Efektivitas media komik pada pembelajaran sistem persamaan linear satu variabel ditinjau dari hasil belajar, minat dan perhatian siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

(1)

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Satu Variabel ditinjau dari Hasil Belajar, Minat, dan Perhatian Siswa Kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komik yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari hasil belajar siswa, mengetahui minat, dan perhatian siswa dengan media komik pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, terdiri dari: (1) Lembar pengamatan minat dan perhatian belajar siswa, (2) Lembar wawancara minat dan perhatian belajar siswa, (3) Tes akhir, (4) Lembar skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor total dan presentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria minat dan perhatian belajar siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguat hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir dianalisis dengan menggunakan skor total masing-masing siswa dan presentase yang diperoleh keseluruhan siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria efektivitas hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik efektif menumbuhkan minat dan perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai kriteria efektivitas hasil belajar secara kualitatif menunjukkan efektivitas hasil belajar yang rendah.


(2)

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. The Effectiveness of Comic Medium in Learning of Single Variabel Linear Equation System in terms of Learning Outcomes, the Interest, and Attention of Students in class VII B Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education an Science, Faculty of Teacher Trainning ang Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out the effectiveness of learning by using media comic which was conducted by scientific approach, in terms of student learning outcomes, to know the interest, and attention of students with the comic medium, on the subject of Single Variable Linear Equation System (SPLSV) in seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015.

The subjects of this research was seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015. This research applied qualitative-quantitative descriptive research. Research instruments which was used in data collection, consists of: (1) Student’s interest and attention observation sheet, (2) Students’ interest and attention interview sheet, (3) the end of the test, (4) The scales of students’ interest and attention. Data of the students’ interest and attention observations and scale of learning quantitatively were analyzed by determining the total score and percentage of the students interest and attention. Data of interviews and documents were analyzed by qualitative descriptively as the strengthening of the students’ interest and attention observations and scales. The data of outcomes students’ learning that called final results test were analyzed by determining the total score and percentage of students’ learning outcomes with criteria for the effectiveness of the students.

The results showed that (1) The implementation of learning SPLSV with comic effective

media in increasing the students’ interest and attention in learning process., (2) The implementation of learning SPLSV with the comic medium is less effective for improving students’ learning outcomes. Based on the effectiveness of qualitative studies’ results, they showed that the effectiveness of the learning outcomes was low.


(3)

EFEKTIVITAS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU

DARI HASIL BELAJAR, MINAT DAN PERHATIAN SISWA

KELAS VII B SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Ruly Purbo Astuti NIM : 111414113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

EFEKTIVITAS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU

DARI HASIL BELAJAR, MINAT DAN PERHATIAN SISWA

KELAS VII B SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Ruly Purbo Astuti NIM : 111414113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai”. (Mazmur 100:2)

“Kita nggak bakalan tau apa yang akan terjadi besok, kalo di hari ini kita berhenti”. (Film LOVE 2008)

Dengan penuh syukur kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan, Bunda Maria, dan Santa Yoanita, Bapakku dan ibuku tersayang, Keluarga Besar Yustinus Atemo Sukarto,

Keluarga Besar Kliman Iman Rejo, temanku Angelia P.H., atas bantuan dan dukungannya, dan untuk Ciko anjingku, penghibur di saat pulang.


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Satu Variabel ditinjau dari Hasil Belajar, Minat, dan Perhatian Siswa Kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komik yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari hasil belajar siswa, mengetahui minat, dan perhatian siswa dengan media komik pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, terdiri dari: (1) Lembar pengamatan minat dan perhatian belajar siswa, (2) Lembar wawancara minat dan perhatian belajar siswa, (3) Tes akhir, (4) Lembar skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor total dan presentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria minat dan perhatian belajar siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguat hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir dianalisis dengan menggunakan skor total masing-masing siswa dan presentase yang diperoleh keseluruhan siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria efektivitas hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik efektif menumbuhkan minat dan perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai kriteria efektivitas hasil belajar secara kualitatif menunjukkan efektivitas hasil belajar yang rendah.


(11)

ABSTRACT

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. The Effectiveness of Comic Medium in Learning of Single Variabel Linear Equation System in terms of Learning Outcomes, the Interest, and Attention of Students in class VII B Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education an Science, Faculty of Teacher Trainning ang Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out the effectiveness of learning by using media comic which was conducted by scientific approach, in terms of student learning outcomes, to know the interest, and attention of students with the comic medium, on the subject of Single Variable Linear Equation System (SPLSV) in seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015.

The subjects of this research was seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015. This research applied qualitative-quantitative descriptive research. Research instruments which was used in data collection, consists of: (1) Student’s interest and attention observation sheet, (2) Students’ interest and attention interview sheet, (3) the end of the test, (4) The scales of students’ interest and attention. Data of the students’ interest and attention observations and scale of learning quantitatively were analyzed by determining the total score and percentage of the students interest and attention. Data of interviews and documents were analyzed by qualitative descriptively as the strengthening of the students’ interest and attention observations and scales. The data of outcomes students’ learning that called final results test were analyzed by determining the total score and percentage of students’ learning outcomes with criteria for the effectiveness of the students.

The results showed that (1) The implementation of learning SPLSV with

comic effective media in increasing the students’ interest and attention in learning

process., (2) The implementation of learning SPLSV with the comic medium is less effective for improving students’ learning outcomes. Based on the effectiveness of

qualitative studies’ results, they showed that the effectiveness of the learning

outcomes was low.

Keywords: The effectiveness, learning outcomes, comics, interests, concerns, SPLSV


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dukungan, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA;

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., serta selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika;

4. Ibu E. Ayunika Permata Sari, S.Pd., M.Sc. dan Bapak D. Arif Budi Prasetyo, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik;

5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini;

6. Dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis, sehingga penulis mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dalam mengambil dan mengolah data penelitian;

7. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di Universitas Sanata Dharma;

8. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., yang telah membantu penulis dalam melakukan validasi instrumen;

9. Sr. M. Lucy Hariwati, OSF, S.Pd., selaku Kepala SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, yang telah memberikan kesempatan


(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Batasan Istilah ... 6


(15)

H.Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A.Landasan Teori ... 12

1. Efektivitas ... 12

2. Media pembelajaran ... 12

3. Komik ... 15

4. Komik sebagai media pembelajaran ... 16

5. Hasil belajar ... 17

6. Belajar ... 17

7. Jenuh ... 19

8. Pendekatan Saintifik... 21

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 30

10.Minat Belajar ... 34

11.Perhatian ... 35

12.Penelitian Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif... 36

13.Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) ... 37

B. Kerangka Berpikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

1. Subyek Penelitian... 46

2. Obyek Penelitian ... 47

C.Perumusan Variabel-Variabel ... 47

1. Variabel Bebas ... 47

2. Variabel Terikat ... 47

D.Bentuk Data ... 48

1. Data hasil wawancara guru ... 48


(16)

3. Data minat dan perhatian siswa ... 48

4. Data hasil belajar siswa ... 48

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data... 49

1. Metode pengumpulan data ... 49

2. Instrumen pengumpulan data ... 50

F. Teknik Analisa Data ... 57

1. Analisis data ... 57

2. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen dan tes ... 57

3. Analisis Proses Pembelajaran ... 60

4. Analisis data hasil siswa ... 60

5. Analisis data minat dan perhatian siswa ... 61

G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian Sacara Keseluruhan ... 63

1. Tahap persiapan ... 63

2. Tahap pelaksanaan ... 65

3. Tahap analisis data ... 65

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 66

A.Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 66

1. Persiapan Penelitian ... 66

2. Pelaksanaan Penelitian ... 70

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 79

1. Perhatian dan Minat Belajar Siswa ... 79

2. Hail Belajar Siswa ... 86

BAB V PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Keterbatasan Penelitian ... 88


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran ... 50

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara ... 51

Tabel 3.3 Lembar Pengamatan minat dan perhatian siswa ... 55

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Angket Minat dan Perhatian Siswa ... 55

Tabel 3.5 Format skala minat siswa ... 56

Tabel 3.6 Interpretasi terhadap nilai koefisien ... 58

Tabel 3.7 Interpretasi nilai koefisien ... 59

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian ... 60

Tabel 3.9 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar secara Kuantitatif... 60

Tabel 3.10 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar secara Kualitatif... 61

Tabel 3.11 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian setiap siswa ... 61

Tabel 3.12 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian seluruh siswa ... 62

Tabel 3.13 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian setiap siswa ... 63

Tabel 3.14 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian seluruh siswa ... 63

Tabel 4.1 Data Koefisien Validitas Item Soal Ulangan ... 67

Tabel 4.2 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Ulangan ... 67

Tabel 4.3 Hasil analisis pengamatan minat dan perhatian siswa ... 79 Tabel 4.4 Presentase kriteria hasil analisis pengamatan minat dan perhatian . 80


(18)

Tabel 4.6 Presentase kriteria hasil belajar siswa ... 81

Tabel 4.7 Hasil analisis skala minat dan perhatian siswa ... 82

Tabel L.B.1.1 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan I ... 127

Tabel L.B.1.2 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan II ... 128

Tabel L.B.1.3 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan III ... 129

Tabel L.B.1.4 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan IV ... 129

Tabel L.B.1.5 Data Skala ... 131

Tabel L.B.1.6 Daftar nilai uji coba tes akhir ... 136

Tabel L.B.1.7 Data tes akhir ... 137

Tabel L.B.2.1 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan I .... 139

Tabel L.B.2.2 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan II ... 141

Tabel L.B.2.3 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan III.. 142

Tabel L.B.2.4 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan IV . 144 Tabel L.B.2.5 Hasil analisis skala minat dan perhatian belajar siswa ... 146

Tabel L.B.2.6 Analisis item soal tes akhir ... 154

Tabel L.B.2.7 Tingkat kualifikasi validitas butir soal tes akhir ... 159

Tabel L.B.2.8 Rangkuman analisis butir soal tes akhir... 159


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Komik doraemon karangan Kobayashi ... 15

Gambar 2.2 Contoh komik PLSV yang diawali dengan kejadian nyata ... 16

Gambar 4.1 Kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 72

Gambar 4.2 Guru membantu memberi penjelasan pada siswa ... 74

Gambar 4.3 Guru membantu siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 76

Gambar 4.4 Guru membantu siswa menjelaskan persoalan pada komik ... 78


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 94

A.2. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ... 106

A.3. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ... 107

A.4. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ... 108

A.5. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ... 109

A.6. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III ... 110

A.7. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III... 111

A.8. Kisi-Kisi Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 112

A.9. Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 114

A.10. Kriteria Penilaian Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 116

A.11. Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 120

A.12. Soal Tes Akhir ... 122

A.13. Kriteria Penilaian Soal Tes Akhir ... 124

LAMPIRAN B B.1. Tabulasi Data ... 127

B.2. Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 139


(21)

C.2. Hasil Kerja Siswa LKS Pertemuan II ... 166

C.3. Hasil Kerja Siswa LKS Pertemuan III... 167

C.4. Lembar Kerja Tes Akhir ... 168

C.5. Hasil Lembar Observasi ... 174

C.6. Hasil Lembar Kuisioner ... 182

C.7. Surat Ijin Penelitian ... 184

C.8. Surat Keterangan Penelitian ... 185


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa aktif, maka guru juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Menurut Latief dalam www.kompas.com, menyebutkan pelajaran matematika menjadi momok siswa di sekolah. Penggunaan media mulai dikembangkan kembali dengan beberapa inovasi yang baru. Media membantu siswa untuk membawa pikirannya dari yang abstrak menuju pikiran yang lebih konkrit. Media juga mampu menarik minat belajar siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam teori perkembangan kognitif yang diungkapkan Piaget, anak usia 11-15 tahun (usia sekolah menengah) berada pada tahap formal operasional. Pada tahap ini siswa SMP memiliki kemampuan mengoordinasikan baik secara bersamaan ataupun berurutan dua macam kemampuan kognitif, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi yang abstrak, seperti ilmu agama, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih mendalam (Muhibbin Syah, 2003). Tahap perkembangan ini juga


(23)

sebagai masa peralihan siswa dari siswa SD ke SMP, dimana siswa dilatih untuk dapat belajar aktif dan mandiri.

Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VII semester genap adalah Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV). Dalam mengajarkan matematika, guru di kelas VII A dan VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta belum pernah menggunakan komik sebagai media pembelajaran. Konsep dari materi ini cukup abstrak dan membingungkan. Media komik ini dapat menjadi bahan belajar yang dapat menarik minat belajar siswa.

Banyak media komik untuk belajar matematika yang sudah diterbitkan oleh beberapa percetakan ternama dan bisanya menggunakan tokoh animasi luar negeri. Namun sebagian besar dari mereka menerbitkan seri pembelajaran dengan materi bidang dimensi dua, bidang dimensi tiga, dan materi pecahan, sedangkan komik untuk materi SPLSV belum ada di perpustakaan SMP Maria Immaculata. Oleh karena itu, penulis ingin membuat media komik dengan materi SPLSV yang diwakili oleh tokoh pewayangan yakni punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) yang dianimasikan.

Media komik ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh dengan pembelajaran di kelas, serta mengajak siswa untuk mengenal budaya daerah yang dimiliki yaitu wayang. Hal ini sesuai dengan harapan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengharapkan bahwa


(24)

sekolah juga dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan budaya yang dimiliki untuk menerapkan proses kegiatan pembelajarannya. Minat merupakan salah satu faktor internal yang terletak pada aspek psikologis sebagai hal yang mempengaruhi belajar siswa. Minat mampu memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mampu mencapai prestasi yang diinginkan.

Media komik ini juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar. Kejenuhan muncul karena hasil belajar yang kurang baik dan memerlukan waktu yang cukup lama dalam melakukan proses pembelajaran tersebut. Kejenuhan dapat terjadi karena keletihan (indera, fisik, mental) pada siswa sehingga menimbulkan kebosanan. Faktor jenuh dan minat, kedua faktor ini saling berkaitan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

Selama kurang lebih tiga bulan peneliti melakukan kegiatan Program Praktek Lapangan (PPL) di SMP Maria Immaculata Yogyakarta, metode diskusi kelompok sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Selama melakukan kegiatan PPL tersebut peneliti mengamati secara singkat, dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang pasif, ada juga yang tidak memperhatikan pembelajaran yang berlangsung namun menggambar animasi dibuku catatannya dan menyatakan bahwa mereka tidak suka dengan matematika karena rumit, terlalu abstrak, serta ada beberapa siswa yang takut untuk bertanya dengan guru. Siswa menyatakan kepada peneliti bahwa mereka terkadang jenuh dengan kegiatan pembelajaran matematika yang sudah berlangsung.


(25)

Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan guru matematika, guru belum pernah menggunakan media komik dalam pembelajaran di kelas. Dalam mengajarkan matematika di kelas, guru menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok, model pembelajaran penemuan (discovery

learning), dan pendekatan saintifik. Metode tanya jawab disesuaikan pada

tahapan menanya dan diskusi kelompok pada tahapan mengumpulkan informasi dan mengolah informasi. Model pembelajaran penemuan

(discovery learning) adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk aktif

mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip umum yang diperoleh melalui contoh kehidupan sehari-hari, hal ini menurut teori Piaget dikatakan sebagai kewajiban peran aktif siswa selama belajar di kelas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, pembelajaran pada materi SPLSV pada siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta akan menjadi fokus penelitian. Dalam pembelajaran, akan digunakan media komik dengan sub bahasan menemukan konsep pernyataan, kalimat langsung, dan menyelesaikan permasalahan bentuk PLSV (Persamaan Linear Satu Variabel). Dengan media ini, diharapkan dapat membantu siswa memahami tentang konsep persamaan linear.

Penggunaan media ini melibatkan aktivitas, imajinasi, penemuan, rasa ingin tahu, mencoba-coba, dan membuat prediksi. Media komik ini dapat dibaca siswa kapanpun dan dimanapun layaknya komik animasi cerita ringan yang ada di pasaran. Siswa diharapkan akan lebih tertarik, tidak cepat bosan dan lupa, serta dapat menimbulkan minat dan perhatian dalam belajar


(26)

matematika. Komik ini juga mampu memancing animo siswa terhadap matematika dan menjadi terobosan baru untuk belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dituliskan permasalahan yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Banyak siswa beranggapan bahwa matematika itu rumit karena karakteristiknya yang terlalu abstrak, oleh karena itu siswa kurang berminat untuk mempelajari kembali materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya ataupun materi yang saling berkaitan.

2. Selama pembelajaran matematika, beberapa siswa cenderung pasif dan takut untuk bertanya pada guru.

3. Pembelajaran terkesan menjenuhkan karena kegiatan pembelajaran sering menggunakan metode diskusi kelompok dan tanya jawab.

4. Adanya kemungkinan efektivitas penggunaan media komik dalam kegiatan pembelajaran matematika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dengan mempertimbangkan pengetahuan, kemampuan, dan waktu untuk melakukan penelitian, maka peneliti membatasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.


(27)

2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas media komik pada pembelajaran SPLSV dengan metode saintifik, yang ditinjau dari hasil belajar siswa di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

3. Penelitian ini membahas mengenai penggunaan media komik untuk menarik minat dan perhatian siswa serta meningkatkan hasil belajar yang pada materi SPLSV di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang dilihat berdasarkan nilai uji kompetensi pada akhir materi.

4. Hasil penelitian diterapkan untuk kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Penulis membatasi beberapa masalah yang dimiliki terhadap penggunaan media komik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Apakah media komik efektif digunakan pada pembelajaran SPLSV yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik, jika ditinjau dari hasil belajar siswa?

2. Bagaimana minat dan perhatian siswa pada pembelajaran dengan media komik tersebut?

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah penting yang digunakan dalam pembahasan penelitian.


(28)

1. Efektivitas

Efektivitas dapat dilihat dari banyaknya siswa (dalam per sen) yang terlibat secara aktif dan yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas) dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi tertentu sebagai bentuk keberhasilan atas usaha belajar.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk membantu menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber kepada penerima dalam hal ini peserta didik. 3. Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita seperti drama.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perolehan berupa perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5. Persamaan Linear Satu Variabel

Persamaan linear satu variabel berupa kalimat terbuka dalam matematika yang memuat hanya satu variabel dengan pangkat satu dan dihubungkan dengan tanda sama dengan ( ).

Berdasarkan makna istilah, maka yang dimaksud Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran SPLSV ditinjau dari Hasil Belajar, akan membahas mengenai media komik yang dapat mengefektivkan hasil belajar


(29)

dan menarik minat serta perhatian belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada KTSP dengan materi SPLSV untuk siswa SMP kelas VII semester genap. Melalui komik yang memiliki gambar dan alur cerita yang menarik, serta tata bahasa yang tidak baku diharapkan dapat menarik minat dan perhatian belajar siswa. Keberhasilan penggunaan media komik dalam meningkatkan minat dan perhatian belajar siswa selama pembelajaran dilihat dari angket yang diisi siswa. Efektivitas penggunaan media komik yang ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes di akhir pembelajaran di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektifitas media komik yang digunakan pada pembelajaran SPLSV yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik, jika ditinjau dari hasil belajar siswa

2. Mengetahui minat dan perhatian siswa pada pembelajaran dengan media komik tersebut

G. Manfaat Penelitian


(30)

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan serta, pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi satu contoh inovasi dalam menciptakan kreatifitas media pembelajaran matematika.

3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu cara baru dalam belajar untuk menghilangkan rasa jenuh terhadap buku cetak pelajaran sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan.

4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai inovasi dan inspirasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan tugas akhir terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu latar belakang dilakukannya penelitian, penjelasan teori dan metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan penutup.

BAB I Pendahuluan, berisi antara lain latar belakang masalah yang menjelaskan mengenai beberapa masalah yang muncul serta penyebab adanya keinginan untuk meneliti beberapa dari masalah tersebut, identifikasi masalah menyebutkan masalah yang ada pada subyek yang akan diteliti, pembatasan masalah menentukan obyek yang akan diteliti, rumusan masalah dimana merumuskan masalah yang akan diselesaikan melalui penelitian, batasan istilah menjelaskan secara singkat istilah pokok yang digunakan dalam pengambilan judul penelitian, tujuan penelitian menjawab tujuan dari


(31)

rumusan masalah, manfaat penelitian menuliskan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, berisi hal-hal teoritik dan informasi mendasar terkait dengan masalah yang diteliti dan kerangka berpikir mengenai penjelasan alur penelitian yang akan dilaksanakan .

BAB III Metode Penelitian, berisi jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dan objek penelitian yang diteliti, subyeknya adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta, sedangkan obyeknya adalah efektivitas penggunaan media komik pada pembelajaran SPLSV ditinjau dari hasil belajar siswa. Perumusan variabel-variabel yang digunakan dalam analisis data berupa variabel bebas dan terikat. Bentuk data yang digunakan dalam analisis data berupa data hasil wawancara guru, data proses pembelajaran, data minat belajar, dan data hasil belajar siswa. Metode dan instrumen pengumpulan data, yang dilakukan dengan wawancara guru, pengamatan, pengisian skala, dan dokumentasi. Pengumpulan data dibagi manjadi dua, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Teknik analisis data berupa analisis data, analisis validitas instrumen dan reliabilitas tes, analisis proses pembelajaran, analisis data hasil siswa. Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Terakhir adalah penjadwalan waktu pelaksanaan penelitian.

BAB IV Pelaksanaan, Hasil, dan Pembahasan Penelitian, berupa Penyajian Data, dan Analisis Data, yang berisi deskripsi lokasi penelitian,


(32)

hasil uji coba instrumen, pelaksanaan pengumpulan data atau kegiatan di lapangan, penyajian data penelitian, analisis data dan penyajian hasil analisis, pembahasan hasil analisis data, dan keterbatasan penelitian.


(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Efektivitas

Menurut Kartika Budi (2001:48), efektivitas mengacu pada proses dan hasil belajar. Efektifitas proses adalah banyaknya siswa (dalam per sen) yang terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi tertentu. Efektivitas hasil secara kuantitatif adalah banyaknya siswa (dalam per sen) yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas). Sementara itu, skor sikap siswa terhadap strategi tersebut diperoleh dari skala pengukur sikap. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:352) menyatakan bahwa efektivitas adalah keberhasilan atas usaha.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas dapat dilihat dari banyaknya siswa (dalam per sen) yang terlibat secara aktif dan yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas) dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi tertentu sebagai bentuk keberhasilan atas usaha belajar.

2. Media Pembelajaran

Menurut Sukiman (2012:29), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima untuk merangsang pikiran,


(34)

perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Menurut Arif S. Sadiman, dkk. (2005:17-18, dalam Sukiman, 2012:40) kegunaan media pendidikan secara umum adalah untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, mengatasi sikap pasif anak didik, memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi pelajaran, memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Media pembelajaran diklasifikasikan Brigs (dalam Sukiman, 2012:46) menjadi 13 jenis sesuai pada rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas media tersebut adalah: obyek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terpogram, papan tulis, media transparasi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).

Menurut Arif S. Sadiman (dalam Sukiman, 2012:115), kartun adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara tepat dan ringkas untuk sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

Menurut Sugiarto (2010:2-4), media pendidikan merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga proses belajar terjadi pada diri siswa. Peranan media, yakni memperjelas


(35)

penyajian pesan dan mengurangi verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang-waktu-daya indera, menimbulkan gairah belajar, memungkikan interaksi lebih langsung antara siswa-lingkungan-kenyataan, memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan minat, memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan mempersamakan persepsi.

Salah satu klasifikasi media (menurut ciri khasnya), adalah media grafis. Media grafis merupakan media yang disalurkan melalui indera penglihatan dan pesan diwujudkan dengan simbol komunikasi visual. Fungsi jenis media grafis dapat menarik perhatian, memperjelas ide, dan mengilustrasi fakta agar tidak cepat lupa. Contohnya dapat berupa gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun yang merupakan gambar interpretatif-simbolis, poster, peta & globe, papan flanel, papan buletin.

Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang-waktu-daya indera, menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi lebih langsung antara siswa-lingkungan-kenyataan, memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan minat, memberikan rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman, serta menyamakan persepsi.


(36)

3. Komik

Menurut Marcel Bonneeff (2001:4) dituliskan, “Sebagaimana telah diperlihatkan dengan jelas oleh F. Lacassin, komik adalah sarana pengungkapan yang benar-benar orisinil, karena menggabungkan gambar dengan teks. Kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra gambar. Untuk menyebut komik bersambung, yang di Indonesia langka, digunakan istilah comic-strips (atau strip); sedangkan comic-books disebut komik (kadang-kadang buku komik). Baru-baru ini muncul istilah tjergam, akronim dari tjerita bergambar atau cerita berbentuk gambar, meniru istilah tjerpen (tjerita pendek) yang sudah lama digunakan.” Menurut wikipedia, “Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks.”

Gambar 2.1


(37)

Jadi, komik adalah karya seni yang menggabungkan gambar tidak bergerak yang dilengkapi teks sehingga membentuk jalinan cerita.

4. Komik sebagai media pembelajaran.

Dalam bidang matematika, sudah banyak ditemukan komik matematika di beberapa toko. Salah satunya komik karangan Kanjiro Kobayashi seri Belajar bersama Doraemon. Komik tersebut berisi tentang pelajaran matematika SD yang disampaikan melalui gambar diam dilengkapi alur cerita yang berkaitan dengan kejadian dalam hidup sehari-hari. Komik ini memiliki keunggulan, yaitu mencerdaskan, lucu, dan mudah diingat anak, meskipun menggunakan bahasa indonesia yang tidak baku. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komik dengan bahasa Indonesia tidak baku. Berikut beberapa komik yang dibuat oleh peneliti yang diawali dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari.


(38)

5. Hasil Belajar

Dalam Purwanto (2008:44-45), hasil belajar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dari dua kata pembentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil adalah suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku itu merupakan hasil belajar. Sementara itu, dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:14-15), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah melalui proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan perolehan berupa perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6. Belajar

Belajar merupakan proses pembiasaan diri untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Biggs (1991, dalam Muhibbin Syah 2003:67-68) dalam pendahuluan Teaching for Learning: The View form Cognitive

Psychology belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu:

rumusan kuantitatif, rumusan institutional, rumusan kualitatif. Secara

kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan


(39)

Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari banyak materi yang dikuasai siswa.

Secara institutional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan materi-materi yang telah siswa pelajari. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai juga akan semakin baik. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar pada pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat diapahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Mulyati (2005:5), “Belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.”

Jadi, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif untuk mencapai tujuan


(40)

peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan.

7. Jenuh

Menurut Reber (1988, dalam Muhibbin Syah 2003:181), kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, namun tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan tidak memiliki kemajuan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar. Tidak adanya hasil kemajuan dari belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi hanya dalam selang waktu tertentu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.

Kejenuhan dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena kelitihan dapat menjadi penyebab munculnya rasa bosan pada siswa. Keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni keletihan indera, keletihan fisik, dan keletihan mental.

Keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana, inilah yang menjadikan keletihan mental sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar. Beberapa faktor penyebab keletihan mental adalah kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang


(41)

merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut. Sikap siswa yang mempercayai konsep kinerja akademik secara optimum, namun dia sendiri menilai belajarnya hanya berdasarkan ketentuan yang ia ciptakan sendiri (self-imposed). Keletihan mental ini dapat diatasi dengan memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya, serta siswa harus mencoba belajar dan belajar lagi.

Menurut Mubiar Agustin (2011:11-12), “Secara harafiah, arti jenuh ialah padat atau jenuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini jika dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar, kejenuhan belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya. Kejenuhan belajar juga diartikan sebagai rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil.”

Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pengertian jenuh dapat diartikan sebagai bosan. Sementara kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan siswa untuk belajar namun tidak mendatangkan hasil dan merasa seakan-akan tidak memiliki kemajuan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar.


(42)

8. Pendekatan Saintifik

Menurut Carin & Sund (1975, dalam M. Hosnan 2014:35), metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan yang mengacu pada empat hal pokok yang sesuai pada proses kognitif dengan metode saintifik. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif, dalam proses penemuan siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

Menurut M. Hosnan (2014:39), aktivitas guru dalam pembelajaran adalah menyediakan sumber belajar, mendorong siswa berinteraksi dengan sumber belajar (menugaskan), mengajukan pertanyaannya agar siswa memikirkan hasil interaksinya, memantau persepsi dan proses berfikir siswa serta memberikan gambaran, mendorong siswa berdialog atau berbagi hasil pemikirannya, mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh, dan mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik, yaitu:


(43)

a) Mengamati

Ini adalah langkah pertama pada pendekatan saintifik. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian di analasis sesuai tingkat perkembangan siswa. Data yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi bagi siswa. Dalam kegiatan mengamati, mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull

learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan

objek secara nyata, peserta didik merasa senang dan tertantang, serta mudah pelaksanaannya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.


(44)

b) Menanya

Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran

bertanya yang diharapkan dapat mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang ada. Jika siswa kesulitan dalam mengungkapkan pertanyaan, maka guru dapat memberikan panduan pertanyaan awal kemudian dilanjutkan oleh siswa yang lain.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek konkret sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai pada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi dimana siswa dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih


(45)

memerlukan bantuan untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Model questioning adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

c) Mengumpulkan informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan berbagai cara. Untuk itu, siswa dapat membaca buku lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang diteliti, atau bahkan melakukan eksperimen agar melalui kegiatan tersebut dapat terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Adapun


(46)

kompetensi yang diharapkan pada tahap ini adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d) Mengolah informasi atau menalar

Langkah keempat pada pendekatan saintifik adalah mengolah informasi atau menalar. Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka

proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada guru.

Mengolah informasi atau menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen, maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. adapun


(47)

kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen, maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber, yang memiliki pendapat berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan menyimpulkan (menarik kesimpulan) dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.


(48)

e) Mengkomunikasikan pembelajaran

Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok peserta didik tersebut. kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam kegiatan mengkomunikasikan, siswa diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat


(49)

lebih terasah. Siswa yang lainpun dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.

Menurut Daryanto (2014:51), pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip memulai tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a) Mengamati (observasi)

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan Permendikbud nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau


(50)

objek. Adapaun kompetensi yang diharapkan melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan obyek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

c) Mengumpulkan informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

d) Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan menyimpulkan. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok atau secara individual membuat kesimpulan.


(51)

e) Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik memiliki lima tahap pokok dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi yang diperoleh, dan mengkomunikasikan pembelajaran dengan menyampaikan kesimpulan dari informasi yang telah diolah.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Menurut Wina Sanjaya (2010:128) dalam Standart Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15), dijelaskan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dari konsep tersebut, maka ada beberapa hal yang berhubungan dengan makna kurikulum operasional. Pertama, sebagai kurikulum yang bersifat operasional, maka dalam pengembangannya, KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional. Artinya, walaupun daerah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan itu hanya sebatas pada pengembangan operasionalnya saja; sedangkan yang menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri ditentukan oleh pemerintah. Kedua,


(52)

sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP, dituntut dan harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverisikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit pelajaran.

Beberapa hal berikut merupakan karakteristik KTSP, yaitu bila dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu dan pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan. KTSP adalah kurikulum teknologis yang mengakses kepentingan daerah.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP sebagai berikut;

a) Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, setiap komponen sekolah baik kepala sekolah maupun guru-guru dituntut untuk lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar semua kebutuhan sekolah terpenuhi.


(53)

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. Sebagai kurikulum operasional, KTSP menuntut keterlibatan masyarakat secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan kurikulum tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi di sekolah; sedangkan sekolah akan berkembang manakala ada keterlibatan masyarakat.

c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Melalui KTSP diharapkan setiap sekolah atau satuan pendidikan akan berlomba dalam menyusun program kurikulum sekaligus berlomba dalam implementasinya.

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP:

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya

b) Beragam dan terpadu

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni d) Relevan dengan kebutuhan hidup

e) Menyeluruh dan berkesinambungan f) Belajar sepanjang hayat

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Menurut Trianto (2010:26), sistem pengelolaan KTSP menuntut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan ini


(54)

diharapkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. KBM dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Berpusat pada siswa (student-centered) b) Mengembangkan kreativitas siswa

c) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang

d) Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai e) Menyediakan pengalaman belajar

f) Belajar melalui berbuat (learning by doing)

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup siswa yang pada gilirannya dapat membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Jadi, KTSP merupakan kurikulum yang pelaksanaannya menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan. KTSP juga merupakan kurikulum yang tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta relevan dengan kebutuhan hidup. Dalam pelaksanaannya setiap komponen sekolah baik kepala sekolah maupun guru-guru dituntut untuk


(55)

lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar semua kebutuhan sekolah terpenuhi.

10. Minat Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008:151), “Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.”

Menurut Makmun Khairani (2014:142), “Minat dan perhatian mempunyai hubungan yang erat sekali”. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara berkelanjutan baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa diantaranya menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian


(56)

guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:191), “Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.” Minat tidak dibawa sejak lahir, dengan kata minat dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada diri seorang siswa. Caranya adalah dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan kegunaannya di masa depan bagi siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap pikirannya dan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-sari.

11. Perhatian

Menurut Kartini Kartono (1990:111), “Perhatian itu merupakan

reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek.” Menurut John W. Santrock (2014:293), “Perhatian

adalah pemusatan sumber daya mental.” Menurut Makmun Khairani

(2014:154), “Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitet individu, yang ditujukan kepada suatu obyek atau kepada


(57)

sekumpulan obyek-obyek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang diterima oleh individu yang bersangkutan.”

Dengan demikian perhatian merupakan konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang dan memberikan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek.

12. Penelitian Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:64), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Menurut Sugiyono (2010:207), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dalam kondisi yang alamiah dengan analisis data yang bersifat kualitatif serta hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada analisis data berupa bilangan. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif adalah penelitian yang dipaparkan berdasarkan kondisi yang aktual saat penelitian berlangsung


(58)

dimana olah data penelitian berupa bilangan yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

13. Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV)

Dalam kegiatan pembelajaran matematika kelas VII semester gasal, sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan materi SPLSV, diberikan Standar Kompetensi (SK), sebagai berikut:

(1) Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

(2) Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah,

dengan Kompetensi Dasar (KD), menyelesaikan persamaan linear satu variabel. Berdasarkan buku matemtika untuk kelas VII semester gasal karangan Budi Wono Setya (2004:166-177), karangan Sukino dan Wilson Simangunsong (2006:117-125), karangan Adinawan dan M. Cholik (2007:114-128), maka diperoleh ringkasan materi sebagai berikut:

a) Pernyataan dan kalimat terbuka 1) Kalimat benar dan kalimat salah

Kalimat matematika yang telah jelas memiliki nilai kebenaran benar atau salah dinamakan pernyataan.

Contoh 1:

(a) Semarang di Jawa Tengah (b)


(59)

Ketiga kalimat di atas merupakan kalimat yang mempunyai nilai kebenaran benar.

Contoh 2:

(a) Pasar Klewer di Semarang (b)

(c) merupakan bilangan prima

Contoh 3:

(a) Apakah kamu lapar? (b) Silahkan duduk!

Yaitu kalimat tanya, perintah, dan lain sebagainya.

2) Kalimat terbuka

(a) Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum diketahui nilai

kebenarannya (benar atau salah) karena masih bergantung pada peubah atau variabel.

(b) Variabel atau peubah adalah lambang atau simbol yang dapat

diganti oleh sembarang anggota dari himpunan semesta. (c) Konstanta adalah pengganti dari suatu variabel.

Contoh 3:

(a) Dia seorang ayah, nilai kebenaran kalimat ini tergantung pada kata “dia”.


(60)

(b) , nilai kebenaran kalimat ini tergantung pada variabel .

Kalimat yang memuat variabel atau sesuatu yang belum ditentukan nilai kebenarannya disebut kalimat terbuka.

Perhatikan kembali kalimat pada contoh (b) di atas.

1. Jika diganti dengan maka akan diperoleh kalimat

Merupakan kalimat dengan nilai kebenaran benar.

2. Jika diganti dengan maka akan diperoleh kalimat

Merupakan kalimat dengan nilai kebenaran salah.

Kita dapat mengganti nilai dengan berbagai nilai lain sehingga kita dapat menentukan nilai kebenarannya.

Setiap kalimat terbuka yang memuat variabel harus diganti oleh satu atau beberapa anggota dari himpunan semesta yang didefinisikan. Pengganti variabel yang membuat kalimat terbuka menjadi kalimat yang benar disebut penyelesaian (solusi). Himpunan dari semua penyelesaian disebut himpunan penyelesaian. Himpunan penyelesaian adalah himpunan semua pengganti dari variabel pada kalimat terbuka yang membuat kalimat tersebut menjadi benar. Himpunan penyelesaian sering disingkat sebagai HP.


(61)

b) Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)

1) Persamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda

“ ” pada kedua ruasnya.

2) Persamaan linear adalah persamaan yang variabelnya berpangkat satu.

3) PLSV adalah persamaan linear yang hanya memiliki satu variabel. Contoh 4:

Bentuk umum PLSV adalah dengan dan adalah bilangan real, dimisalkan sebagai variabel.

c) Penyelesaian dan Himpunan Penyelesaian Suatu Persamaan

Ahmad ingin menjawab secara mencongak soal persamaan linear satu variabel dengan variabel bilangan asli. Dia mengganti dengan , sehingga kalimat terbuka menjadi benar.

(benar)

adalah penyelesaian akar PLSV .


(62)

Penyelesaian suatu persamaan linear dengan satu variabel adalah bilangan pengganti dari variabel pada daerah definisi persamaan yang membuat persamaan menjadi pernyataan yang benar.

Selain cara mencongak, kita juga dapat menyelesaikan persamaan linear satu variabel dengan cara substitusi satu per satu variabel yang terdefinisi sehingga persamaan itu menjadi kalimat yang benar.

Contoh 5:

Tentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian dari dengan anggota pada himpunan bilangan cacah.

Jawab:

Untuk , maka (kalimat salah),

Untuk , maka (kalimat salah),

Untuk , maka (kalimat salah).

Hal ini tidak perlu dilanjutkan lagi karena kita akan selalu mendapatkan kalimat yang salah.

Jadi, penyelesaian tidak ada dan himpunan penyelesaian { }.

Berdasarkan contoh tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


(63)

Himpunan penyelesaian suatu persamaan linear dengan satu variabel mempunyai dua kemungkinan, yaitu memiliki hanya satu buah anggota atau tidak ada anggota (himpunan kosong).

d) Kalimat matematika (Model matematika)

Kalimat matematika adalah kalimat yang ditulis dengan lambang-lambang matematika dan dapat dinilai kalimat yang telah memiliki nilai kebenaran benar atau salah.

Contoh 6:

Untuk Permasalahan: Gareng memiliki berat badan kg, sementara ia ingin menaikkan berat badannya sehingga menjadi kg. Jika dimisalkan berat badan yang harus ditambahkan Gareng supaya menjadi kg itu sebanyak kg, maka dapat dituliskan menjadi: .

e) Penyelesaian kalimat terbuka yang berbentuk cerita

Untuk menyelesaikan kalimat terbuka yang berbentuk cerita, dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Terjemahkan kalimat cerita itu kedalam kalimat matematika yang berbentuk persamaan. Jika perlu, gunakan gambar (sketsa diagram). (2) Selesaikan persamaan itu dengan cara substitusi.


(64)

Contoh 7:

Sebuah buku cerita setebal 238 halaman sedang dibaca oleh Kevin dalam beberapa hari. Dalam 6 hari ia telah membaca sebanyak 103 halaman. Berapa halaman yang harus dibaca oleh Kevin untuk mengetahui akhir cerita buku tersebut?

Jawab:

Misalkan jumlah halaman yang tersisa atau belum dibaca , maka kalimat matematikanya adalah: .

Penyelesaian: .

(karena jika 135 disubstitusikan ke persamaan , menjadi merupakan kalimat yang benar).

Jadi, Kevin harus membaca sebanyak halaman lagi untuk mengetahui akhir cerita buku tersebut.

f) Persamaan yang ekuivalen

Persamaan yang ekuivalen adalah suatu persamaan yang mempunyai

himpunan penyelesaian yang sama, apabila pada persamaan tersebut dikenakan suatu operasi tertentu. Notasi ekuivalen adalah .

(1) Menyelesaikan persamaan dengan sifat-sifat operasi suatu persamaan yang ekuivalen


(65)

(i) Penambahan pada kedua ruas dengan bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang ekuivalen.

(ii) Pengurangan pada kedua ruas dengan bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang ekuivalen.

(iii)Perkalian pada kedua ruas dengan bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang ekuivalen.

(iv) Pembagian pada kedua ruas dengan bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang ekuivalen.

B.Kerangka Berpikir

Persamaan linear merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VII B SMP Maria Immaculata. Konsep dari SPLSV yang abstrak menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar. Hal ini ditambah dengan situasi kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika. Siswa juga merasa jenuh dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dengan kondisi seperti ini, diharapkan adanya media yang membantu siswa dan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa untuk pembelajaran dengan materi SPLSV.

Melalui komik, pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini dikarenakan komik memiliki gambar dan alur cerita yang menarik, sehingga membuat siswa mudah mengingat alur cerita yang diberikan. Bahasa yang digunakan dalam komik bukan bahasa baku sehingga tidak membuat siswa cepat bosan. Dengan demikian, minat siswa


(66)

dapat meningkat sehingga tidak menimbulkan kurangnya perhatian dalam mengikuti pelajaran matematika.

Dengan minat yang meningkat, diharapkan proses dan hasil belajar juga akan meningkat. Untuk melihat adanya efektivitas dari penggunaan media komik terhadap minat dan perhatian siswa, akan dilakukan pengamatan oleh observer pada masing-masing siswa dan pengisian angket oleh masing-masing siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilihat dari hasil ulangan di akhir pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis secara deskriptif kualitatif-kuantitatif untuk memperoleh kesimpulan.


(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif adalah penelitian yang dipaparkan berdasarkan kondisi yang aktual saat penelitian berlangsung dimana olah data penelitian berupa bilangan yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian ini, akan digali mengenai efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran matematika yang ditinjau dari hasil belajar siswa. Melalui penelitian ini, akan dilihat penggunaan media komik dalam proses pembelajaran matematika terhadap minat dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini juga akan digunakan analisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes akhir. Penentuan populasi dilakukan secara sistematis dengan populasi kelas.

B. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subyek penelitian

Subyek penelitian yang dipilih adalah siswa kelas VII B semester genap tahun ajaran 2014/2015 SMP Maria Immaculata yang beralamat di Jalan Brigjend Katamso No. 4 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.


(68)

2. Obyek penelitian

Efektivitas penggunaan media komik pada materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) yang ditinjau dari hasil belajar siswa, serta minat dan perhatian belajar yang dilihat dari skala yang diisi masing-masing siswa dan hasil pengamatan observer, serta kegiatan belajar yang dilihat dari video.

C. Perumusan Variabel-Variabel 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas penggunaan media komik pada materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) untuk menemukan konsep kalimat langsung dan kalimat tidak langsung serta menyelesaikan perhitungan PLSV.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar, minat dan perhatian belajar siswa.

D. Bentuk Data

Berdasarkan cara memperoleh, jenis data ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan terhadap subyek penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain diluar subyek penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder dapat diperoleh dari guru mata pelajaran matematika. Menurut jenisnya, jenis data


(69)

dibagi menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk angka, merupakan jumlah dan skor. Sedangkan data kualitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk kata-kata yang bermakna.

Dari penelitian ini akan diperoleh empat data, yaitu: 1. Data hasil wawancara guru

Data ini akan diperoleh melalui rekaman suara saat melakukan wawancara bersama guru. Data ini akan dideskripsikan untuk kemudian menjadi data kualitatif.

2. Data proses pembelajaran

Data ini akan diperoleh melalui rekaman video saat proses pembelajaran berlangsung. Data ini akan dideskipsikan untuk kemudian menjadi data kualitatif.

3. Data minat dan perhatian belajar siswa

Data minat siswa akan diperoleh dari hasil pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran oleh observer dan skala minat siswa yang diisi masing-masing siswa. Data yang diperoleh dari pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran dan skala minat siswa berupa data kuantitatif. Setiap jawaban akan diukur dengan skor tertentu.

4. Data hasil belajar siswa

Data akan diperoleh dari hasil tes akhir materi PLSV siswa kelas VII B tahun ajaran 2014/2015 setelah pembelajaran matematika menggunakan media komik yang merupakan data kuantitatif.


(70)

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti akan melakukan beberapa metode yang disertai instrumen sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara guru

Kegiatan mengumpulkan data ini akan diperoleh dengan melakukan wawancara dengan guru mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan bersama siswa. Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Hasil rekaman wawancara dituliskan dalam bentuk dokumen yang kemudian digunakan sebagai hasil data. b. Pengamatan

Kegiatan mengumpulkan data ini akan diperoleh dengan mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran, kemudian pengamat mengisi lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data mengenai keterlibatan siswa selama proses kegiatan pembelajaran matematika. Pengamatan dilakukan saat peneliti mengujikan penelitiannya, sehingga membutuhkan bantuan dari guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan.

c. Pengisian skala oleh siswa

Metode ini dilakukan dengan melakukan pengisian skala siswa dengan meminta siswa untuk mengisikan semua pernyataan yang ada dengan sungguh-sungguh sesuai pengalaman yang mereka alami selama kegiatan penelitian berlangsung. Dari hasil pengisian angket kemudian dihitung


(71)

skornya dan diklasifikasikan minatnya menurut ketentuan yang telah disusun peneliti.

d. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti akan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran melalui foto, rekaman video, dan rekaman suara. Melalui rekaman video peneliti memperoleh data yang kemudian dapat dianalisis. 2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu: a. Instrumen pembelajaran

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP pada materi SPLSV disusun berdasarkan panduan implementasi KTSP sesuai dengan silabus, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, rincian langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, dan penilaian. Dalam RPP ini digunakan pendekatan saintifik yang terdiri dari tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan menit.

Rencana pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1

Rencana Pembelajaran Pertemuan

ke- Materi yang diajarkan

I - Mengenal Kalimat benar, kalimat salah, dan kalimat terbuka.

II - Mengenal PLSV.


(72)

2) Komik

Komik berisi penjelasan materi untuk menemukan konsep kalimat benar, kalimat salah, dan kalimat pernyataan, pengertian PLSV, dan menyelesaikan perhitungan PLSV berdasarkan prinsip ekuivalen. Dalam komik tersebut terdapat beberapa latihan soal yang dipergunakan dalam proses pembelajaran di kelas agar kemampuan siswa lebih terlatih (terlampir). Latihan tersebut dikerjakan pada setiap pertemuan pembelajaran PLSV.

b. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari 4 bagian, yaitu pedoman wawancara, tes akhir, lembar pengamatan minat dan perhatian, serta skala minat dan perhatian, sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara dilakukan bersama ibu guru mata pelajaran matematika di kelas VII B dengan tujuan mengetahui lebih dalam kegiatan pembelajaran guru yang menggunakan media pembelajaran. Berikut kisi-kisi dan daftar pertanyaan wawancara untuk guru yang disusun pengamat, yaitu :

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara

Aspek yang Diamati Nomor Urut

Kuantitas penggunaan media pembelajaran saat KBM di kelas 1

Respon siswa saat pembelajaran menggunakan media pembelajaran 2, 3, 4


(1)

217 Lampiran C.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

218 Lampiran C.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

219 Lampiran C.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

220 Lampiran C.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

221 Lampiran C.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

222 Lampiran C.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Concept Attainment Model Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

9 26 211

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP N 1 WONOSARI KLATEN.

0 0 8

Efektivitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa pada materi segitiga di kelas VII B SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 0 376

Analisis penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga pada materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Bopkri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 0 185

Pengaruh motivasi belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar Matematika materi persamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

2 6 165

Efektivitas penggunaan media pembelajaran komik pada materi persamaan garis lurus ditinjau dari prestasi dan minat belajar siswa SMP Joannes Bosco kelas VIII democracy tahun ajaran 2015/2016.

0 1 236

Analisis kesulitan belajar siswa dan upaya remediasi pada topik penerapan persamaan linear satu variabel kelas VII B SMP Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri.

0 1 265

Analisis penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga pada materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VII A SMP Bopkri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017

0 2 183

Efektivitas pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari hasil belajar dan sikap kreatif siswa kelas VIII SMP N 2 Yogyakarta pada materi sistem persamaan linear dua variabel - USD Repository

0 3 171