BEBERAPA CONTOH KEPATUHAN KEPADA ALLAH
BEBERAPA CONTOH KEPATUHAN KEPADA ALLAH
1. Meninggalkan Minuman Keras Tentu anda semua telah mendengar betapa meluasnya kebiasaan minum-minuman keras
(khamar) di negeri 'Arab sebelum kedatangan Islam. Lelaki, perempuan, tua-muda, semuanya gemar minum khamar. Mereka memang sudah terbiasa dengan minuman tersebut. Mereka mengarang dan menyanyikan lagu-lagu untuk memuji khamar, dan begitu tergila-gilanya mereka kepada khamar tersebut. Dan anda semua tahu juga bahawa sulit sekali menghentikan minum minuman keras bila telah ketagihan olehnya. Seorang pemabuk lebih suka mati daripada berhenti minum. Bila ia tidak memperoleh khamar, ia merasa lebih sakit dari orang sakit. Tetapi sudahkan anda mendengar apa yang terjadi ketika larangan minum minuman keras diturunkan oleh Allah? Ketika mendengar larangan itu, orang 'Arab yang bersedia mati demi minuman keras itu sendiri, dengan tangan mereka sendiri memecahkan kendi-kendi wadah minuman-keras itu. Dan minuman itu mengalir di jalan-jalan dan di gang-gang di kota Madinah waktu itu seperti air hujan. Dalam suatu pertemuan, sekelompok orang sedang asyik minum minuman keras. Ketika mereka mendengar utusan Nabi SAW mengatakan bahawa minuman keras telah dilarang, tangan- tangan mereka berhenti bergerak seketika. Mereka yang sudah memegang mangkuk minuman itu di bibirnya seketika itu juga menyingkirkannya dari mulut mereka, dan tidak membiarkan setitis pun arak menyentuh bibir mereka. Inilah kebesaran iman. Inilah yang dinamakan patuh kepada Allah dan RasulNya.
2. Pengakuan Dosa Anda tahu juga betapa kerasnya hukuman yang diberikan Islam bagi orang yang berzina —
seratus kali pukulan rotan di punggung yang telanjang; yang membuat orang bergidik hanya dengan mengingatnya saja. Dan bila yang berzina adalah orang yang sudah pernah kahwin, maka hukumannya lebih mengerikan lagi: direjam sampai mati. Mendengar kata rejam saja orang sudah gementar. Tapi sudahkan anda mendengar bagaimana perilaku orang yang mempunyai iman dalam hatinya? Pada zaman Nabi SAW ada seorang beriman yang telah berzina. Tidak ada saksi, tidak ada seorang pun yang menyeretnya ke depan pengadilan. Tidak pula ada seorang pun yang melaporkan kepada polis. Hanya ada iman, yang bertakhta dalam hatinya. Dan iman itulah yang mengatakan kepadanya: "Pergilah kau menjalani hukuman yang telah disediakan Allah atas perbuatanmu itu". Maka pergilah orang itu dengan kemahuannya sendiri kepada Rasulullah SAW dan berkata: "Wahai Rasulullah saya telah berzina. Hukumlah saya". Mendengar itu, Nabi memalingkan wajahnya dari orang itu. Tapi orang itu terus saja menghadap wajah Rasulullah SAW dan mengulangi permintaannya. Rasulullah kembali memalingkan wajahnya dari orang itu, dan orang itu juga kembali bergeser tempat menghadapi wajah Rasulullah dan kembali mengulangi permintaannya untuk ketiga kalinya. Inilah iman. Memang, bagi seorang yang memiliki iman dalam hatinya, adalah mudah untuk menjalani hukuman seratus kali cambukan seratus kali pukulan rotan di punggung yang telanjang; yang membuat orang bergidik hanya dengan mengingatnya saja. Dan bila yang berzina adalah orang yang sudah pernah kahwin, maka hukumannya lebih mengerikan lagi: direjam sampai mati. Mendengar kata rejam saja orang sudah gementar. Tapi sudahkan anda mendengar bagaimana perilaku orang yang mempunyai iman dalam hatinya? Pada zaman Nabi SAW ada seorang beriman yang telah berzina. Tidak ada saksi, tidak ada seorang pun yang menyeretnya ke depan pengadilan. Tidak pula ada seorang pun yang melaporkan kepada polis. Hanya ada iman, yang bertakhta dalam hatinya. Dan iman itulah yang mengatakan kepadanya: "Pergilah kau menjalani hukuman yang telah disediakan Allah atas perbuatanmu itu". Maka pergilah orang itu dengan kemahuannya sendiri kepada Rasulullah SAW dan berkata: "Wahai Rasulullah saya telah berzina. Hukumlah saya". Mendengar itu, Nabi memalingkan wajahnya dari orang itu. Tapi orang itu terus saja menghadap wajah Rasulullah SAW dan mengulangi permintaannya. Rasulullah kembali memalingkan wajahnya dari orang itu, dan orang itu juga kembali bergeser tempat menghadapi wajah Rasulullah dan kembali mengulangi permintaannya untuk ketiga kalinya. Inilah iman. Memang, bagi seorang yang memiliki iman dalam hatinya, adalah mudah untuk menjalani hukuman seratus kali cambukan
3. Pemutusan Hubungan Anda juga tahu bahawa di dunia ini tidak ada yang lebih dicintai seseorang selain daripada
sanak keluarganya. Terutama sekali, ayah, saudara dan anak adalah demikian dicintai sehingga orang bersedia mati kerana mereka. Tetapi lihatlah dalam sejarah Islam waktu terjadi Perang Badar dan Uhud, dan lihatlah siapa yang berperang melawan siapa? Sang ayah berada di barisan tentera Islam dan sang anak di barisan tentera kafir, dan sebaliknya. Seseorang berada di satu pihak dan saudaranya ada di pihak lainnya. Sanak keluarga dan kerabat-kerabat dekat saling berhadapan dan bertempur seakan-akan satu sama lain adalah orang-orang asing. Dan semangat permusuhan ini menyala bukan kerana membela tanah air atau memperebutkan harta benda, bukan pula kerana dendam peribadi tetapi perang melawan keluarga dan sanak saudara itu terjadi kerana orang-orang yang beriman berani dan rela membunuh atau terbunuh oleh ayah, anak, saudara dan keluarga mereka sendiri, demi membela ajaran Allah dan RasulNya.
4. Taubat dari Adat Kebiasaan Lama Anda juga tahu bahawa Islam telah meruntuhkan dengan saksama semua adat kebiasaan lama
yang berlaku di negeri 'Arab sebelum kedatangannya. Dosa terbesar yang muncul dari adat kebiasaan lama ini adalah penyembahan berhala yang telah menjadi mode selama ratusan tahun. Islam melarang perbuatan dosa ini bersama-sama dengan minuman keras, perzinaan, perjudian, pencurian dan perampasan, yang biasa dilakukan sebelum Islam. Sebelum Islam, kaum wanita biasa bepergian ke luar rumah dengan pakaian terbuka. Islam menyuruh mereka mengenakan jilbab. Sebelum Islam datang, kaum wanita tidak berhak memperoleh harta warisan, kemudian Islam memerintahkan agar mereka diberi bahagian. Sebelum Islam, anak-anak angkat diberi kedudukan yang sama dengan anak-anak kandung, tetapi Islam membatalkan persamaan kedudukan ini dan mengesahkan perkahwinan dengan janda anak angkat. Pendeknya, tidak ada satu pun adat lama yang dibiarkan tetap tegak oleh Islam. Tetapi tahukah anda bagaimana sikap orang-orang yang telah menyatakan iman kepada Allah dan RasulNya? Orang-orang yang beriman ini menghancurkan berhala-berhala, yang selama ini disembah oleh mereka dan nenek- moyang mereka, dengan tangan-tangan mereka sendiri. Mereka mempersembahkan korban- korban tersebut di atas altar-altar pemujaan mereka. Mereka menghapuskan semua adat kebiasaan keluarga yang telah mereka warisi turun-temurun selama berabad-abad. Dengan perintah Allah, mereka menghancurkan benda-benda yang sebelumnya mereka pandang suci. Sebaliknya, mereka mengesahkan hal-hal yang sebelumnya mereka pandang menjijikkan. Hal-hal yang selama berabad-abad dipandang suci, tiba-tiba saja menjadi kotor, dan sebaliknya. Semua perbuatan yang pada masa jahiliyyah merupakan sumber keuntungan atau kesenangan, dihapuskan begitu datang larangan dari Allah. Sebaliknya, semua perintah-perintah Islam yang membawa kesulitan- kesulitan dan keberatan-keberatan diterima dengan gembira. Inilah yang disebut iman dan inilah yang dinamakan Islam. Seandainya orang-orang Arab pada masa itu berkata: "Kami tidak mahu menerima hal itu kerana itu merugikan kami. Kami tak dapat menghentikan perbuatan ini kerana ia menguntungkan bagi kami. Kami juga akan tetap mengerjakan perbuatan yang lainnya itu kerana ia adalah warisan budaya dari nenek-moyang kami. Juga, kami menyukai hal-hal tertentu yang dilakukan bangsa Rumawi dan praktik-praktik tertentu dari bangsa Iran yang menyenangkan kami". Pendeknya, seandainya mereka semua menolak setiap hal yang datang dari Islam, anda dapat membayangkan bahawa pasti tidak akan ada seorang Muslim pun di dunia sekarang ini.