Tes diagnostik Wawancara Pengajaran Remediasi dan Tes Remediasi

dengan 5 siswa. Hasil wawancara diperoleh bahwa, 5 siswa menyatakan bahwa, kata-kata dan kalimat pada soal perbaikan mudah dimengerti. Selanjutnya diperoleh bahwa, 3 dari 5 siswa menjawab dengan tepat hal yang diketahui, hal yang ditanyakan dan model matematika. Oleh karena itu, soal perbaikan nomor 1 dapat diujikan pada tes diagnostik.

4.1.3 Tes diagnostik

Tes diagnostik dilaksanakan pada hari Senin, 30 Maret 2015, pada jam mata pelajaran matematika. Waktu pengerjaan tes diagnostik adalah 40 menit atau satu jam pelajaran. Jumlah soal ada tiga butir yang meliputi pemodelan dan penyelesaian persamaan linear satu variabel. Tes Diagnostik diikuti oleh 33 siswa. Dalam pengerjaannya ada beberapa siswa yang berusaha meminta dan memberikan jawaban ke teman yang lain. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi kurang tenang. Berikut ini bukti tes diagnostik.

4.1.4 Wawancara

Wawancara dilaksanakan pada dua tahap, wawancara pertama dilaksanakan pada hari Senin, 13 April 2015 pada saat jam pelajaran matematika dan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal Senin, 20 April 2015. Wawancara tahap I diikuti oleh 11 siswa dan wawancara pada tahap kedua diikuti oleh 20 siswa. Wawancara meliputi pertanyaan berkaitan hasil jawaban siswa dan hal-hal yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Secara satu per satu siswa bergantian melakukan wawancara.

4.1.5 Pengajaran Remediasi dan Tes Remediasi

Menurut hasil wawancara dengan Guru Matematika, pengajaran remediasi jarang dilakukan di SMP Pangudi Luhur Giriwoyo, karena jam efektif pelajaran tidak memungkinkan digunakan untuk pengajaran remediasi. Hal ini, berkaitan dengan tuntutan materi yang tidak sedikit untuk disampaikan kepada siswa. Pengajaran remediasi dilaksanakan pada hari Senin, 27 April 2015, pada pukul 09.55-10.35 WIB. Pengajaran remediasi diikuti sebanyak 23 siswa atau 69,69 dari keseluruhan siswa di kelas. Teknis dalam pengajaran remediasi, peneliti menggunakan metode diskusi kelompok. Pada saat 10 menit pertama, peneliti melakukan review beberapa sub bab materi yang dirasa cukup sulit oleh siswa. Dalam proses review materi, beberapa siswa tidak segan-segan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Kemudian, 10 menit berikutnya, siswa-siswi dibagi dalam 7 kelompok secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 4 siswa. Pemilihan kelompok berdasarkan tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin. Dalam setiap kelompok, peneliti memilih seorang koordinator. Koordinator bertanggung jawab dalam mengkoordinasi anggota kelompok agar terlibat aktif dalam pembahasan setiap soal. Setelah dibentuk kelompok, peneliti memberikan satu soal pada setiap kelompok untuk dibahas secara bersama-sama dalam kelompok dan diberikan batas waktu diskusi. Suasana diskusi kelas cukup kondusif, sekitar 90 siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah soal. Sisanya, siswa kurang peduli atau acuh tak acuh pada pemecahan masalah, yaitu ada siswa yang mengajak bermain dengan teman di kelompok lain dan ada siswa yang kurang nyaman dengan anggota kelompok sehingga memilih untuk mengerjakan soal sendiri. Setelah diskusi selesai, peneliti meminta semua kelompok untuk melaporkan hasil jawaban, kemudian peneliti memilih salah satu kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi di depan kelas. Pada saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, hampir semua kelompok yang lain mendengarkan dan memperhatikan. Dan, jika pada saat pembahasan soal ada yang kurang jelas, ada beberapa siswa yang meminta pengulangan penjelasan jawaban. Tes remediasi dilaksanakan setelah 1 jam pelajaran, dilaksanakannya pengajaran remediasi. Tes remediasi diikuti oleh 23 siswa. Tes remediasi merupakan salah satu aksi dari evaluasi pembelajaran remediasi yang telah dilaksanakan. Pengerjaan soal remediasi sekitar 40 menit atau 1 jam pelajaran. Sebagian besar siswa mengerjakan secara mandiri, tetapi ada beberapa yang kurang percaya diri sehingga menyebabkan suasana kelas kurang kondusif. Sekitar 90 siswa sudah selesai mengerjakan soal sebelum waktu berakhir. Berikut ini adalah hasil dokumentasi pelaksanaan pengajaran remediasi. Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok Salah satu siswa sedang menjelaskan materi kepada teman-temannya

4.1.6 Evaluasi Pengajaran Remediasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh model creative problem solving terhadap Pemahaman Konsep Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) (penelitian quasi eksperimen di kelas VII SMP Nusantara Plus Ciputat)

1 35 0

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Concept Attainment Model Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

9 26 211

PENGEMBANGAN DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL PADA SISWA KELAS VII SMP.

2 8 18

Efektivitas media komik pada pembelajaran sistem persamaan linear satu variabel ditinjau dari hasil belajar, minat dan perhatian siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

1 19 243

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mendiagnosis kesulitan belajar dan pembelajaran remediasi kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi bangun ruang sisi datar.

0 2 229

Persamaan linear satu variabel

0 0 7

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI SMP KELAS VII ARTIKEL PENELITIAN

0 0 14

PENGGUNAAN PEMODELAN MATEMATIKA BESERTA LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK MENYELESAIKAN SOAL-SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SISWA KELAS IX.B SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 20102011

0 20 272

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan garis lurus untuk meningkatkan sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Giriwoyo -

0 0 207

Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran - USD Repository

0 0 111