Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

YOSSY APRIANI

071301118

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Genap, 2012/2013


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, penulis bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2013

Yossy Apriani NIM 071301118


(3)

Hubungan Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet pada Mahasiswa Universitas SumateraUtara

Yossy Apriani dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Berbelanja melalui media internet memiliki dampak negatif yang dapat membuat konsumen mengalami penyesalan pasca pembelian. Penyesalan pasca pembelian terjadi ketika konsumen membuat keputusan yang salah pada proses pembelian. Hal ini disebabkan kurangnya informasi ketika konsumen membeli suatu produk. Oleh karena itu konsumen belajar untuk mencari informasi mengenai produk yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian kembali di masa yang akan datang.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibarkan 64 mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Sumatera Utara yang pernah berbelanja melalui media internet yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Probability Sample. Alat ukur yang digunakan berupa skala psikologi. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala penyesalan pasca pembelian melalui media internet dan skala intensi membeli kembali melalui media internet.

Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet dengan nilai r=-0.247, p<0.05. dapat disimpulkan bahwa semakin rendah penyesalan pasca pembelian semakin tinggi intensi membeli kembali melalui media internet.

Kata Kunci : penyesalan pasca pembelian, intensi membeli kembali, berbelanja melalui media internet.


(4)

The Relationship of Post Purchase Regret with Repurchase Intentions via Internet on University of North Sumatera Students

Yossy Apriani dan Ferry Novliadi

ABSTRACT

One of the negative impacts of this option is customers are open to experience post purchase regret. This happens when consumers made wrong decision in purchasing process due to lack of information when buying a product. As a result, consumers will learn to seek information on needed products before buying in the future.

This was a quantitative study involving 64 students from Faculty of Psychology, University of North Sumatera who had done purchase via internet. The Study aimed to identified the relationship between post purchase regret with repurchase intention via internet. Collected data were analysed by Pearson Product Moment Correlation. Non Probablity Sampling method was applied in the study design, while psychology scale was used as measurement index. This study applied two scales, that is post purchase regret scale and repurchase intention of further purchase via internet scale.

Based on the result, it was found that there was a negative correlation between post purchase regret after and repurchase intention via internet (r=-0.247, p<0.05). It was concluded that if the post purchase regret was lower, after shopping, the repurchase intention via internet became higher.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian penelitian ini. Penyusunan penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi ujian sarjana Psikologi agar dapat mencapai derajat Sarjana S-1 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara”.

Berbagai proses telah penulis alami selama ini. Perlu banyak usaha, kerja keras dan kemauan yang tinggi dalam setiap prosesnya. Bagi penulis penyelesaian penelitian ini merupakan titik awal untuk mencapai mimpi-mimpi lainnya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Terutama sekali penulis ingin mengucapkan Alhamdulillah, terima kasih kepada Allah SWT atas segala Nikmat dan KaruniaMu Penulis juga sangat mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Bapak Ferry Novliadi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan setulus hati telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan memberikan petunjuk, saran serta semangat selama proses penyusunan penelitian ini. Terima kasih juga atas segala kesabaran dalam membimbing penulis selama proses pengerjaan penelitian ini.


(6)

3. Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi USU, yang telah membantu dan mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, baik saat masa perkuliahan maupun yang berhubungan dengan penelitian.

4. Buat kedua orang tua penulis H. A. Darman S Prawiro dan Hj. Irnayati yang selalu sabar untuk menunggu anaknya agar segera menyelesaikan pendidikannya, suami penulis dr. Khairul Muhajir, Sp.BS yang telah memberikan perhatian, semangat dan dukungannya kepada penulis, anak penulis Rully Mahadi Hakim yang telah memberikan penulis canda tawa dan tingkah lucunya sehingga penulis mendapatkan hiburan dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta saudara penulis Oky Irawan (abang), drg. Yollanda Susanti (kakak), Yogi Trianto, SE (abang) dan Yon Permana Putra (adik) yang telah menemani penulis dalam melakukan penelitian ini.

5. Buat mertua penulis Prof. Dr. Adril Arsad Hakim, Sp.S, Sp.BS (K) dan Dr. Yusniwarti Yusad yang telah memberikan nasihat, saran dan kritik dalam penelitian ini.

6. Buat dr. Iqbal Sungkar dan Yuzni Kurniasih yang selalu memberikan semangat dan nasihatnya kepada penulis.

7. Buat sahabat penulis yang tiada hentinya memberikan penulis arahan, saran, dukungan dari awal proses pembuatan skripsi sampai dengan selesai, Dania, Milna, Liza, Ririn.

8. Buat Debby Oktaria yang selalu setia membantu dan mengajari saya dalam penyusunan penelitian saya ini.


(7)

9. Buat drg. Ahmad Affandi yang telah membantu saya dalam menyebarkan skala penelitian ini.

10. Buat adik-adik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan Universitas Prima Medan yang terlibat dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih. Tanpa kalian penelitian ini tidak akan berjalan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya, kepada Allah penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juni 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. LANDASAN TEORI ... 11

A. Intensi Membeli Kembali ... 11

1. Pengertian Intensi Membeli Kembali ... 11

2. Aspek Intensi Membeli Kembali ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Membeli Kembali ... 14

B. Penyesalan Pasca Pembelian ... 18

1. Pengertian Penyesalan Pasca Pembelian ... 18

2. Dimensi Penyesalan Pasca Pembelian ... 24

3. Dampak Penyesalan Pasca Pembelian ... 26

C. Belanja Melalui Media Internet ... 27


(9)

D. Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi

Membeli Kembali Melalui Media Internet ... 28

E. Hipotesa Penelitian ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 33

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 35

1. Populasi dan Sampel ... 35

2. Metode Pengambilan Sampel ... 36

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 37

D. Alat yang Digunakan ... 37

E. Uji Coba Alat Ukur ... 40

1. Uji Validitas ... 40

2. Uji Daya Beda Aitem ... 41

3. Uji Reliabilitas ... 42

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 45

1. Tahapan Persiapan Penelitian ... 45

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... ... 46

3. Tahapan Pengolahan Data ... 46

G. Metode Analisis Data ... 46

1. Uji Normalitas ... 47

2. Uji Linieritas ... 47

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Subjek Penelitian ... 49

B. Hasil Penelitian ... 50

1. Uji Asumsi ... 50

2. Hasil Analisa Data ... 52


(10)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... .61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

1. Saran Metodologis ... 62

2. Saran Praktis... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(11)

Tabel 2. Blueprint Skala Penyesalan Pasca Pembelian (Sebelum Uji coba) ... 40

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Penyesalan Pasca Pembelian ... 44

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Intensi Membeli Kembali ... 45

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 7. Uji Linearitas penyesalan Pasca Pembelian dan Intensi Membeli Kembali ... 51

Tabel 8. Korelasi Penyesalan Pasca Pembelian dan Intensi Membeli Kembali……….. ... 52

Tabel 9. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Penyesalan Pasca Pembelian... 53

Tabel 10. Kategorisasi Data Penyesalan Pasca Pembelian ... 55

Tabel 11. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Intensi Membeli Kembali ... 55


(12)

Hubungan Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet pada Mahasiswa Universitas SumateraUtara

Yossy Apriani dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Berbelanja melalui media internet memiliki dampak negatif yang dapat membuat konsumen mengalami penyesalan pasca pembelian. Penyesalan pasca pembelian terjadi ketika konsumen membuat keputusan yang salah pada proses pembelian. Hal ini disebabkan kurangnya informasi ketika konsumen membeli suatu produk. Oleh karena itu konsumen belajar untuk mencari informasi mengenai produk yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian kembali di masa yang akan datang.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibarkan 64 mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Sumatera Utara yang pernah berbelanja melalui media internet yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Probability Sample. Alat ukur yang digunakan berupa skala psikologi. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala penyesalan pasca pembelian melalui media internet dan skala intensi membeli kembali melalui media internet.

Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet dengan nilai r=-0.247, p<0.05. dapat disimpulkan bahwa semakin rendah penyesalan pasca pembelian semakin tinggi intensi membeli kembali melalui media internet.

Kata Kunci : penyesalan pasca pembelian, intensi membeli kembali, berbelanja melalui media internet.


(13)

The Relationship of Post Purchase Regret with Repurchase Intentions via Internet on University of North Sumatera Students

Yossy Apriani dan Ferry Novliadi

ABSTRACT

One of the negative impacts of this option is customers are open to experience post purchase regret. This happens when consumers made wrong decision in purchasing process due to lack of information when buying a product. As a result, consumers will learn to seek information on needed products before buying in the future.

This was a quantitative study involving 64 students from Faculty of Psychology, University of North Sumatera who had done purchase via internet. The Study aimed to identified the relationship between post purchase regret with repurchase intention via internet. Collected data were analysed by Pearson Product Moment Correlation. Non Probablity Sampling method was applied in the study design, while psychology scale was used as measurement index. This study applied two scales, that is post purchase regret scale and repurchase intention of further purchase via internet scale.

Based on the result, it was found that there was a negative correlation between post purchase regret after and repurchase intention via internet (r=-0.247, p<0.05). It was concluded that if the post purchase regret was lower, after shopping, the repurchase intention via internet became higher.


(14)

Pada mulanya belanja hanya merupakan suatu konsep yang menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sendiri telah berkembang sebagai sebuah cerminan gaya hidup dan hiburan di kalangan masyarakat. Belanja merupakan suatu gaya hidup tersendiri yang telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang (Haris & Goode, 2004). Berbelanja, merupakan suatu hal yang dilakukan oleh hampir semua orang. Menjamurnya bisnis seperti waralaba (franchise), pusat perbelanjaan (shopping centre), supermarket, toserba (toko serba ada) yang ada saat ini menjadi komoditas masyarakat terutama bagi remaja (Sumartono, 2002). Teknologi telah berkembang begitu pesat dari masa ke masa. Teknologi telah membuat segalanya menjadi lebih sederhana. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup pesat saat ini adalah penggunaan internet (Saptono, 2003). Internet merupakan sarana elektronik yang dapat dipergunakan untuk berbagai aktivitas didalam kehidupan seperti komunikasi, riset, transaksi bisnis, dan lainnya. Teknologi internet menghubungkan ribuan jaringan komputer individual dan organisasi di seluruh dunia. Internet telah berkembang dalam dua dasawarsa terakhir hingga saat ini, banyak sekolah dan pendidikan lainnya yang mewajibkan muridnya untuk mengenal internet, dan juga banyak situs jejaring sosial dan


(15)

menjadikan internet sebagai suatu kebutuhan (Laohanpengsang,2009). Sejak berkembangnya internet, ada hal baru yang dilakukan pada masyarakat sekarang ini yaitu berbelanja melalui media internet. Dimana berbelanja melalui media internet sebagai pertukaran/aktivitas komputer yang dilakukan seorang konsumen melalui alat penghubung komputer sebagai dasarnya, komputer konsumen terhubung dengan internet dan bisa berinteraksi dengan toko maya yang menjual produk atau jasa melalui jaringan internet (Haubl & Trifts, 2000). Sedangkan menurut Liang & Lai (2000) membeli melalui media internet (online shopping) adalah proses membeli produk atau jasa melalui internet. Keunikan dari proses membeli melalui media internet adalah ketika konsumen untuk membeli (konsumen yang membutuhkan barang atau jasa) menggunakan internet dan mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka butuhkan.

Berbelanja dengan media internet seperti memberikan kenyamanan, pelanggan tidak perlu bergelut dengan lalu lintas, tidak perlu mencari tempat parkir dan berjalan dari toko ke toko. Konsumen dapat membandingkan merek, memeriksa harga dan memesan barang dagangan 24 jam sehari dari mana saja. Pembelian melalui media internet terasa mudah dan pribadi, pelanggan memiliki waktu yang tidak terbatas dalam membeli (Kotler dan Amstrong, 2001).

Berbelanja melalui media internet atau pembelian dengan media internet merupakan pilihan bagi para remaja khususnya mahasiswa yang menganggap berbelanja melalui media internet adalah hal yang mudah dan menyenangkan (Wolfinbarger dan Gilly, 2003). Segut (2008) menyatakan kelompok usia yang


(16)

sangat konsumtif adalah kelompok remaja. Sebab pola konsumsi terbentuk pada masa ini. Perilaku konsumtif pada mahasiswa (remaja) juga didorong adanya perubahan tren ataupun mode yang secara cepat diikuti oleh remaja khususnya mahasiswa (Segut, 2008). Terbentuknya perilaku konsumtif ini akan mengarah pada meningkatnya pembelian yang dilakukan oleh mahasiswa.

Pengalaman pelanggan berbelanja dengan media internet adalah seperti kecepatan dan kemudahan dalam menjelajah situs, mencari produk yang diinginkan, tanya jawab antara penjual dan pembeli, dan akhirnya terjadi kesepakatan untuk melakukan transaksi. Berbelanja dengan media internet merasa puas karena jaminan barang yang dibeli datang tepat pada waktunya dan menerima produk dalam kondisi yang baik (Hadi, 2010). Namun tak jarang juga terjadi penipuan dalam proses jual beli yang menyebabkan konsumen menyesal untuk membeli produk melalui media internet, misalnya penipuan karena melakukan pengiriman uang terlebih dahulu, bahan tidak sesuai dengan yang ditampilkan, terjadi kesalahan dalam pengiriman, pemilik situs tidak mengganti rugi atas kerusakan yang terjadi pada pengiriman (Hadi, 2010).

Setelah membeli suatu produk, pembeli akan mengalami perasaan puas atau tidak puas (Strydom, Cant, dan Jooste, 2000). Perasaan tidak puas muncul ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sedangkan penyesalan muncul ketika keputusan yang diambil ternyata salah. Penyesalan adalah suatu emosi yang negatif bahwa orang termotivasi untuk menghindari, menekan, menyangkal, dan mengatur mereka harus mengalaminya. Penyesalan


(17)

sendiri terhadap apa yang telah terjadi dan adanya keinginan yang besar untuk merubah situasi yang ada (Zeelenberg and Pieters, 2007).

Berbelanja dengan menggunakan media internet sering terjadi perasaan kecewa, sedih dan marah. Hal ini yang disebut dengan penyesalan pasca pembelian, yaitu perasaan penyesalan yang dirasakan oleh seorang individu terhadap hasil yang diperoleh setelah membeli suatu produk (Lee & Cotte, 2009). Park mengatakan, penyesalan pasca pembelian juga berhubungan dengan apakah pembelian itu dilakukan didalam toko atau melalui media internet. Untuk menghindari penyesalan pasca pembelian yaitu dengan melihat apakah konsumen dapat menambah atau mengurangi pencarian informasi mengenai produk yang akan mereka beli dalam proses pengambilan/pembelian (Jisook, 2011).

Pada dasarnya, proses pembelian oleh konsumen terdiri dari tiga fase umum: fase pembelian, fase membeli, dan fase setelah pembelian. Fase pra-pembelian atau pra-pemakaian termasuk kejadian-kejadian dan tindakan konsumen yang mengawali perilaku membeli sebenarnya. Fase pembelian yaitu keputusan membeli yang melibatkan kapan, dimana dan bagaimana melakukan pembelian dan pembayaran. Pada literatur komersial elektronik, keputusan membeli dipandang sebagai perilaku yang didasari kepercayaan. Setelah pemakaian produk dan layanan, konsumen melakukan penilaian terhadap harapan yang muncul pada fase sebelum membeli. Berdasarkan hasil penilaian ini, bila merasa mengalami keuntungan, konsumen mungkin akan memiliki keinginan untuk membeli lagi dari sumber yang sama, dan lewat pembelian berulang akan terbentuk sebuah loyalitas terhadap layanan dan barang. Hal ini juga berlaku


(18)

sebaliknya bila konsumen merasa menyesal telah membeli barang atau jasa melalui media internet (Kim, 2003).

Konsep penyesalan dan kekecewaan pembeli berasal dari usaha membandingkan produk yang dilakukan oleh konsumen terhadap barang dan jasa yang dibelinya. Perbandingan ini didasari oleh tiga komponen yang menampilkan faktor-faktor penentu penilaian konsumen terhadap barang dan jasa. Komponen yang pertama adalah harapan konsumen terhadap penampilan barang dan jasa yang dibeli. Kedua, kekecewaan yang berasal dari ketidaksesuaian antara penampilan barang/jasa yang diharapkan dengan penampilan barang/jasa sebenarnya. Ketiga, penyesalan yang berasal dari perbedaan penampilan barang atau jasa yang dibeli dengan penampilan barang atau jasa pembanding yang sejenis. Pendekatan ini berguna untuk melihat kecenderungan penilaian konsumen terhadap pembelian yang dilakukannya. (Inman, 1997).

Sekarang ini mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara lagi marak berbelanja melalui media internet. Mahasiswa yang pernah merasakan penyesalan setelah membeli sebuah barang tidak mau berhenti dalam melakukan pembelian melalui media internet. Setelah mereka merasa menyesal dalam melakukan pembelian dikarenakan barang yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini akan mengarah pada perilaku membeli berikutnya apakah mereka akan membeli kembali atau tidak membeli kembali. Mereka yang melakukan pembelian kembali disebut dengan intensi membeli kembali. Intensi membeli kembali adalah individu melakukan pembelian kembali


(19)

penilaian pada barang/produk tersebut (Lacey dan Morgan, 2007). Hal ini mengarah pada konsumen untuk membeli kembali produk/barang di masa yang akan datang (Barata, 2007).

Intensi membeli kembali berkaitan dengan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna mendapatkan, memiliki, dan menggunakan produk (Boonlertvanich (2011). Menurut Swastha dan Handoko (2000) intensi membeli kembali merupakan pembelian yang pernah dilakukan oleh pembeli terhadap produk/barang yang sama dan pembeli akan melakukan pembelian kembali untuk yang kedua kalinya atau ketiga kalinya. Pada mahasiswa Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara, mereka yang sudah terlanjur merasakan penyesalan setelah pembelian melalui media internet, mereka cenderung akan mencari produk atau barang demi memenuhi kebutuhannya. Terlebih dahulu, mereka mencoba mencari informasi mengenai produk yang akan mereka beli di masa yang akan datang.

Menurut Schwitzgebel (2006) intensi membeli kembali dipengaruhi oleh penilaian terhadap produk/barang yang telah dibeli konsumen, adanya tekanan sosial yang dapat memotivasi perilaku membeli kembali, dan tersedianya fasilitas yang mendorong perilaku membeli kembali. Berbeda dengan Shimp (2003) intensi membeli kembali merupakan adanya pengalaman konsumen dalam memakai sebuah produk, apakah produk tersebut nantinya akan dibeli dimasa yang akan datang atau tidak.

Keputusan konsumen untuk membeli barang atau jasa sering juga didasarkan atas pertimbangan yang irrasional, karena barang tersebut akan dapat


(20)

meningkatkan harga dirinya, supaya tidak ketinggalan zaman, dikagumi orang lain, dianggap sebagai kelas tertentu, dan sebagainya (Susana, 2002).

Konsumen dalam melakukan pembelian kembali diawali dengan kebutuhan akan suatu produk/barang, kemudian membutuhkan waktu untuk mengambil keputusan, informasi yang dibutuhkan, memikirkan berbagai alternatif yang harus dipertimbangkan, selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk/barang tersebut (Armitage& Conner, 2001).

B. Permasalahan

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan menjadi berikut :

Apakah terdapat hubungan antara penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet pada mahasiswa?


(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan pada Psikologi Industri dan Organisasi. Dan dengan adanya penelitian ini dilakukan diharapkan dapat menambah bukti-bukti empiris tentang hubungan penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet pada mahasiswa.

2. Secara praktis

a. Bagi produsen, membantu untuk mengetahui hubungan

penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali sehingga dapat membuat strategi untuk pemasaran sebuah produk/jasa yang tepat untuk menghindari kemungkinan

konsumen mengalami penyesalan dengan mengetahui

kebutuhan atau harapan konsumen pada suatu barang/produk serta memberikan informasi dan kualitas dari suatu produk yang akan dijual.

b. Bagi konsumen yang berbelanja melalui media internet untuk mencari tahu informasi mengenai produk/barang yang akan dibeli melalui media internet dan membuat strategi dalam

melakukan pembelian melalui media internet untuk

mengurangi penyesalannya dan berkeinginan untuk membeli kembali.


(22)

c. Bagi masyarakat yang belum pernah berbelanja melalui media internet mendapat sebuah gambaran bagaimana penyesalan yang dialami orang yang pernah berbelanja melalui media internet.

d. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

E. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian.

BAB II: Landasan Teori

Bab ini memuat landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian yang mengikuti landasan teori dari penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini memuat metode penelitian yang digunakan, yaitu identifikasi variabel penelitian, defenisi variabel operasional penelitan, subjek penelitian dan teknik sampling, lokasi penelitian, metode dan alat


(23)

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisis data.

BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini memuat tentang pengelohan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan data-data penelitian ditinjau dari teori yang relevan.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diperlukan baik untuk penyempurnaan penelitian atau untuk penelitian selanjutnya.


(24)

A. INTENSI MEMBELI KEMBALI

1. Definisi Intensi Membeli Kembali

Sebelum terjadinya suatu perilaku, ada hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku, yaitu intensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schiffman dan Kanuk (1994) (dalam Barata, 2007) yang mengatakan bahwa intensi adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku tertentu. Intensi juga merupakan sebuah rencana sebelum melakukan sesuatu. Menurut Ajzen (2005), intensi merupakan kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku. Dalam referensi lainnya, Ajzen (dalam Teo & Lee, 2010), mengemukakan definisi intensi yaitu indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku (Ajzen, 2005).

Berdasarkan pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran terhadap intensi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memprediksi perilaku. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Engel, Blackwell dan Miniard (1995) yang mencatat bahwa sikap sejalan dengan intensi yang merupakan prediktor perilaku di masa yang akan datang.


(25)

individu. Howard dan Sheth (2004) (dalam Tirtiroglu & Elbeck, 2008) mendefenisikan intensi membeli sebagai kemungkinan seorang konsumen berencana membeli produk tertentu pada jangka waktu tertentu dan hal itu terjadi setelah konsumen menyimpan informasi yang relevan untuk menentukan keputusan membeli. Sedangkan menurut Spears dan Singhs (dalam Liu, Chu-Chi & Chen, 2006) intensi membeli adalah rencana yang dilakukan individu secara sadar yang merupakan usaha untuk membeli sebuah produk.

Intensi membeli kembali adalah penilaian individu tentang membeli kembali sebuah produk/jasa yang ditunjuk dari perusahaan/toko yang sama dengan mempertimbangkan situasi dan keadaan yang mungkin (Hellier, Geursen, Carr dan Rickard, 2003). Menurut Wathne, Kaynak dan Bolton (2003) (dalam Olaru, 2008) intensi membeli kembali tergantung pada nilai yang diperoleh dalam transaksi sebelumnya dan pengalaman sebelumnya. Konsumen yang melaporkan kegiatan membelinya di masa lalu dan terlibat kembali dalam perilaku pembelian kembali disebut juga dengan intensi membeli kembali (Seiders, 2005).

Konsumen yang memiliki intensi membeli kembali dimaksudkan untuk menjelaskan penilaian pribadi mengenai pembelian mengulang suatu produk tertentu (Hellier, 2003). Peneliti Anderson (1994) dan Hennig-Thurau & Klee (1997) telah mengakui bahwa pengalaman konsumen dalam membeli mempengaruhi pembelian kembali di masa yang akan datang (dalam Wangwiboolkij, 2011).

Jadi intensi membeli kembali dapat diartikan sebagai konsumen yang melakukan pembelian ulang pada suatu produk yang telah dibeli sebelumnya,


(26)

dipengaruhi oleh evaluasi/pengalaman individu atas perilaku membeli. Oleh karena itu intensi membeli kembali ini dapat digunakan sebagai prediktor dari perilaku membeli.

2. Aspek Intensi Membeli Kembali

Menurut Ajzen (2005), Intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku. Hal ini dapat juga berlaku pada perilaku membeli kembali. Dengan mengukur intensi membeli kembali pada konsumen, hal ini juga dirancang untuk menganalisis perilaku membeli kembali pada konsumen. Terdapat 3 aspek intensi membeli kembali menurut Ajzen dan Fishbein (2005), yaitu sebagai berikut:

a. Sikap (Attitude)

Sikap mengacu pada perasaan/penilaian terhadap objek tertentu. Ini mengukur tingkat suka atau tidak suka terhadap objek tertentu (Ajzen dan Fishbein, 2001). Seseorang yang yakin bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki sikap

yang positif, begitu juga sebaliknya. Sehingga apabila individu yakin perilaku membeli yang dia lakukan akan menghasilkan outcome yang positif, maka

individu tersebut memiliki sikap yang positif terhadap perilaku membeli selanjutnya, begitupun sebaliknya. Contoh dari sikap adalah individu merasakan produk yang memuaskan (postif) maka ia akan membeli kembali produk tersebut pada waktu yang akan datang.


(27)

b. Norma Subjektif (Subjective Norms)

Biasanya individu dalam melakukan pembelian kembali dipengaruhi oleh orang lain atau kelompok (significant others) seperti orang tua, pasangan, teman, media, status sosial. Sehingga individu yakin bahwa kebanyakan referensi akan mempengaruhi dirinya untuk melakukan pembelian kembali dan adanya motivasi untuk melakukan pembelian kembali pada suatu produk. Contoh dari norma subjektif adalah adanya pujian dari orang lain ketika membeli sebuah produk, pujian ini yang dapat mempengaruhi individu melakukan pembelian kembali.

c. Kontrol Perilaku (Behavior Control)

Kontrol perilaku berupa ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi individu untuk melakukan suatu perilaku. Dalam intensi membeli kembali, contoh dari faktor-faktor yang memfasilitasi adalah adanya kecepatan internet dalam mengakses produk yang ingin dibeli, adanya waktu yang memungkinkan untuk membeli kembali suatu produk. Sedangkan yang menghalangi individu antara lain, tidak adanya dana untuk membeli kembali sebuah produk, habisnya produk yang ingin dibeli kembali.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Membeli Kembali

Menurut Ajzen dan Fishbein (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensi membeli kembali pada konsumen yaitu:

a. Faktor Individu


(28)

1) Sikap

Sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu. Intensi membeli kembali dipengaruhi secara kuat oleh sikap terhadap suatu produk.

2) Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang dapat mempengaruhi intensi membeli kembali. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang terdapat pada seseorang yang menyebabkan respon yang relatif konsisten terhadap lingkungannya (Kotler & Keller, 2012).

3) Nilai

Intensi membeli kembali konsumen juga dipengaruhi oleh nilai. Perbedaan nilai yang dianut oleh tiap konsumen akan menyebabkan adanya perbedaan dalam intensi membeli kembali.

4) Emosi

Respon individu tidak hanya didasarkan pada pengaruh kognitif dan rasional saja, tetapi juga dipengaruhi oleh emosi (Kotler & Keller, 2012).

5) Intelijensi

Intelijensi juga berpengaruh pada konsumen dalam intensi membeli kembali.


(29)

b. Faktor Sosial

Selain faktor individu, faktor sosial juga mempengaruhi intensi membeli kembali, yaitu:

1) Usia dan Jenis Kelamin

Perbedaan umur dan jenis kelamin seseorang akan mempengaruhi intensi membeli kembali individu tersebut.

2) Ras dan Etnis

Ras dan etnis adalah bagian dari budaya. Perilaku seseorang dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, keinginan dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula (Kotler & Keller, 2012).

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi intensi membeli kembali pada konsumen.

4) Pendapatan

Keadaan ekonomi seseorang juga akan mempengaruhi pilihan produk yang akan dibelinya. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan, tabungan dan aset, hutang, dan sikap terhadap membelanjakan uang atau menabung (Kotler & Keller, 2012).

5) Agama

Agama dipertimbangkan memegang peranan penting terhadap intensi membeli kembali seseorang.


(30)

c. Faktor Informasi

1) Pengalaman

Salah satu aspek dalam intensi membeli kembali adalah kontrol perilaku. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu perilaku.

2) Pengetahuan

Pengetahuan juga berperan dalam intensi membeli kembali pada konsumen. Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam memori dan meliputi aturan-aturan yang luas mengenai ketersediaan dan karakteristik dari suatu produk, dimana membeli suatu produk dan bagaimana menggunakan suatu produk (Engel, Blackweel, dan Miniard, 1995).

3) Paparan Media

Paparan media mempengaruhi intensi membeli kembali pada konsumen untuk suatu produk.

Menurut Bhatnagar dan Ghose (2004), faktor dari informasi seperti pengalaman, pengetahuan mengenai suatu produk, paparan media mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian kembali melalui media internet. Faktor ini termasuk dalam perilaku konsumen pada dimensi intensi membeli kembali.

Menurut Shang, Chen, dan Shen (2005) berpendapat bahwa pengaruh sosial dari teman, keluarga, status sosial menjelaskan mengapa konsumen


(31)

berbelanja melalui media internet. Hal ini termasuk ke dalam norma pada dimensi intensi membeli kembali.

Menurut Rohm dan Swaminathan (2004) berpendapat bahwa faktor individu seperti sikap, kepribadian, nilai, emosi dan intelegensi termasuk kedalam sikap terhadap perilaku membeli.

B. Penyesalan Pasca Pembelian (Post-Purchase Regret)

1. Pengertian Penyesalan Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian adalah perasaan yang individu rasakan setelah menggunakan suatu produk, puas atau tidak puas. Menurut Strydom (2000), setelah melakukan pembelian suatu produk, individu akan merasa puas atau tidak puas. Menurut Lin & Huang (dalam Su, Chen & Zao, 2008) proses pasca pembelian sangat fundamental dalam mengevaluasi kualitas dari keputusan yang telah diambil dan sebagai latar belakang pengetahuan untuk pembelian yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) proses setelah pembelian adalah mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan sesudah digunakan. Konsumen akan merasakan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku konsumen berikutnya. Apabila konsumen merasa puas, maka konsumen akan melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang, sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas, konsumen akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda.


(32)

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan pasca pembelian adalah tahapan terakhir dari proses pembelian, ketika konsumen akan mengevaluasi keputusan yang telah dibuatnya serta adanya kemungkinan konsumen mengalami kepuasan atau ketidakpuasan atas keputusan yang telah dibuatnya.

Penyesalan adalah emosi yang dirasakan individu saat mereka mulai menyadari bahwa situasi mereka pada saat itu dapat lebih baik apabila mengambil keputusan yang berbeda. Penyesalan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, beberapa menyalahkan diri sendiri terhadap apa yang telah terjadi dan adanya keinginan yang besar untuk merubah situasi yang ada (Zeelenberg and Pieters, 2007). Definisi ini menyebutkan bahwa penyesalan dibandingkan dengan bentuk emosi lainnya seperti kecewa atau takut, yang dapat dirasakan pada konteks yang berbeda, hanya keputusan yang berhubungan dengan emosi yang dirasakan pada saat proses perbandingan (Zeelenberg and Pieters, 2007).

Menurut Cooke, Meyvis, dan Schwartz (2001) penyesalan adalah kondisi ketika konsumen merasa membuat keputusan yang salah pada proses pembelian dan apabila konsumen dihadapkan pada kesempatan yang sama, maka konsumen akan membuat keputusan yang berbeda.

Menurut Lee dan Cotte (2009) penyesalan merupakan sensasi yang menyakitkan yang muncul sebagai hasil perbandingan yang dilakukan konsumen terhadap kondisi yang dialami saat ini dengan alternatif kondisi yang dapat dialaminya apabila konsumen mengambil keputusan yang berbeda.


(33)

Lee dan Cotte (2009), menjelaskan ada beberapa komponen penting dari penyesalan, yaitu:

a. Tanggung Jawab (Responsibility)

Inman, James, dan Jianmin (1997) berpendapat penyesalan berkembang ketika konsumen melakukan usaha kognitif untuk mempertimbangkan pilihan yang telah dipilih dengan pilihan yang ditolak (dalam Lee dan Cotte, 2009). Konsumen harus berpikir agar dapat merasakan penyesalan. Konsumen harus melakukan proses kognitif dan melakukan pembandingan antara satu pilihan yang telah dipilih dengan pilihan lain yang ditolak. Apabila hasil perbandingan dirasa tidak menguntungkan, artinya pilihan yang ditolak dianggap memberi hasil yang lebih baik, maka konsumen akan rentan terhadap perasaan menyesali tindakan yang telah mereka lakukan.

Menyalahkan diri sendiri (self-blame) merupakan komponen utama dari penyesalan. Ketika konsumen menilai keputusan yang mereka buat tidak masuk akal atau sulit untuk dijelaskan, konsumen cenderung merasa bertanggung jawab untuk keputusan yang telah mereka buat. Sudgen (dalam Lee dan Cotte, 2009) berpendapat bahwa intensitas penyesalan sering dipengaruhi oleh level tanggung jawab yang diambil atau disadari konsumen, sama halnya saat konsumen menyalahkan diri sendiri. Salah satu penemuan yang konsisten oleh Gilovich dan Medvec (1995) (dalam Lee dan Cotte, 2009), menunjukkan penyesalan cenderung lebih besar


(34)

dibandingkan konsumen yang memiliki kontrol rendah terhadap keputusan yang diambilnya.

b. Counterfactual Thinking

Selain adanya tanggung jawab, untuk mengalami penyesalan, menurut Zeelenberg dan Pieters (2006) konsumen harus mampu membangun atau membayangkan kondisi yang berbeda dengan kenyataan saat ini. Menurut Kahneman dan Miler (1986) (dalam Lee dan Cotte, 2009) counterfactual thinking (CFT) adalah proses membandingkan

kondisi nyata dengan kemungkinan kondisi lain yang dapat dialami konsumen dengan membangun atau membayangkan skenario hipotetis untuk menilai daya tarik dari kemungkinan alternatif lain yang tidak dipilih. Pada dasarnya CFT bukanlah proses evaluasi dari sebuah hasil, melainkan proses berpikir bagaimana hasil dapat dicegah atau diubah agar menghasilkan hasil yang lebih positif atau lebih negatif.

Menurut Kahneman dan Miller (1986) (dalam Lee dan Cotte, 2009) ada dua bentuk CFT yaitu, upward CFT dan downward CFT. Ketika

konsumen membayangkan kondisi yang lebih buruk dari kondisi yang dialaminya saat ini, maka konsumen sedang melakukan downward CFT.

Sebaliknya, upward CFT terjadi ketika konsumen membayangkan kondisi yang lebih baik dari kondisi yang dialaminya saat ini. Konsumen cenderung untuk melakukan CFT ketika memperoleh hasil negatif dari pada hasil positif, karenanya konsumen lebih sering melakukan upward


(35)

CFT dari pada downward CFT. Ketika konsumen melakukan upward

CFT, maka konsumen cenderung merasakan penyesalan.

Dalam konteks perilaku konsumen, konsumen cenderung mengalami upward CFT setelah memperoleh hasil negatif, dan CFT

membantu konsumen untuk menganalisa kesalahan pada keputusan yang telah mereka ambil, menilai mengapa mereka berpotensi membuat keputusan yang buruk, dan untuk menemukan peluang-peluang yang lebih baik yang mungkin terlewatkan oleh konsumen. Ketika hasil negatif muncul, konsumen melakukan CFT yang dapat meningkatkan rasa penyesalan yang dialami konsumen. Apabila CFT semakin sering dilakukan oleh konsumen maka semakin besar pula peluang konsumen untuk merasakan penyesalan. Oleh karena itu, CFT bukan hanya berperan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan munculnya penyesalan, tetapi juga potensial untuk mempengaruhi besarnya penyesalan yang dialami konsumen.

Peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penyesalan adalah kondisi ketika konsumen melakukan perbandingan antara keputusan yang telah dibuat dengan alternatif keputusan lain yang tidak dipilih dan apabila hasil dari perbandingan tersebut menunjukkan bahwa hasil dari alternatif yang tidak dipilih lebih baik dari keputusan yang sudah dibuat, maka pada kondisi inilah konsumen mengalami penyesalan.


(36)

Ketika konsumen berada pada tahapan pasca pembelian konsumen melakukan evaluasi terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Setelah melakukan evaluasi, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan atas keputusan yang telah dibuatnya (Kotler, 2001). Apabila konsumen merasa puas dengan keputusannya maka konsumen akan melakukan pembelian ulang, sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas konsumen akan mengajukan keluhan atau bahkan melakukan pergantian merk sebagai bentuk penyesalan atas keputusan yang telah dibuat (Tsiros dan Mittal, 2000).

Apabila ketika konsumen membandingkan harapan yang ingin dipenuhi dengan hasil yang diperoleh dari keputusan yang dibuatnya dan harapan ini tidak terpenuhi maka konsumen akan mengalami penyesalan. Penyesalan merupakan emosi yang dialami konsumen ketika menyadari atau membayangkan situasi yang seharusnya lebih baik dari situasi yang dialaminya saat ini apabila konsumen membuat keputusan yang berbeda saat pembelian (Zeelenberg and Pieters, 2007). Konsumen dapat mengalami penyesalan dalam dua cara, pertama penyesalan terhadap hasil dari keputusan yang dibuat dan kedua penyesalan terhadap proses pengambilan keputusan (Lee dan Cotte, 2009).

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyesalan pasca pembelian adalah emosi negatif yang dirasakan konsumen setelah melakukan evaluasi atas keputusan pembelian yang telah dibuatnya. Evaluasi yang dilakukan didasarkan pada hasil dari keputusan yang dibuat serta proses dari pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen.


(37)

2. Dimensi Penyesalan Pasca Pembelian

Terdapat dua komponen dari penyesalan pasca pembelian. Keduanya bersifat multidimensional. Setiap komponen memiliki dua komponen lagi didalamnya. Sehingga komponen penyesalan pasca pembelian tersebut secara keseluruhan memiliki empat komponen (Lee & Cotte, 2009).

a) Outcome regret

1. Regret due to Foregone Alternatives

Ketika mengalami penyesalan yang disebabkan oleh alternatif lain (Foregone Alternatives), mereka merasa penyesalan karena telah memilih satu alternatif dibandingkan alternatif lainnya. Ini merupakan pengertian paling klasik mengenai penyesalan pasca pembelian. Ketika alternatif yang dipilih oleh individu dianggap kurang baik dibandingkan dengan alternatif lainnya yang dapat saja dibeli oleh individu tersebut, individu tersebut dapat dikatakan mengalami “regret due to foregone alternatives” (Lee & Cotte, 2009). Zeelenberg and Pieters (dalam Lee & Cotte, 2009) menyatakan penyesalan berhubungan dengan pilihan dan hal yang pasti dari pilihan adalah adanya kemungkinan lain yang dapat saja dipilih dibandingkan dengan produk yang telah dipilih. Individu merasakan penyesalan jika hasil dari alternatif yang lain yang dapat saja dirasakan, lebih baik daripada hasil yang dirasakan.

2. Regret due to a Change in Significance

Regret due to a Change in Significance disebabkan oleh persepsi


(38)

pembelian sampai pada titik tertentu setelah melakukan pembelian. Ketika seseorang membeli suatu barang, terdapat harapan tertentu dalam penggunaannya. Individu cenderung untuk menilai suatu produk berdasarkan kemampuan produk tersebut untuk memenuhi konsekuensi yang diharapkan. Level ketika produk memenuhi konsekuensi yang diharapkan akan bertindak sebagai tanda dalam menentukan apakah produk tersebut memenuhi kebutuhannya setelah melakukan pembelian (Lee & Cotte, 2009).

b) Process regret

1. Regret Due to Under-Consideration

Ketika seorang individu merasakan regret due to

under-consideration, individu tersebut meragukan proses yang mengarahkan

mereka untuk melakukan suatu pembelian. Dengan demikian, ada dua cara bagaimana seseorang dapat merasakan regret due to under-consideration.

Pertama, individu akan merasakan penyesalan jika mereka merasa gagal untuk menerapkan proses keputusan yang telah mereka rencanakan. Kedua, individu akan merasakan penyesalan jika mereka merasa bahwa mereka kurang memiliki informasi yang dibutuhkan untuk mengambil suatu keputusan yang baik (Lee & Cotte, 2009).


(39)

2. Regret Due to Over-Consideration

Selain dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki, terlalu banyak informasi juga dapat menyebabkan seseorang merasakan penyesalan. Hal itulah yang disebut dengan regret due to

over-consideration. Individu akan merasa telah menghabiskan banyak waktu

dan tenaga dalam proses pembelian. Ketika seseorang terlalu banyak melakukan pertimbangan dalam proses keputusan, mereka menyesali telah menerima informasi yang tidak diperlukan yang bisa ataupun tidak mempengaruhi hasil akhir (Lee & Cotte, 2009).

3. Dampak dari Penyesalan Pasca Pembelian

Apabila konsumen mengalami penyesalan setelah pembelian,

kemungkinan konsumen akan melakukan salah satu dari dua tindakan ini, yaitu: membuang produk atau mengembalikan produk tersebut atau mereka mungkin berusaha untuk mengurangi penyesalan dengan mencari informasi yang akan memperkuat nilai pada produk tersebut (Mowen & Minor, 2002).

Sedangkan Louden dan Bitta (1984) mengungkapkan apabila konsumen mengalami penyesalan ada beberapa dampak negatif dari penyesalan pada konsumen, yaitu: konsumen akan menunjukkan emosinya melalui ucapan atau komunikasi yang tidak baik, konsumen tidak akan membeli lagi produk tersebut, atau konsumen akan mengeluh.


(40)

c. Belanja Melalui Media Internet (Online Shopping) 1. Pengertian Belanja Melalui Media Internet

Haubl dan Trifts (2000) mendefinisikan belanja melalui media internet sebagai pertukaran/aktivitas jual-beli yang dilakukan seorang konsumen melalui alat penghubung komputer sebagai dasarnya, dimana komputer konsumen terhubung dengan internet dan bisa berinteraksi dengan retailer atau toko maya yang menjual produk atau jasa melalui jaringan. Perilaku membeli melalui media internet (online shopping) adalah proses membeli produk atau jasa melalui internet (Liang & Lai, 2000). Kekhasan dari proses membeli melalui media internet adalah ketika konsumen yang berpotensial membutuhkan beberapa barang atau jasa, mereka menggunakan internet dan mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka butuhkan.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belanja melalui media internet

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belanja melalui media internet, yaitu: (Kotler & Amstrong, 2001; Hawkins, Mothersbaugh & Best, 2007).

a. Kenyamanan: konsumen tidak perlu bergelut dengan lalu lintas, tidak perlu mencari parkir dan berjalan ke toko.

b. Kelengkapan Informasi: konsumen dapat berinteraksi dengan situs penjual unutk mencari informasi, produk atau jasa yang benar-benar konsumen


(41)

c. Waktu: Konsumen dapat memeriksa harga dan memesan barang dagangan selama 24 jam sehari dari mana saja.

d. Kepercayaan konsumen: efek penyesalan dan kekecewaan pembelian terhadap evaluasi pemilihan berikutnya, kejadian-kejadian dan tindakan konsumen yang mengawali perilaku membeli sebenarnya, keamanan pengiriman barang, kerahasiaan data-data pribadi termasuk penggunaan kartu kredit.

d. Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa banyak dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, karena karakteristik remaja yang cenderung labil dan mudah dipengaruhi sehingga mendorong munculnya berbagai gejala perilaku konsumsi yang tidak wajar seperti membeli suatu barang bukan atas dasar kebutuhannya (Zebua, Nurdjayadi, & Aryani, 2006). Selain itu, ketika mereka membutuhkan sesuatu mereka umumnya tidak melakukan survei terlebih dahulu. Alasan mereka adalah agar mereka tidak terlalu lama dalam memilih barang yang cocok dan sesuai dengan pilihan dan selera mereka (Handayani, 2003).

Menurut Lin & Huang (dalam Su, Chen & Zao, 2008) proses pasca pembelian merupakan evaluasi kualitas dari keputusan yang telah diambil. Evaluasi ini dilakukan sebagai bentuk pembelajaran yang dilakukan individu ketika akan melakukan proses pembelian di masa yang akan datang. Di saat


(42)

individu menyadari bahwa mereka tidak membutuhkan produk yang mereka beli, hal tersebut juga dapat mengarah pada terjadinya penyesalan (Nasiry & Popescu, 2009).

Ketika evaluasi yang dilakukan menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan, akan muncul penyesalan pasca pembelian. Penyesalan pasca pembelian adalah emosi negatif yang dirasakan konsumen setelah melakukan evaluasi atas keputusan pembelian yang telah dibuat. Menurut komponen-komponen dari penyesalan pasca pembelian, individu dapat merasakan penyesalan terhadap hasil dari keputusan yang diambil atau dapat juga disebabkan oleh proses pembelian. Penyesalan terhadap proses yang dilalui oleh seorang individu dapat disebabkan karena individu tersebut merasa tidak puas dengan proses yang sudah dilaluinya dalam mengambil keputusan (Lee & Cotte,2009). Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang dimiliki oleh individu tersebut disaat melakukan perilaku pembelian. Sebab, semakin banyak informasi yang diterima, lebih besar kemungkinan penyesalan dapat dicegah (Zeelenberg and Beattie, 1997). Mereka belajar untuk mencari lebih banyak informasi tentang produk atau barang yang mereka butuhkan untuk melakukan proses pembelian kembali yang disebut dengan intensi membeli kembali (Kumar, 2002).

Konsumen dapat membentuk intensi membeli kembali untuk mencari informasi, memberitahukan orang lain tentang pengalamannya dengan sebuah produk, membeli produk, memilih dan menggunakannya (Mowen & Minor, 2002). Intensi membeli kembali muncul setelah proses pembelian yang


(43)

suatu produk yang dibelinya kemudian untuk pembelian selanjutnya mereka akan mencoba belajar dari pengalaman (Krech, 2002) (dalam Wangwibooklij, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensi membeli kembali menurut Ajzen dan Fishbein (2005) yaitu faktor individu, faktor sosial, dan faktor informasi. Yang pertama faktor individu terdiri dari sikap, kepribadian, nilai, emosi, dan intelijensi. Yang kedua faktor sosial yang terdiri dari usia dan jenis kelamin, ras dan etnis, pendidikan, pendapatan, dan agama. Yang terakhir adalah faktor informasi yang terdiri dari pengalaman, pengetahuan, dan paparan media. Setiap faktor mempunyai pengaruh tersendiri dalam mempengaruhi perilaku membeli. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Szymanski dan Hise (2000), kualitas informasi merupakan faktor penentu yang paling kuat untuk menangani masalah pada pembelian melalui media internet.

Banyaknya informasi yang diketahui oleh konsumen tentang produk merupakan faktor penting sebelum melakukan pembelian. Ketika dihadapkan pada banyaknya produk dan banyaknya informasi, konsumen perlu mengetahui produk melalui informasi yang disampaikan (Chuang & Tsai,2005). Mencari dan mendapatkan informasi sebelum membeli memiliki tingkat penyesalan yang rendah daripada yang tidak sama sekali mencari dan mendapatkan informasi mengenai suatu produk (Darvasula, 2004).

Semakin menonjolnya berbelanja melalui media internet yang disertai dengan efisiensi, kenyamanan, kepercayaan akan mengubah perilaku konsumen di masa yang akan datang (Rush, 2004). Chau, Au, dan Tam (2000) menunjukkan


(44)

bahwa model penyajian informasi yang berbeda seperti kombinasi teks dan gambar mempengaruhi konsumen untuk membeli sebuah produk di toko online.

Langkah pertama di dalam melakukan proses pembelian melalui media internet adalah transaksi awal. Konsumen akan mempertahankan kontak dengan penjual toko online jika adanya kepercayaan pada transaksi awal (Reichheld dan Schefter, 2000). Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa konsumen melakukan pembelian kembali melalui media internet adalah rekomendasi dari status sosial, content website yang dipercaya, dan keamanan (Forsythe dan Shi, 2003).

Interaktivitas juga mempengaruhi seorang konsumen dalam melakukan pembelian kembali melalui media internet. Komunikasi antar personal dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam mencari informasi mengenai produk yang akan dibelinya melalui media internet (McMillan dan Hwang, 2002).

Menurut Belanger (2002) keamanan dan privasi pelanggan mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian kembali melalui media internet. Hal yang seringkali dialami oleh konsumen dalam pembelian melalui media internet adalah kekhawatiran mengenai pemberian informasi data pribadi termasuk kartu kredit melalui media internet (Turban, 2001).

Dari uraian diatas maka peneliti melihat bahwa mendapatkan informasi yang baik adalah salah satu faktor untuk konsumen berkeinginan untuk membeli kembali. Setelah konsumen merasakan penyesalan pasca pembelian maka konsumen akan sadar bahwa informasi yang didapatkan mengenai suatu produk kurang. Jadi untuk mengurangi penyesalan pasca pembelian maka diperlukan


(45)

E. Hipotesa Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media internet pada mahasiswa.. Makna hubungan negatif ini adalah semakin rendah penyesalan pasca pembelian maka semakin kuat intensi membeli kembali melalui media internet pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Demikian juga sebaliknya, semakin tinggi penyesalan pasca pembelian maka semakin rendah intensi membeli kembali melalui media internet pada mahasiswa universitas sumatera utara.


(46)

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000).

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk dapat menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan identifikasi variabel-variabel yang ada pada penelitian ini. Dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah:

1. Variabel Bebas (independent variable) : penyesalan pasca pembelian 2. Variabel Tergantung (dependent variable) : intensi membeli kembali

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi dalam

menginterpretasikan defenisi untuk setiap variabel pada penelitian, maka defenisi operasional dari penelitian ini dibatasi sebagai berikut :


(47)

1. Intensi Membeli Kembali

Yang dimaksud dengan intensi membeli kembali adalah sejauhmana konsumen yang melakukan pembelian kembali pada suatu produk di masa yang akan datang.

Intensi membeli diukur dengan menggunakan skala Intensi Membeli yang disusun berdasarkan aspek dari intensi membeli menurut Fishbein dan Ajzen (2005) yaitu:

a. Sikap konsumen b. Norma subjektif

c. Kontrol perilaku

Apabila skor total yang dimiliki subjek semakin tinggi maka intensi membeli yang dialami subjek akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor total subjek, maka intensi membeli yang dialami subjek akan semakin rendah.

2. Penyesalan Pasca Pembelian

Penyesalan pasca pembelian adalah sejauhmana emosi negatif yang dirasakan konsumen setelah melakukan evaluasi terhadap keputusan pembelian yang telah dibuatnya yang didasarkan pada hasil dari produk yang dibeli serta proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen.


(48)

Penyesalan pasca pembelian diukur dengan menggunakan skala Penyesalan Pasca Pembelian yang disusun berdasarkan dimensi penyesalan pasca pembelian yang dikemukakan oleh Lee & Cotte (2009), yaitu :

1. Penyesalan disebabkan oleh alternatif produk yang tidak terpilih (regret due to foregone alternatives).

2. Penyesalan disebabkan adanya perubahan yang signifikan (regret due to a change in significance)

3. Penyesalan disebabkan oleh pertimbangan yang kurang (regret due to under-consideration)

4. Penyesalan disebabkan oleh pertimbangan yang berlebihan (regret due to over-consideration)

Apabila skor total yang dimiliki subjek semakin tinggi maka penyesalan pasca pembelian yang dialami subjek akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor total subjek, maka penyesalan pasca pembelian yang dialami subjek akan semakin rendah.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki (Hadi, 2000). Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang setidaknya mempunyai sifat yang sama. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara (USU).


(49)

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk atau individu yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama dengan ciri-ciri populasi.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

mempertimbangkan berbagai hal, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, Pertimbangan secara teoritis dimaksudkan untuk memperoleh derajat kecermatan statistik yang maksimal. Adapun pertimbangan yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain keterbatasan waktu dan dana. Karakteristik populasi penelitian adalah:

Mahasiswa yang menjalani pendidikan S1 Fakultas Psikologi di Universitas Sumatera Utara dan pernah berbelanja melalui media internet. Dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki perilaku konsumtif yang berkecenderungan untuk melakukan pembelian secara berlebihan dan tidak rasional tanpa mementingkan kebutuhan dan hanya bertujuan untuk kepuasan semata. Alasan peneliti memilih subjek yang pernah berbelanja melalui media internet adalah ingin melihat subjek memiliki intensi membeli yang sebelumnya subjek pernah mengalami rasa penyesalan setelah pembelian yang berbelanja melalui media internet.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode maupun teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu,


(50)

populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).

Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling untuk

pengambilan sampel yang akan dijadikan objek penelitian. Menurut Hadi (2000), nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana setiap

anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi dilakukan berdasarkan pada faktor ketersediaan dan kemudahan dijumpainya sampel sesuai dengan karakteristik tertentu.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Azwar (2009), menyatakan bahwa secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka jumlah sampel yang direncakan dalam penelitian ini berjumlah 70 orang. Menurut Siegel (1992), kekuatan sebuah tes secara statistik akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel.

D. Alat yang Digunakan

Data dalam penelitian ini pengumulan data akan dilakukan dengan menggunakan metode skala. Skala adalah prosedur pengambilan data yang merupakan alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2007).


(51)

Menurut Azwar (2009), skala memiliki beberapa kriteria, yaitu :

a) Stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan

b) Skala psikologi memiliki banyak aitem

c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala Penyesalan Pasca Pembelian dan Skala Intensi Membeli.

1. Skala Intensi Membeli Kembali

Skala intensi membeli kembali disusun berdasarkan tiga aspek, yaitu sikap konsumen, norma subjektif, kontrol perilaku. Dalam skala ini peneliti menggunakan skala model Likert.

Setiap dimensi intensi membeli kembali akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung),

dimana subjek diberikan lima alternatif pilihan sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Untuk aitem favorable, pilihan SS akan memperoleh skor lima, pilihan S akan

memperoleh skor empat, pilihan N akan memperoleh skor tiga, pilihan TS akan memperoleh skor 2, dan pilihan STS akan memperoleh skor 1. Sedangkan untuk aitem unfavorable, pilihan SS akan memperoleh skor satu,


(52)

skor lima. Hasil skala menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek maka menunjukkan semakin tinggi intensi membeli kembali yang dialami individu dan sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek maka menunjukkan semakin rendah intensi membeli kembali yang dialami individu. Distribusi aitem skala intensi membeli kembali dapat dilihat dalam blue print pada tabel 1.

Tabel 1. Blue print Skala Intensi Membeli Kembali (sebelum uji coba)

No. Dimensi Intensi Membeli

Aitem Favorable

Aitem Unfavorable

Total

1. Sikap konsumen 8 8 16

2. Norma subjektif 6 6 12

3. Kontrol perilaku 8 6 14

Total 22 20 42

2. Skala Penyesalan Pasca Pembelian

Skala penyesalan pasca pembelian disusun berdasarkan dua dimensi penyesalan yaitu penyesalan terhadap hasil dan penyesalan terhadap proses. Dalam skala ini peneliti akan menggunakan skala model Likert.

Setiap dimensi penyesalan pasca pembelian akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung), dimana subjek diberikan lima alternatif pilihan sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Untuk aitem favorable,

pilihan SS akan memperoleh skor lima, pilihan S akan memperoleh skor empat, pilihan N akan memperoleh skor tiga, pilihan TS akan memperoleh skor dua, dan


(53)

pilihan SS akan memperoleh skor satu, pilihan S akan memperoleh skor dua, pilihan N akan memperoleh skor tiga, pilihan TS akan memperoleh skor empat, dan pilihan STS akan memperoleh skor lima. Hasil skala menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek maka menunjukkan semakin tinggi penyesalan pasca pembelian yang dialami individu dan sebaliknya, semakin rendah skor total yang dimiliki subjek maka menunjukkan semakin rendah penyesalan pasca pembelian yang dialami individu. Distribusi aitem skala penyesalan pasca pembelian dapat dilihat dalam blue print pada tabel 2.

Tabel 2. Blue print Skala Penyesalan Pasca Pembelian (sebelum uji coba)

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas

Menurut Azwar (2004), validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Tes atau instrumen

No Dimensi Penyesalan Pascapembelian Komponen Penyesalan Pascapembelian Aitem favorable Aitem unfavorable Total

1. Penyesalan terhadap hasil (outcome regret)

Penyesalan terhadap alternatif produk yang tidak terpilih

6 4 10

Penyesalan terhadap perubahan yang signifikan

5 5 10

2. Penyesalan terhadap proses (process regret)

Penyesalan akibat pertimbangan yang kurang

7 5 12

Penyesalan akibat pertimbangan yang berlebihan

5 5 10


(54)

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat validitas isi (content validity) alat ukur.

Menurut Azwar (2004), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai professional

judgement adalah dosen pembimbing.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem bertujuan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut alat ukur. Daya beda aitem memperlihatkan kemampuan aitem untuk membedakan individu ke dalam berbagai tingkatan kualitatif atribut yang diukur berdasarkan skor kuantitatif (Azwar, 2009).

Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product

Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total


(55)

Penelitian ini menggunakan batasan rix ≥ 0.30. criteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedaannya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2009). Penghitungan daya diskriminasi aitem dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS V.21 for Mac.

3. Uji Reliabilitas

Azwar (2004), menyatakan sebuah hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Teknik ini merupakan salah satu formula untuk

menghitung koefisien reliabilitas alpha dengan pendekatan konsistensi internal dimana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subjek (single-trait administration). Pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 2009).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx1) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang mendekati angka nol berarti semakin rendah reliabilitas yang


(56)

dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien Alpha Cronbach’s dengan menggunakan program SPSS V.21 for Mac.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauhmana alat ukur dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Azwar, 2009).

Uji coba dilakukan pada 77 mahasiswa/I Fakultas Psikologi Universitas Prima Medan yang memenuhi syarat menjadi sample dalam uji coba penelitian. Terdapat 42 aitem skala penyesalan pasca pembelian dan 42 aitem skala intensi membeli kembali.

1. Skala Penyesalan Pasca Pembelian melalui Media Internet

Pada skala penyesalan pasca pembelian melalui media internet, jumlah aitem yang diuji coba adalah 42 aitem, dan dari 42 aitem tersebut hanya 17 yang dianggap memenuhi criteria daya diskriminasi aitem rix ≥ 0.30. Hasil uji coba skala penyesalan pasca pembelian melalui media internet menunjukkan nilai rix aitem bergerak dari 0.319 sampai dengan 0.633 dengan koefisien reliabilitas rxx1=0.870.

Aitem-aitem yang lolos kemudian disusun kembali dengan melakukan penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang


(57)

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Penyesalan Pasca Pembelian Melalui Media Internet (setelah uji coba)

b. Skala Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet

Pada skala intensi membeli kembali melalui media internet, jumlah aitem yang diuji coba adalah 42 aitem, dan dari 42 aitem tersebut hanya 27 yang dianggap memenuhi criteria daya diskriminasi aitem rix≥ 0.30. hasil uji coba skala intensi membeli kembali menunjukkan rix aitem bergerak dari 0.317 sampai dengan 0.598 dengan koefisien reliabilitas rxx1=0.888.

Aitem-aitem yang lolos kemudian disusun kembali dengan melakukan penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya. Hasil dari penomoran ulang dapat dilihat dari tabel berikut: No Dimensi

Penyesalan Pascapembelian Komponen Penyesalan Pascapembelian Aitem favorable Aitem unfavorable Total

1. Penyesalan terhadap hasil (outcome regret)

Penyesalan terhadap alternatif produk yang tidak terpilih

4,8 2

Penyesalan terhadap perubahan yang signifikan

11, 13, 17, 18

4

2. Penyesalan terhadap proses (process regret)

Penyesalan akibat pertimbangan yang kurang

24, 29 25, 28, 31, 32

6

Penyesalan akibat pertimbangan yang berlebihan

33, 34, 35, 36, 38

5


(58)

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Setelah Uji Coba

No. Dimensi Intensi Membeli

Aitem Favorable Aitem Unfavorable Total

1. Sikap konsumen

1, 2, 3, 4, 7, 10, 12

8, 9, 11 , 13, 14, 16 13

2. Norma

subjektif

17, 19, 20 18, 23, 27, 28 7

3. Kontrol perilaku

29, 31, 35, 37 30, 40, 41 7

Total 14 13 27

F. Prosedur Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.

1. Tahapan Persiapan Penelitian

a. Persiapan Alat Ukur

Peneliti membuat dua alat ukur pada tahapan ini. Alat ukur yang dipersiapkan adalah skala penyesalan pasca pembelian dan skala intensi membeli kembali berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Skala penyesalan pasca pembelian terdiri dari 42 aitem dan skala intensi membeli kembali terdiri dari 42 aitem.

b. Uji Coba Alat Ukur

Skala penyesalan pasca pembelian dan intensi membeli kembali akan diuji coba dengan menyebarkan skala pada 77 mahasiswa/i yang menempuh


(59)

pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Prima pada tanggal 27 Mei 2013. Data-data hasil uji coba tersebut kemudian diolah untuk menentukan aitem-aitem mana yang dapat dijadikan sebagai aitem dalam penelitian yang sebenarnya.

c. Revisi Alat Ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala penyesalan pasca pembelian dan intensi membeli dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS V.21

for Mac. Setelah diketahui aitem-aitem yang reliabel, peneliti kemudian

menjadikan aitem-aitem tersebut sebagai skala yang akan digunakan untuk mengambil data penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian diadakan dengan menyebarkan skala kepada mahasiswa yang telah memenuhi karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Skala yang disebarkan sebanyak 77 booklet.

3. Tahapan Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah semua skala terkumpul. Peneliti menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS V.21 for Mac dalam

mengolah data penelitian.

G. Metode Analisa Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data yang diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data penelitian ini adalah analisis statistik karena dapat menunjukkan kesimpulan atau


(60)

generalisasi penelitian. Menurut Hadi (2000), analisis statistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang benar atau mengambil keputusan-keputusan yang baik. Pertimbangan lain adalah statistik dapat bekerja dengan angka, bersifat objektif dan universal.

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan analisa korelasi Pearson Product Moment. Cara penghitungannya dibantu dengan

menggunakan program SPSS V.21 for MAC. Sebelum data-data yang terkumpul

dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov dengan bantuan SPSS V.21 for MAC.

Kolgomorov-Smirnov adalah uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara

distribusi serangkai harga sampel (skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (Siegel, 1992). Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0.05.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel penyesalan pasca pembelian berkorelasi secara linier dengan data variabel intensi membeli kembali. Uji linieritas ini dilakukan dengan uji F statistik dengan bantuan program


(61)

SPSS V.21 for Mac. Kedua variabel dapat dikatakan berhubungan secara linier jika


(62)

Bab ini akan menguraikan analisa data serta pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan pembahasan.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah remaja yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah remaja yang menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 70 orang. Dari 70 orang, terdapat 64 orang subjek yang didapat dikarenakan kehilangan skala dari 4 orang subjek. Dari 64 orang subjek diperoleh gambaran subjek sebagai berikut.

1. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Persentase

Perempuan 51 79,69%

Laki – laki 13 20,31%


(1)

No. PERNYATAAN STS TS N S SS 1 Saya menyesal tidak memilih produk lain

padahal produk tersebut jauh lebih bagus dari produk yang saya pilih

2 Saya salah membeli produk dengan merek lain dan saya merasa menyesal

3 Produk yang saya beli tidak sesuai dengan yang saya inginkan.

4 Saya baru menyadari kalau barang yang saya beli ini tidak saya butuhkan

5 Saya menyesal karena barang yang dibeli tidak bertahan lama

6 Saya tidak menyukai produk yang saya beli karena tidak bisa digunakan di berbagai kondisi 7 Saya tidak punya banyak waktu untuk

menentukan pilihan produk yang akan saya beli dan ketika dibeli perasaan menyesal pun datang 8 Mengambil keputusan secara singkat membuat

saya yakin untuk membeli produk tersebut. 9 Saya tidak menyesal membeli produk tanpa

pertimbangan terlebih dahulu

10 Mencari informasi dari sebuah produk membuat saya lelah, sehingga saya merasa menyesal setelah membeli produk yang saya beli

11 Saya tidak pernah menyesal membeli dengan keputusan yang singkat karena saya takut barang yang saya beli itu akan habis

12 Saya tidak kecewa dengan barang yang saya lihat bagus tanpa memikirkannya terlebih dahulu

13 Saya menyesal karena membuang waktu saya untuk mencari informasi mengenai barang yang sudah saya beli karena barang yang saya beli tidak ada gunanya


(2)

saya menyesal dengan barang yang saya beli tidak dapat dipergunakan lagi

15 Penyesalan datang ketika adanya informasi yang berlebihan yang tidak dibutuhkan pada saat membeli produk ini

16 Terlalu banyak pertimbangan membuat saya menyesal karena menghabiskan waktu saya 17 Terlalu banyak informasi yang saya dapat

membuat saya bingung dalam membeli barang dan berujung pada penyesalan


(3)

No. PERNYATAAN STS TS N S SS 1 Setelah saya membeli produk yang salah, saya

tetap akan membeli produk melalui media internet

2 Saya membeli kembali barang/produk di media internet karena lebih murah harganya dari harga di mal

3 Saya akan memberitahukan pengalaman menyenangkan saya selama berbelanja melalui media internet kepada teman saya

4 Saya pernah mengalami kerugian ketika berbelanja melalui media internet, sehingga saya memutuskan untuk berhenti berbelanja melalui media internet

5 Memiliki pengalaman yang buruk membuat saya tidak ingin melakukan pembelian melalui media internet

6 Pengiriman barang/produk yang terlalu lama membuat saya berhenti untuk berbelanja melaui media internet

7 Saya kecewa dan tidak ingin membeli lagi karena barang/produk yang sampai dalam kondisi yang buruk

8 Saya tetap berbelanja melalui media internet walaupun saya mendengar cerita teman saya yang mempunyai pengalaman buruk

9 Saya berhenti berbelanja melalui media internet karena mendengar pengalaman yang buruk dari teman saya

10 Walaupun teman saya mengalami pengalaman buruk, saya masih melakukan berbelanja melalui media internet

11 Saya sering berbelanja melalui media internet karena akan lebih murah ketika mengajak teman kita untuk berbelanja juga

12 Pengalaman buruk yang dialami teman saya membuat saya berhenti dan tidak lagi melakukan berbelanja melalui media internet

13 Orang tua saya tidak mengizinkan saya lagi berbelanja melalui media internet sehingga saya memutuskan untuk berhenti melakukannya 14 Teman saya sering bilang kalau barang/produk

di toko online tidak bagus, jadi saya berhenti dan tidak membeli lagi melalui media internet


(4)

untuk membeli sebuah produk karena sudah ada toko yang menjual produk melalui media internet.

16 Sering kali produk yang ditampilkan di toko online tidak sama ketika produk tersebut sampai ke tangan saya membuat saya berhenti melakukan pembelian lagi

17 Mudahnya bertransaksi selama berbelanja melalui media internet membuat saya lebih banyak waktu untuk melakukan pekerjaan yang lain.

18 Banyak tempat-tempat umum yang menyediakan wifi sehingga memudahkan saya untuk berbelanja kembali atau sekedar lihat-lihat barang/produk baru melalui media internet. 19 Harga barang/produk sudah termasuk ongkos

kirim membuat saya tertarik untuk berbelanja lagi melalui media internet

20 Karena terbatasnya kesediaan produk/barang di toko online, saya tidak lagi membeli lewat media internet

21 Ongkos pemgiriman yang mahal membuat saya berhenti berbelanja melalui media internet

“Periksa kembali jawaban Anda. Jangan sampai ada soal yang terlewatkan”. Terima Kasih ^__^


(5)

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data


(6)

PPP 64 47.50 7.601 34 63

IMK 64 65.88 10.951 46 93

ANOVA Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups

(Combined) 3827.404 24 159.475 2.101 .019

Linear Term Weighted 414.956 1 414.956 5.467 .025

Deviation 3412.448 23 148.367 1.955 .032

Within Groups 2960.033 39 75.898

Total 6787.437 63

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ppp imk

N 64 64

Normal Parametersa,b Mean 47.50 66.09

Std. Deviation 7.601 10.380

Most Extreme Differences

Absolute .099 .058

Positive .099 .053

Negative -.069 -.058

Kolmogorov-Smirnov Z .794 .465

Asymp. Sig. (2-tailed) .554 .982

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Correlations

ppp imk

ppp

Pearson Correlation 1 -.247*

Sig. (2-tailed) .049

N 64 64

imk

Pearson Correlation -.247* 1 Sig. (2-tailed) .049

N 64 64


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Tentang Produk Dengan Disonansi Pasca Pembelian

1 29 95

PENGARUH ANTARA SELF-EFFICACY DAN KREATIFITAS TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2 7 143

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 20

Skripsi Alvin All REVISI

0 0 72

Hubungan Antara Academic Self efficacy Dengan Intensi Wirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

0 0 21

Case Processing Summary - Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

0 0 39

Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

0 0 6

1. Definisi Intensi Membeli Kembali - Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan antara Penyesalan Pasca Pembelian dengan Intensi Membeli Kembali Melalui Media Internet Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

0 0 10