9
pasangan suami istri perkawinan beda agama dan beda gereja terhadap kenyataan yang terjadi di Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus
Purwodadi.
BAB V :
Bab ini berisi tentang usulan program dalam bentuk rekoleksi sebagai usaha untuk mendampingi pasangan suami istri perkawinan beda agama
dan beda gereja dalam memberikan pendidikan iman bagi anak-anaknya.
BAB VI :
Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagai penutup.
10
BAB II PELAKSANAAN PENDIDIKAN IMAN BAGI ANAK DALAM
PERKAWINAN ORANGTUA BEDA AGAMA DAN BEDA GEREJA
Dua hal pokok yang akan dikembangkan pada bab ini yakni pendidikan iman bagi anak dan perkawinan beda agama dan beda gereja terkhusus pada
tujuan perkawinan. Pokok permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana pasangan perkawinan beda agama dan beda gereja melaksanakan pendidikan iman
anak sesuai dengan tujuan perkawinan. Kedua hal ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, di mana dalam suatu perkawinan Katolik baik perkawinan
sakramen maupun non sakramen, keduanya memiliki tujuan perkawinan yang sama yaitu salah satunya adalah pendidikan bagi anak.
Menurut para Uskup yang hadir dalam Konsili Vatikan II pada tahun 1965, seperti yang terungkap dalam Gadium et Spes GS, hakikat perkawinan dan cinta
kasih suami istri tertujukan kepada adanya keturunan serta pendidikan. Memang anak-anak merupakan karunia perkawinan yang paling luhur dan besar sekali,
dalam arti bagi kesejahteraan orangtua sendiri. Perkawinan mempunyai berbagai tujuan, yakni kesejahteraan suami istri, kesejahteraan anak-anak, dan
kesejahteraan masyarakat GS, art. 50. Sementara itu, dalam sejarah Gereja Katolik, ajaran perkawinan Paus Leo XIII disebutkan bahwa perkawinan
mempunyai tujuan primer “kelahiran dan pendidikan anak” dan tujuan sekunder “saling membantu serta pemenuhan hawa nafsu” Purwa Hardiwardoyo, 1988:
86. Sedangkan menurut KHK 1983 kan. 1055§1 dengan sederhana menunjukkan