Kondisi Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi

Struktur ekonomi merupakan kontribusi sektor ekonomi yang terbentuk di suatu wilayah atau menunjukkan kemampuan masing-masing sektor dalam menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuannya memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Pergeseran struktur ini sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Gambar 5. PDRB Kota Tebing Tinggi 2000-2004 Pendapatan Regional yang biasa disebut dengan PDRB Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu daerah. Selama kurun waktu tahun 2000-2004 pertumbuhan perekonomian Kota Tebing Tinggi menunjukkan kecenderungan meningkat. Laju pertumbuhan Universitas Sumatera Utara ekonomi tersebut diindikasikan dari perkembangan PDRB ADHK Kota Tebing Tinggi tahun 2000-2004. Untuk mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan yang dirinci menurut lapangan usaha. Tabel 1 : Distribusi Persentase PDRB Kota Tebing Tinggi menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 1. Pertanian 8,48 8,14 7,92 7,90 7,94 2. Pertambangan Penggalian 0,05 0,07 0,07 0,07 0,07 3. Industri Pengolahan 23,84 23,09 22,93 22,71 22,44 4. Listrik Gas Dan Air Bersih 4,23 4,45 4,49 4,52 4,55 5. Bangunan 7,14 7,28 7,20 7,08 6,95 6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 20,68 21,00 20,81 20,54 20,20 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 14,25 15,21 16,09 16,95 17,89 8. Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 4,99 5,09 5,02 4,96 4,90 9. Jasa – Jasa 16,34 15,67 15,47 15,27 15,06 Angka Perbaikan Angka Sementara Sumber : PDRB Kota Tebing Tinggi Tahun 2000-2004, BPS Kota Tebing Tinggi Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa struktur perekonomian Kota Tebing Tinggi dari tahun ke tahun didominasi oleh sektor industri, sektor perdagangan serta sektor jasa-jasa dimana peranannya masing-masing tahun 2004 secara berurutan adalah; pada sektor industri pengolahan sekitar pada 22,44 , sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 20,20 , sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 17,89 dan sektor jasa-jasa sebesar 15,06, Sektor-sektor tersebut selama kurun waktu 2000 – 2004 tidak berubah secara signifikan terhadap pembentukan PDRB. Universitas Sumatera Utara Sementara sektor pertanian memperlihatkan peranannya cenderung menurun selama kurun waktu tahun 2000-2004. Meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi peringkat pertama dalam pembentukan PDRB sejak tahun 2000. Pembentukan PDRB sektor industri pengolahan didominasi oleh sub sektor industri besar dan sedang dengan kontribusi sebesar 19,61. Disamping yang telah disebutkan tadi, sektor- sektor lain yang cukup tinggi peranannya dalam pembentukan PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan peranan sebesar 20,20. Kontribusi terbesar berada pada sub-sektor perdagangan besar dan eceran yang memberikan kontribusinya sebesar 17.49. Kota Tebing Tinggi ini dikenal sebagai wilayah yang mengandalkan industri dan perdagangan. Sebagai penyumbang kegiatan ekonomi terbesar, sektor industri tidak bias mengenyampingkan keberadaan industri-industri kecil dan rumahan yang tersebar di tiga kecamatan. Kedua jenis industri ini yang digolongkan sebagai UKM dan hingga tahun 2001 mencapai 263 unit dari total 289 perusahaan, mendukung sektor industri pada umumnya. Besarnya ketergantungan pada industri dan perdagangan terlihat dari nilai kegiatan ekonomi daerah setiap tahunnya. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2001, dari total Rp 836,3 miliar kegiatan ekonomi yang dihasilkan, 23nya berasal dari industri pengolahan. Dari nilai industri tersebut industri besar dan sedang mendominasi dengan pangsa pasar 20. Dari 20 tersebut, 19nya disumbang oleh industri karet, sisanya adalah berupa makanan, tekstil, kertas, dan lain-lain. Setelah sektor industri di tempat pertama, perdagangan besar dan eceran di tempat berikutnya menyumbang sekitar 18. Dari data tahun 2001, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Tebing Tinggi yaitu sektor industri pengolahan 23,09, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 21,10, sector jasa- jasa 15,61 pengangkutan dan komunikasi 15,13. Sedangkan sektor lainnya 25,07 meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, gas, air bersih, dan keuangan rata-rata 5,01. Penerimaan PAD Kota Tebing Tinggi perlu ditingkatkan seiring dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendanaan yang selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber pendanaan baru, baik dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah. Universitas Sumatera Utara Table 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2003 Sumber: Pemerintah Kota Tebing Tinggi, 2003 Dari sisi penerimaan APBD kota Tebing Tinggi pada tahun 2003, penerimaan daerah yang berasal dari Dana Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 86,6 atau sekitar 124,6 milyar dari sekitar 143,8 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 3 atau sekitar 4,4 milyar. Sedangkan penerimaan lain cukup besar yaitu sebesar 14,7 milyar yaitu yang berasal dari perhitungan sisa anggaran tahun lalu. 4.2. Penerimaan Pajak 4.2.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah di kota Tebing Tinggi

Dokumen yang terkait

Analisis Kausalitas Antara Pengeluaran dan Penerimaan Pemerintah di Sumatera Utara

0 52 99

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi Terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi

2 38 123

Analisis Kausalitas Antara Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah

1 22 3

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INFLASI DI PROVINSI LAMPUNG

3 26 72

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA TAHUN 1980-2012 Hubungan Kausalitas Antara Penerimaan Pajak Dan Pengeluaran Pemerintah Di Indonesia Tahun 1980-2012.

0 1 12

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA TAHUN 1980 -2012 Hubungan Kausalitas Antara Penerimaan Pajak Dan Pengeluaran Pemerintah Di Indonesia Tahun 1980-2012.

1 2 16

HUBUNGAN KAUSALITAS PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI PROVINSI YOGYAKARTA Hubungan kausalitas penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah di Provinsi Yogyakarta tahun 1985-2010.

0 0 13

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DENGAN PENERIMAAN PAJAK DI JAWA TENGAH ANALISIS KAUSALITAS ANTARA PENGELUARAN PEMBANGUNAN DENGAN PENERIMAAN PAJAK DI JAWA TENGAH TAHUN 1979-2004.

0 0 11

UJI KAUSALITAS PENERIMAAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI KOTA SURAKARTA DENGAN Uji Kausalitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta dengan Menggunakan Metode Granger Tahun 1978-2003.

0 0 13

PENDAHULUAN Uji Kausalitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta dengan Menggunakan Metode Granger Tahun 1978-2003.

0 0 12