Biografi Kami Capah

2.8.3 Biografi Kami Capah

Biografi Kami Capah yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tenggapan masyarakat khususnya para seniman musik di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat mengenai keberadaan Kami Capah, khususnya mengenai Kucapi buatan beliau tersebut.

2.8.3.1 Latar Belakang Keluarga

Kami capah lahir di desa Sukaramai, kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat pada tanggal 23 November 1965, anak dari bapak A. capah dan ibu S. br Limbong. Bapak Kami Capah lahir dari keluarga seniman, dimana ayah dari beliau adalah seorang pemain Kucapi. Latar belakang keluarga yang akrab dengan musik yang membuat bapak Kami Capah akrab dengan musik tradisional Pakpak.

Profesi keseharian ayah beliau yang membuat bapak Kami Capah merasa tertarik untuk mencoba membuat alat musik sendiri. Awalnya kegiatan tersebut Profesi keseharian ayah beliau yang membuat bapak Kami Capah merasa tertarik untuk mencoba membuat alat musik sendiri. Awalnya kegiatan tersebut

Bapak Kami Capah adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Melak Hot Capah (perempuan)

2. Kami Capah ( laki-laki, pembuat kucapi)

3. Riris Capah (perempuan)

4. Hotma Capah (perempuan)

5. Santiaman Capah (perempuan)

6. Sahmin Frida Capah (perempuan)

7. Hilman Capah (laki-laki)

2.8.3.2 Latar Belakang Pendidikan

Bapak Kami Capah menginjakkan pendidikan SR (Sekolah Rakyat) pada tahun 1963, dan hanya menjalani bangku sekolah sampai kelas 5 saja. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya dan kurangnya motivasi untuk sekolah dilingkungan tempat tinggalnya pada masa itu.

2.8.3.3 Berumah Tangga

Bapak Kami Capah menikah pada bulan desember 1984 dengan istrinya Siti Mawan Hutasoit, dari pernikahan mereka lahirlah 4 orang anak, 2 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:

1. Sondang Tiurma Capah (anak sulung, perempuan)

2. Masrani Makin Jelita Capah (perempuan)

3. Andi Boy Capah (laki-laki)

4. Roy Bren Adi putra Capah (anak Bungsu, laki-laki) Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai petani dan

sekaligus sebagai pembuat alat musik tradisional Pakpak khususnya Kucapi di rumah beliau yang beralamat di desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

2.8.3.4 Kami Capah Sebagai Pemusik Tradisonal Pakpak

Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Pakpak sudah dimiliki oleh bapak Kami Capah sejak masa kanak-kanaknya, dikarenakan latar belakang orang tua beliau yang merupakan seorang praktisi musik tradisional Pakpak di desa Sukaramai, ayah beliau bapak A. Capah adalah seorang pemusik tradisional Pakpak.

Sejak memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah, beliau memilih untuk membantu orang tuanya bekerja di ladang sambil mengembangkan kemampuan bermain musiknya. Banyak pekerjaan yang beliau lakoni selama proses belajarnya yakni, buruh tani, kuli bangunan dan banyak hal lainnya.

Awal karir beliau sebagai pemusik profesional dimulai bersama teman- teman satu kampungnya. Awalnya bapak Kami capah membentuk sebuah grup band bersama Delleng lumut. Band ini beranggotakan Nikon Tumanggor (gitar), Robinson M (drum), Jackson Capah (gitar), Waldemar Tinendung (keybord) dan Kami Capah (bass). Band ini sendiri sudah mengeluarkan album yang bernama delleng lumut pada tahun 1974 yang bergendre pop dan menghasilkan lagu-lagu pop daerah Pakpak. Lagu-lagu yang dihasilkan oleh band ini kurang mendapat tempat di hati penikmat musik pop daerah pada masa itu. Menurut bapak Pandapotan Solin, hal ini terjadi karena konsumsi musik daripada masyarakat

Pakpak lebih kepada musik pop Toba, Karo ataupun Simalungun. Hal ini diungkapkan oleh bapak Pandapotan, dikarnakan oleh kemampuan masyarakat Pakpak dalam memahami bahasa dari etnis-etnis tadi. Kurangnya minat masyarakat mengakibatkan hasil rekaman dari band ini tidak terjual habis.

Oleh karena alasan yang disebutkan diatas, pada awal tahun 80an, bapak Kami Capah beserta rekan satu bandnya mencoba untuk beralih ke musik tradisi. Hal ini disebabkan karena personil band ini menganggap tidak dapat hidup dari gendre musik yang di jalani sebelumnya. keinginan daripada band ini langsung terpenuhi dengan adanya Lomba Karya Cipta Lagu Pakpak yang diadakan oleh Pemerintahan Kabupaten Dairi pada masa itu. Grup ini kemudian mendapat juara

I pada perlombaan itu dan mendapat mandat untuk mengikuti kegiatan budaya yang di laksanakan oleh Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada masa itu. Setelah mendapat juara dan menjadi utusan dari Kabupaten Dairi pada masa itu, bapak Kami Capah dan rekan-rekannya menetapkan pendirian untuk tetap bermain musik tradisi. Hal tersebut diatas menjadi awal karir musik tradisi beliau. Banyak event yang sudah di ikuti oleh beliau seperti : Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), Pesta Persatuan Marga Pakpak di Jakarta, Peresmian Kabupaten Pakpak Bharat serta event-event yang diakan olek Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat sampai saat ini.

2.8.3.5 Kami Capah Sebagai Pembuat Kucapi

Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga banyak mempengaruhi dan membuat bapak Kami Capah menjadi seorang yang piawai dalam bermain musik tradisional Pakpak. Pengetahuan akan musik tradisional yang dimiliki oleh beliau serta intensitas dalam memainkan alat Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga banyak mempengaruhi dan membuat bapak Kami Capah menjadi seorang yang piawai dalam bermain musik tradisional Pakpak. Pengetahuan akan musik tradisional yang dimiliki oleh beliau serta intensitas dalam memainkan alat

Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional masyarakat Pakpak yakni Kucapi, diperoleh bapak Kami Capah semenjak beliau beralih untuk memainkan musik tradisi. Kemampuan membuat alat musik tradisi yang pernah beliau dapat dari orang tua kemudian di perdalam sendiri oleh beliau. Berawal dari pengalaman dan tuntutan sebagai pemain musik tradisi, maka beliau memperdalam kemampuannya membuat instrumen kucapi Pakpak.

Pada awal karirnya sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau adalah didasari kebutuhan pribadi dan kebutuhan dari teman-teman satu grupnya yang juga sebagai pemusik tradisional pada masyarakat Pakpak. Alasan diatas adalah faktor yang membuat beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan ayahnya. Kucapi , lobat, dan kalondang adalah jenis instrumen musik tradisional yang sering dibuat oleh bapak Kami Capah dan Kami Capah lebih memfokuskan diri dalam pembuatan Kucapi. Dengan seringnya instrumen musik tradisional buatan bapak Kami Capah tersebut ditampilkan di beberapa acara-acara Kabupaten Pakpak Bharat, maka hal tersebut lambat laun mulai diketahui oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal beliau, dan banyak dari masyarakat tersebut baik pemusik ataupun masyarakat biasa mulai meminta kepada bapak Kami Capah untuk dibuatkan juga instrumen musik serupa. Dari hasil penjualan instrumen tersebut membuat bapak Kami Capah tertarik untuk mulai menekuni karirnya sebagai pembuat instrumen musik tradisional masyarakat Pakpak.

Hal ini dibenarkan oleh bapak Dayo Sinamo (pemain kucapi pakpak), bapak Pandapotan Solin (pemusik tradisi Pakpak) dan bapak Glora Sinamo, yang menyebutkan bahwa Kucapi buatan Bapak Kami Capah memiliki kualitas dan

suara yang bagus 5 . Bapak Glora Sinamo dalam sebuah wawancara dengan penulis menyebutkan bahwa, kucapi buatan Kami Capah memiliki kualitas yang bagus.

Beliau menambahkan, bahwa Kami Capah dapat membuat ukuran kucapi yang pas dengan si pemesan. Hal ini menurut beliau berbeda dengan beberapa pembuat yang beliau kenal, karena pada umumnya ukuran kucapi bervariasi sesuai dengan ukuran badan si pemain.

5 Hasil wawancara dengan narasumber pada tanggal 23 mei 2013