Penerimaan Pajak 1. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah di kota Tebing Tinggi

Table 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2003 Sumber: Pemerintah Kota Tebing Tinggi, 2003 Dari sisi penerimaan APBD kota Tebing Tinggi pada tahun 2003, penerimaan daerah yang berasal dari Dana Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 86,6 atau sekitar 124,6 milyar dari sekitar 143,8 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 3 atau sekitar 4,4 milyar. Sedangkan penerimaan lain cukup besar yaitu sebesar 14,7 milyar yaitu yang berasal dari perhitungan sisa anggaran tahun lalu. 4.2. Penerimaan Pajak 4.2.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah di kota Tebing Tinggi Sejak tahun 1984, penerimaan pemerintah sangat tergantung pada penerimaan dari migas. Dari tahun 1969-1982, penerimaan dari migas merupakan andalan dalam penerimaan negara. Peningkatan hasil minyak yang disebut dengan oil boom sangat membantu peningkatan anggaran di sisi fiskal. Pada tahun 1979-1884, merupakan Universitas Sumatera Utara periode puncak bagi penerimaan pemerintah yang berasal dari sektor migas, karena pada saat itu harga minyak bumi meningkat dari US 25,50 per barel menjadi US 27,50 per barel dan meningkat sampai US 35 per barel pada tahun 1981. Namun ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1980 telah memberikan dampak negatif terhadap tingkat harga migas di pasar Internasional. Fluktuasi harga minyak di pasar internasional tersebut membawa dampak negatif terhadap penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Hal ini mengakibatkan pemerintah tidak dapat menjamin kestabilan penerimaan dari sektor migas. Untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan keuangan negara, pemerintah mengambil kebijakan deregulasi yang berupa paket kebijakan 25 Oktober 1986 dan paket kebijakan 15 Januari 1987 serta mengubah struktur penerimaan dalam negeri dari ketergantungan pada penerimaan migas beralih kepada penerimaan non migas khususnya dari sektor penerimaan pajak. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan biaya dalam negeri menjadi efisien, membantu sektor migas dan non migas menjadi lebih kompetitif, meningkatnya kapasitas produksi dan kesempatan kerja. Sumber penerimaan pajak terbesar pada tahun 1986 adalah Pajak Bumi Dan Bangunan, yaitu sebesar Rp.167.447,1 juta, dan kontribusi kedua yaitu dari Pajak Pendaftaran Izin Perusahaan, yaitu sebesar Rp.85.561,5 juta. Pada periode tahun 1983, dari seluruh penerimaan pemerintah daerah kota Tebing Tinggi sebesar Rp. 1.6 milyar, penerimaan yang berasal dari pajak daerah berjumlah Rp. 150.392 juta dengan pertumbuhan rata-rata 12.9 pertahun. Berkaitan Universitas Sumatera Utara dengan berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah, hasilnya menunjukkan perkembangan penerimaan pajak yang cenderung meningkat pada tahun 1986 di kota Tebing Tinggi. Adapun besar penerimaan pajak daerah kota Tebing Tinggi pada tahun 1986 adalah sebesar Rp. 370.101 juta dengan tingkat pertumbuhannya lebih dari 100 pertahun. Perkembangan penerimaan pajak daerah kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada grafik dan tabel berikut : Gambar : 6. Pertumbuhan Penerimaan Pajak Daerah kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2007 -100 -50 50 100 150 200 250 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Tahun Pertumbuhan Penerimaan Pajak Daerah Kota Tebing Tingg i P ene rimaan Pa jak Daerah ju ta ru pi a h Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Pertumbuhan Penerimaan Pajak Kota Tebing Tinggi 1983-2007 Tahun Penerimaan Pajak Daerah juta rupiah Pertumbuhan Penerimaan Pajak Daerah 1983 150.392 12.9 1984 155.699 3.5 1985 149.670 -3.9 1986 370.101 147.3 1987 198.111 -46.5 1988 226.166 14.2 1989 254.120 12.4 1990 273.171 7.5 1991 290.248 6.3 1992 364.650 25.6 1993 621.572 70.5 1994 587.895 -5.4 1995 731.170 24.4 1996 743.190 1.6 1997 810.980 9.1 1998 782.071 -3.6 1999 1.131.902 44.7 2000 559.957 -50.5 2001 1.867.617 233.5 2002 1.984.690 6.3 2003 2.772.830 39.7 2004 3.810.052 37.4 2005 4.016.157 5.4 2006 4.521.792 12.6 2007 4.588.090 1.5 Sumber: BPS Sumatera Utara, data diolah Universitas Sumatera Utara Perkembangan penerimaan pajak di kota Tebing Tinggi dapat dilihat pula dari gambar grafik di atas. Dimana pada tahun 2000, besar penerimaan pajak daerah kota Tebing Tinggi mencapai angka Rp.559.957 juta dengan pertumbuhan rata-rata yang turun sebesar 50,5 pertahun. Penurunan ini bisa saja merupakan sebagain dampak dari krisis moneter yang terjadi pada beberapa tahun sebelumnya. Bisa juga hal ini dikarenakan oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Pelaksanaan otonomi daerah yang dimulai Januari 2001 menimbulkan reaksi yang berbeda-beda bagi daerah. Pemerintah daerah yang memiliki sumber kekayaan alam yang besar menyambut otonomi daerah dengan penuh harapan, sebaliknya daerah yang miskin sumber daya alamnya menanggapinya dengan sedikit rasa khawatir dan waswas Mardiasmo, 2004. Di kota Tebing Tinggi, tampaknya awal pelaksanaan otonomi daerah berdampak positif terhadap penerimaan pajak daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari total penerimaan pajak daerah kota Tebing Tinggi pada tahun 2001 sebesar Rp.1.8 milyar dengan pertumbuhan rata-rata lebih besar dari 100 pertahun. Akan tetapi pada tahun berikutnya, pertumbuhan penerimaan pajak tersebut menjadi sangat turun dari tahun sebelumnya. Penurunan ini diakibatkan oleh kebijakan pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan pada saat kurang tepat, mengingat hampir seluruh daerah sedang berupaya untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang dimulai pertengahan 1997 Saragih, 2003. Akibatnya kebijakan ini memunculkan kesiapan fiskal daerah yang berbeda satu dengan yang lain. Kebijakan ini justru dilakukan pada saat terjadi disparitas pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan kontribusi penerimaan pajak kota Tebing Tinggi Universitas Sumatera Utara terhadap total Pendapatan Asli Daerah Tebing Tinggi, dimana perkembangan kontribusinya relatif stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 1986, besar kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Tebing Tinggi sebesar 56,4 pertahun. Besarnya kontribusi penerimaan pajak ini adalah sebagai bukti bahwa pengalihan struktur penerimaan dalam negeri kepada penerimaan pajak adalah relatif berhasil. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini: Gambar : 7. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 1985-2007 10 20 30 40 50 60 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 TAHUN Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap PAD Pen erimaa n P aj a k Daera h Universitas Sumatera Utara Grafik di atas sesuai dengan tabel berikut: Tabel 4. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Asli daerah PAD Kota Tebing Tinggi 1985-2007 Tahun Penerimaan Pajak juta rupiah PAD juta rupiah Kontribusi Penerimaan Pajak 1985 149.670 665.094 22.5 1986 370.101 656.782 56.4 1987 198.111 536.940 36.9 1988 226.166 611.677 36.9 1989 254.120 661.421 38.4 1990 273.171 688.016 39.7 1991 290.248 875.678 33.1 1992 364.650 1.026.694 35.5 1993 621.572 1.364.441 45.6 1994 587.895 1.488.263 39.5 1995 731.170 1.749.392 41.8 1996 743.190 1.916.179 38.8 1997 810.980 2.188.692 37.1 1998 782.071 2.256.190 34.6 1999 1.131.902 2.503.290 45.2 2000 559.957 2.108.700 26.5 2001 1.867.617 4.541.238 41.1 2002 1.984.690 5.715.579 34.7 2003 2.772.830 6.263.263 44.2 2004 3.810.052 9.701.882 39.2 2005 4.016.157 9.457.096 42.4 2006 4.521.792 13.385.045 33.7 2007 4.588.090 10.207.107 44.9 Sumber: BPS Sumatera Utara, data diolah Universitas Sumatera Utara

4.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Dokumen yang terkait

Analisis Kausalitas Antara Pengeluaran dan Penerimaan Pemerintah di Sumatera Utara

0 52 99

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi Terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi

2 38 123

Analisis Kausalitas Antara Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah

1 22 3

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INFLASI DI PROVINSI LAMPUNG

3 26 72

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA TAHUN 1980-2012 Hubungan Kausalitas Antara Penerimaan Pajak Dan Pengeluaran Pemerintah Di Indonesia Tahun 1980-2012.

0 1 12

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA TAHUN 1980 -2012 Hubungan Kausalitas Antara Penerimaan Pajak Dan Pengeluaran Pemerintah Di Indonesia Tahun 1980-2012.

1 2 16

HUBUNGAN KAUSALITAS PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI PROVINSI YOGYAKARTA Hubungan kausalitas penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah di Provinsi Yogyakarta tahun 1985-2010.

0 0 13

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DENGAN PENERIMAAN PAJAK DI JAWA TENGAH ANALISIS KAUSALITAS ANTARA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DENGAN PENERIMAAN PAJAK DI JAWA TENGAH TAHUN 1979-2004.

0 0 11

UJI KAUSALITAS PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN Uji Kausalitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta dengan Menggunakan Metode Granger Tahun 1978-2003.

0 0 13

PENDAHULUAN Uji Kausalitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta dengan Menggunakan Metode Granger Tahun 1978-2003.

0 0 12