33
Apakah dokumentasi kepemilikannya kuat secara hukum, apakah memiliki kekuasaan untuk
mengendalikan inventories tersebut, atau misalnya berapa harga sebenarnya atau nilai wajar dari inventories
tersebut.
3. Property, plant, dan equipment
Mengidentifikasi nilai wajar dari Property, plant, dan equipment perusahaan target. Ada kemungkinan nilainya
terlalu ditinggikan pada laporan keuangan.
4. Liabilities
Kemungkinan ada liabilities yang tidak terdeteksi oleh perusahaan pengakuisisi. Misalnya kewajiban-
kewajiban yang tidak tercatat atau kewajiban-kewajiban kontinjensi.
2.1.2.7 Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan
Beberapa bahasan di atas telah menunjukkan bahwa secara teori, seharusnya setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan
sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan digabung bersama dan kinerja keuangan perusahaaan pascamerger dan
akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger
Universitas Sumatera Utara
34
dan akuisisi. Sebenarnya tujuan menggabungkan usaha melalui merger dan akuisisi, perusahaan mengharapkan dapat memperoleh sinergi, yaitu nilai
keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger
dan akuisisi. Selain itu merger dan akuisisi dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam
pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi. Jadi, nilai perusahaan setelah merger dan
akuisisi seharusnya lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Dasar logis dari pengukuran
berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang
simultan, maka laba sebagai tolok ukur kinerja keuangan perusahaan juga akan semakin meningkat. Manurung, 2011: 9-10
Namun demikian, pada beberapa kasus, merger dan akuisisi dapat tidak berpengaruh sama sekali pada kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi bahkan ada yang menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Ada beberapa merger maupun akuisisi dengan kinerja yang
memprihatinkan. Glassman dalam Hitt, Harrison, dan Ireland, 2002 memberikan contoh kegagalan merger Quaker Oats dengan Snapple
Beverage Co. Quaker Oats membeli Snapple Beverage Co. seharga USD 1,7 milyar pada tahun 1994. Tetapi pada tahun 1997, Quaker menjual
bisnis Snapple hanya dengan USD 300 juta, rugi USD 1,4 milyar.
Universitas Sumatera Utara
35
Kemudian pembelian McDonnell Douglas Corp. oleh Being Co. pada tahun 1997. Dalam tiga tahun sebelum akuisisi, saham McDonnell
Douglas bernilai empat kali lipat, tetapi dalam beberapa bulan setelah akuisisi McDonnell Douglas, nilai saham Boeing turun hingga 15.
2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia di antaranya adalah Payamta dan
Setiawan 2004 yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan dan return saham
di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan hanya Total Assets turn Over, Fixed Assets Turn Over, Return On Investment, Return
On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah
merger dan akuisisi sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan.
Hasil negatif juga dikemukakan Prabowo 2012 melakukan penelitian mengenai kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur pengakuisisi yang melakukan merger dan akuisisi yang
terdaftar di BEI tahun 2005-2008. Dalam penelitian ini, peneliti menguji rasio Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Return
On Asset, dan Return On Equity. Dengan menggunakan alat analisis uji
Universitas Sumatera Utara