Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul

3. Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul

kemiskinan Di zaman modern ini, tantangan untuk hidup menghayati kaul kemiskinan makin banyak dan bermacam-macam. Dunia modern dengan kemajuan teknologi yang canggih telah menawarkan kepada setiap orang, termasuk para Bruder Maria Tak Bernoda MTB segala macam fasilitas dan sarana yang lengkap untuk dapat hidup enak, nyaman, dan nikmat. Maka dari itu penghayatan kaul kemiskinan harus selalu diusahakan dan ditingkatkan secara terus menerus. Untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan tersebut, para Bruder MTB dibantu dengan berbagai cara antara lain: Dengan pembinaan, retret dan rekoleksi. Pembinaan kepada para bruder yunior yang diadakan tiga kali setahun. Dalam pembinaan tersebut, tema yang pernah dibahas antara lai n “spiritualitas uang”. Para bruder diajak untuk:  Menyadari sebagai orang yang mudah memboroskan uang, sebagai religius uang itu perlu tapi bukan segala-galanya.  Mengelola uang secara sederhana, bijaksana dan kreatif, baik dalam menggunakannya tepat sasaran, dan memahami maksud uang saku; demikian juga upaya untuk menghasilkan uang.  Rasanya dampak tidak kelihatan dengan jelas karena tergantung dari individu dan juga sulit diukur.  Menyadari diri untuk mencoba hidup miskin, lebih sederhana, bijaksana, kreatif dan mawas diri. Berusaha hidup tidak dikusai oleh uang. Harus berpikir sekian kali dalam belanjakan uang Tim Pembina bruder Maria Tak Bernoda MTB, 2012-2013. Dalam retret ada pun tema-tema yang pernah dibahas antara lain: Mengenal indentitas kita, memahami spiritualitas Fransiskus, diutus untuk mewartakan Yesus, apa yang sedang terjadi dengan rumah kita, dan perutusan Fransiskus. Rekoleksi biasanya dilaksanakan satu bulan sekali, di komunitas masing-masing. Temanya dipilih sendiri oleh bruder atau siapa saja yang memberi rekoleksi tersebut. Contoh tema yang pernah dilaksanakan antara lain: Merenungkan kembali kehadiran Kongregasi lewat khasana tarekat dan Kitab Suci dalam terang kasih Tuhan, menjadi tanda hidup penunjuk kehidupan dan mendayagunakan fasilitas yang tersedia dalam pelayanan sebagai seorang hamba. Pembinaan para bruder yunior melalui retret, rekoleksi, seminar dan lain sebagainya merupakan sarana yang sangat membantu bagi para Bruder Maria Tak Bernoda MTB dalam upaya meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan model katekse umat, karena disana ada keterbukaan untuk saling berdialog, komunkasi iman dan sharing pengalaman hidup. Sehingga para bruder merasa terbantu untuk mencari solusi dan permasalahan dalam menghayati kaul kemiskinan. Setiap bruder hendaknya tetap berusaha mengembangkan diri baik budi maupun hati terlebih pada kehidupan rohani yang diarahkan pada pendalaman spiritualitas dan tugas kerasulannya. Dalam peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda MTB Konstitusi pasal IV, Art. 68 dikataka bahwa: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kemiskinan kita hendaknya nyata di segala bidang, terutama dalam pakaian kita. Sebagai kesaksian dari kemiskinan dan hidup bakti para bruder memakai pakaian biara lembaga kita sebagaimana itu diatur oleh ketetapan lembaga kita sendiri. Pemimpin Umum dapat menguasakan Pemimpin ProvinsiRegio untuk mengizinkan pemakaian pakain sipil sederhana, kalau alasan-alasan kuat menuntut demikian, dan hanya selama situasi memerlukan. Kemiskinan itu hendaknya juga mempengaruhi bangunan dan inventaris rumah-rumah kita, makanan, alat-alat yang dipakai, peralatan dan perabot rumah, rekreasi, perjalanan dan liburan kita. Segala-galanya harus menunjukan kesederhanaan yang dibarengi dengan gaya hidup yang penuh rasa keindahan. Keputusan- keputusan mengenai jumlah uang yang besar baik untuk keperluan pribadi maupun karya yang diemban hendaknya selalu diambil dalam perundingan dengan atasan. Pempinan Kongregasi harus memberi teladan dalam kesederhanaan dan keugaharian dan bersama dengan persekutuan berusaha agar semangat ini tetap hidup nyata. Selain itu, para Bruder Maria Tak Bernoda MTB dilatih untuk praktik hidup bersama dengan orang miskin dengan cara live in atau tinggal dan hidup bersama orang-orang kusta, anak-anak di panti asuhan dan lain sebagainya. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara lebih dekat, mengalami secara langsung situasi yang dirasakan dan dialami oleh orang-orang miskin. Para bruder juga diberi pembinaan atau pelajaran secara khusus tentang semangat, spiritualitas, sejarah, perkembangan serta tata cara peraturan hidup bersama dalam Kongregasi Bruder MTB. Mereka juga didampingi melalui rekoleksi, retret, seminar dan ceramah. Setelah sekian lama menjadi bruder, biasanya disuruh kuliah sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti di atas tersebut, para bruder akan semakin dewasa dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan. Dalam Konstitusi pasal IV Art. 62 dikatakan bahwa “Seorang bruder hendaknya menaati semua peraturan, baik umum maupun khusus tentang kemiskinan dan keugaharian sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi Kongregasi danatau yang akan ditetapkan oleh pemimpin kongregasi yang sah”. “Marilah kita mengembalikan semua yang baik kepada Tuhan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaluhur dan mengakui, bahwa semua yang baik adalah milik-Nya; marilah kita mengucap syukur kepada-Nya atas segala-galanya, karena dari Dialah berasal semua yang baik. Hendaknya kita insyafi sungguh-sungguh bahwa tidak ada yang kita miliki selain cacat-cela dan dosa” Iriarte, 1995:95. “Kata Yesus kepadanya Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku Mat. 19:21. Para bruder diajak menyerahkan sesuatu yang mereka terima beserta penghasilan mereka kepada kongregasi dan mereka mau hidup dalam persekutuan harta untuk berbuat baik kepada sesama.

4. Pengalaman Praktik Hidup