Solusi Pemanfaatan Tanah di Kecamatan Ngaglik
Kabupaten Sleman terhadap Pemanfaatan Tanah di Kecamatan Ngaglik Sleman dengan memperbaikan secara
internal yaitu sumber daya manusia yang melaksanakan pengawasan pelaksanaan peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 19 Tahun 2001. Hasil wawancara menunjukkan bahwa instansi sering mengirimkan
pegawainya untuk ikut seminar maupun pelatihan tentang pertanahan khususnya pada bidang pelayanan perizinan untuk
peruntukan tanah. Pengetahuan dan ketrampilan personal instansi dalam menangani pengawasan pelaksanaan peraturan
juga sangat diperlukan supaya pelaksanaan dapat berjalan sesuai peraturan yang sudah ditentukan. Pegawai dituntut
memahami berbagai hal yang ada di peraturan supaya tidak ada penyalahgunaan dalam penggunaannya dan peruntukan
tanah tersebut b.
Fungsi kedalam, fungsi ke organisasi Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman lebih kepada
penanganan berkas berkas perizinan agar bisa digunakan agar cepat, mudah dan tersimpan dengan baik. Solusi yang tidak
kalah pentingnya selain pemahaman tentang peraturan, fungsi pegawai dalam instansi dituntut untuk memperbaiki diri
secara kedalam yaitu meningkatkan fungsi organisasi secara optimal dengan terus membenahi kualitas pelayanan secara
optimal. Kualitas pelayanan yang selama ini masih dikeluhkan masyarakat maka perlu peningkatan fungsi
kedalam dengan meningkatkan kecepatan pelayanan, prosedur yang tidak berbelit-belit atau mudah dan
menyimpanan kearsipan yang tertata dengan benar, sehingga penanganan berkas perizinan dapat dilayani secara baik, cepat
dan lancar. c.
Sosialisasi dengan masyarakat untuk kesadaran penggunaan pemanfaatan tanah yang sesuai dengan peruntukkan nya.
Banyak masyarakat yang masih awam dengan peraturan yang ada, maka hal diperlukan solusiupaya dari pihak yang
berwenang dalam hal ini Dinas Pendalian Pertanahan Daerah untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pemanfaatan tanah yang sesuai dengan peruntukkanya. Dinas
Pengendalian Pertanahan Daerah harus dapat menjelaskan kepada masyarakat tanah-tanah wilayah mana saja yang
untuk pertanian, dan wilayah mana saja yang boleh di gunakan untuk bangunan, sehingga masyarakat tahu persis
mana jalur hijau mana tidak. Hasil wawancara menunjukkan masih banyaknya hal ini belum diketahui oleh masyarakat
luas, sehingga mereka tidak tahumenahu kalau ditanya bahwa tempat mereka didirikan bangunan adalah jalur hijau atau
lahan untuk pertanian. Selain itu aparat harus secara tegas dalam memberikan sosialisasi sanksi yang harus ditanggung
bagi yang melanggar sesuai peraturan yang ada. d.
Kerjasama antara masyarakat dengan instansi yang terkait dalam bidang pemanfaatan tanah untuk menindaklanjuti
pelanggaran yang terjadi pada pemanfaatan tanah. Perlu kerjasama antara masyarakat dengan instansi dalam hal ini
Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah maupun aparat penegak hukum dalam pengawasan dan penindakan bagi
pelanggaran yang terjadi di lapangan. Perlunya kesadaran masyarakat untuk terus membantu pemerintah dalam hal
memanfaatkan tanah sesuai peruntukannya. Peningkatan kerjasamakoordinasi aparat dengan masyarakat supaya lebih
ditingkatkan, seperti apabila ada pelanggaran dapat dilaporkan untuk ditindak lanjuti. Dengan kerjasama yang
baik diharapkan pengawasan dapat berjalan secara optimal. e.
Adanya kompensasi untuk daerah yang menjadi penyangga kawasan atas untuk daerah yang memanfaatkan, seperti
antara Kabupaten Sleman yang berfungsi sebagi kawasan resapan air untuk daerah di bawahnya seperti Kabupaten
Bantul, yang tegantung untuk cadangan air resapannya, maka paling tidak memberi kontribusi kepada Kabupaten Sleman
Upaya berikutnya adalah kerjasama antar wilayah seperti
Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Bantul, dimana perlunya koordinasi pimpinan daerah yang saling
menguntungkan. Prinisp kerjasama dan saling pengertian kedua wilayah diharapkan mampu memberikan solusi terbaik
untuk pemanfaatan tanah diwilayah masing-masing. Wilayah Sleman yang merupakan penyangga resapan air Kabupaten
Bantul, maka daerah-derah peresapan yang tidak boleh di didirikan bangunan, hal ini supaya mendapat kompensasi dari
Kabupaten Bantul, karena juga demi kepentingan wilayah Bantul. Prinsip kerjsama yang saling menguntungkan kedua
wilayah, maka hal ini merupakan solusi terbaik untuk mempertahankan kawasan resapan supaya tidak terganggu,
sehingga sesuai peruntukannya 2. Solusi yang ditempuh Kecamatan Ngaglik
a. Kecamatan Ngaglik diharapkan tidak hanya sebagai
pelaksana normatif. mempunyai porsi sebagai informan untuk pengambil keputusan dalam proses perolehan tanah
dalam tahapan pengecekkan lokasi yang akan di berikan izin, misalnya izin yang akan keluar tentang pengeringan
sawah pada suatu daerah di kawasan Ngaglik. Karena tidak semua permohonan yang diajukan itu semua diterima dapat
masuk, ketika peninjauan di lapangan akan ada pertimbangan. Pertimbangan dalam segi perubahan dari
pemanfaatan tanah yang persawahan ke non persawahan yang beralih ke pekarangan pengeringan sawah.
b. Pembatasan untuk pemohon IPPT yang mengajukan
pengeringan tanah di Kecamatan Ngaglik setiap tahunnya.