Sikap Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian APD

b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. d. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.8.2. Sikap

Sikap menurut Thurston dalam Winarsunu 2008 adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur secara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah Universitas Sumatera Utara respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja. Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan berikut : 1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat. 2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. Seseorang akan memilih cara yang aman atau selamat yang melibatkan banyak pekerjaan hanya jika resiko yang ada pada cara yang mudah lebih besar dari pada yang aman, atau mereka menghendaki tidak ada masalah dengan pimpinannya. 3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan. Universitas Sumatera Utara 4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman. 5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan tersebut. 6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok. Sikap menurut penelitian Efrianis 2007 merupakan pendapat atau pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapatkan informasi atau melihat dan juga mengalami sendiri suatu objek. Sikap dapat diuraikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif, yakni suatu respon yang sudah dalam suatu pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Sikap mempunyai karakteristik, yaitu : 1. Selalu ada objek 2. Biasanya bersifat evaluatif 3. Relatif mantap 4. Dapat diubah Universitas Sumatera Utara

2.8.3. Kondisi APD

Dokumen yang terkait

Motivasi Usia Lanjut Untuk Tinggal Di Panti Sosial Tresnawerdha "Abdi" Binjai Tahun 2002

0 54 81

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

11 86 142

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

9 51 136

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT. LEMBAH KARET PADANGTAHUN 2014.

1 11 10

Hubungan faktor enabling dengan pemakaian alat pelindung diri (apd) pada tenaga kerja di pt. suwastama pabelan Titin

0 0 81

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

0 1 16

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

0 0 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA PENGELASAN INFORMAL

0 3 11