetahui bahwa dia adalah anak dari namboru mereka, keenam kakak dari Nantampuk mas pun protes. Mereka iri terhadap Nantampuk Mas dan berkata kepada ayahnya “jika Tagandera adalah anak dari saudara ayah dari kerajaan seberang, kenapa harus Nantampuk

Mas yang jadi istrinya?”. Mereka memprotes keputusan dari sang raja. Akan tetapi, mengingat kegigihan dan ketulusan dari Nantampuk mas untuk merawat Tagandera, maka sang raja pun mengambil kebijakan dan mengadakan pesta besar di kerajaannya. Untuk menghormati keenam putrinya yang lain maka, raja memotong 7 kerbau sebagai lambang untuk ketujuh putrinya. Berdarsarkan cerita diatas, dipercayai oleh masyarakat Pakpak adalah asal usul dari Kucapi Pakpak. Patung wanita yang terdapat pada kepala kucapi melambangkan nantampuk mas, kepala monyet di ekor kecapi melambangkan Tagandera dan lagu-lagu yang dimainkan pada kucapi merrupakan nasehat-nasehat yang di sampaikan oleh Nantampuk Mas kepada si Tagandera.