Tabel 10 Ancaman Realistik
No. Kategori
Uraian Referensi
1 Keamanan
a. Kerusuhan Kerusuhan
7 6,9
Keributan di masyarakat 4
3,9
Jumlah 11
10,8
b. Konflik Bentrok antar warga
3 2,9
Pertengkaran antar Papua 3
2,9 Tawuran
3 2,9
Perkelahian 8
7,9
Jumlah 17
16,8
c. Kekerasan Pembacokan
1 0,9
Penyiksaan 2
1,9 Pemicu tindakan anarkis
1 0,9
Kekerasan 10
9,9 Brutal
1 0,9
Jumlah 15
14,8
d. Kriminalitas Kriminalitas
5 4,9
Premanisme 2
1,9 Pembegalan
1 0,9
Penjarahan 1
0,9 Perampokan
1 0,9
Pembunuhan 2
1,9
Jumlah 12
11,8
e. Gangguan Kenyamanan
Kenyamanan menurun 9
8,9 Suka memaksa
2 1,9
Kebiasaan mabuk yang meresahkan
8 7,9
Temperamental 3
2,9
Jumlah 22
21,7
f. Melanggar Peraturan Umum
melanggar peraturan lalulintas
8 7,9
Jumlah 8
7,9
2 Kesehatan
Aborsi 1
0,9
Jumlah 1
0,9
3 Kerugian Materi
Pengrusakan 1
0,9 Vandalisme
1 0,9
Jumlah 2
1,9
4 Kekuatan
Kelompok
a. Kekuasaan Kurang leluasa mendapat
hak 1
0,9
Jumlah 1
0,9
Dari tabel hasil di atas akan diuraikan hasil dari masing-masing sub- kategori yang tergolong bentuk-bentuk ancaman realistik.
a. Keamanan
Pada penelitian ini ditemukan bentuk-bentuk ancaman realistik dari segi keamanan merupakan anggapan paling dominan yang dirasakan
masyarakat Yogyakarta atas kehadiran kelompok Papua di antaranya kerusuhan, konflik, kekerasan dan kriminalitas.
1 Kerusuhan
Pada penelitian ini ditemukan kerusuhan 10,8 merupakan bentuk ancaman yang dirasa masyarakat Yogyakarta dari kehadiran
kelompok Papua. Mereka terkenal dengan tingkat emosiamarah yang
tinggi sehingga bisa saja terjadi kerusuhan. P.10 Biasanya mereka menimbulkan kerusuhan dan hal-hal
yang tidak diinginkan. P.93
Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dianggap dapat membawa kerusuhan bagi lingkungan Yogyakarta. Kondisi emosi
kelompok Papua dianggap dapat menjadi pemicu kerusuhan yang berdampak pada keamanan Yogyakarta. Masyarakat di Yogyakarta
merasa kehadiran kelompok Papua merupakan ancaman nyata yang dapat membawa kerusuhan dan menurunkan keamanan di lingkungan
Yogyakarta. 2
Konflik Ditemukan pula masyarakat Yogyakarta dirasa kehadiran
kelompok Papua dianggap dapat membawa konflik 16,8 yang mengancam keamanan Yogyakarta.
Bentrok antara warga sekitar dan orang Papua karena perbedaan budaya. P.3
Rawan terjadinya bentrok karena kesalahpahaman, terkadang mereka terpicu untuk melakukan aksi brutal.
P.13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Apabila ada konflik yang menyangkut antara orang Papua dengan masyarakat lokal, kecenderungannya mereka
akan menyelesaikannya dengan anarkis. P.29 Perbedaan budaya dan temperamental dipandang pemicu
konflik antara kelompok Papua dengan warga lokal di Yogyakarta. Perspektif ini membuat masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran
kelompok Papua mengancam keamanan Yogyakarta. 3
Kekerasan Kekerasan merujuk pada tindakan menyakiti atau penyiksaan
terhadap suatu individu atau kelompok yang menyerang fisik dan bisa berakibat fatal. Pada penelitian ini ditemukan kehadiran kelompok
Papua dirasa berkaitan dengan sikap menyakiti 14,85 terhadap kelompok masyarakat Yogyakarta.
Menurut saya, ancaman yang bisa muncul adalah meningkatnya jumlah kekerasan, khususnya pada anggota
polisi yang sedang bertugas di jalan. P.72 Ancaman kekerasan yang bisa dilakukan orang Papua.
P.87
4 Kriminalitas
Secara umum kriminalitas dimaksudkan pada tindakan kejahatan, pelanggaran hukum, dan perilaku-perilaku menyimpang
lainnya secara hukum. Pada penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua
berpotensi pada tindakan kriminalitas 11,8 sehingga membuat kelompok masyarakat Yogyakarta merasa terancam keamanannya.
Ada juga yang memberi ancaman, karena komplotan preman di Indonesia rata-rata dikuasai orang timur. P.10
Mungkin seperti tawuran, pembegalan, penjarahan, dan hal-hal kriminal lainnya. P.19
Preman bertambah, kriminalitas meningkat. P.21 Menurut saya, ancaman yang muncul adalah kriminalitas
yang semakin meningkat. P.24 Berbagai
jawaban kriminalitas
seperti pembegalan,
premanisme dan tindakan kriminalitas lainnya membuat masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua ialah ancaman nyata
yang menyerang keamanan Yogyakarta. 5
Gangguan Kenyamanan
Kenyamanan merupakan salah satu aspek dari keamanan. Kenyamanan merujuk pada ketentraman dan bebas dari rasa takut.
Bagi masyarakat Yogyakarta kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa dapat mengganggu kenyamanan 21,7.
Ketidaknyamanan yang dirasakan karena beberapa orang Papua terkadang suka memaksakan kehendak bahkan
ketika orang lain sudah menolak dengan halus. P.11 Kebiasaan mabuk mereka yang sering kali meresahkan
warga Yogyakarta. P.18 Merasa tidak nyaman. Mengubah situasi di sekitar
lingkungan. P.71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Masyarakat Yogyakarta merasa sikap kelompok Papua yang suka memaksa dan kebiasaan mabuk dapat menimbulkan menurunnya
kenyamanan di kota Yogyakarta. 6
Mengancam Ketertiban Umum Ketertiban umum berwewenang untuk menjaga keteraturan
demi keamanan dan keselamatan massa. Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa mengacaukan ketertiban umum 7,9 sebab
sering melakukan tidak taat aturan dan melakukan pelanggaran. Ngebut-ngebutan di jalan dan mengendarai motor tanpa
mengenakan helm. Marah-marah di jalan dan kadang memberikan tatapan tajam. P.22
Semena-mena di jalan, tidak pakai helm, melanggar lalu lintas, dll. P.39
Nglanggar lalu lintas tapi gamau kena sanksi. P.73 Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa dapat
menjadi ancaman ketertiban umum khususnya lalulintas di Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta merasa kelompok Papua sering
melanggar peraturan lalulintas seperti tidak memakai helm saat berkendara dan berkendara melebihi kapasitas. Kekhawatiran
masyarakat Yogyakarta terhadap sikap ini membuat masyarakat merasa kehadiran kelompok Papua mengancam nilai-nilai ketertiban
umum yang ada di Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Kesehatan
Ancaman realistik berikutnya ialah kesehatan. Kesehatan digolongkan ancaman realistik sebab individu atau kelompok merasa
berelasi dengan individu atau kelompok lain dapat mengancam kesehatan individu atau kelompok tersebut sehingga dapat
menurunkan produktifitas mereka maka, kehadiran kelompok lain bisa berpotensi ancaman. Penelitian menemukan kehadiran kelompok
Papua dianggap dapat membawa dampak buruk pada kesehatan 0,9 masyarakat di Yogyakarta.
Kemungkinan peningkatan jumlah aborsi akibat seks bebas di Yogyakarta. P.4
Pernyataan di atas merupakan satu-satunya bentuk ancaman realistik yang dirasa menyerang kesehatan. Pendapat tersebut
menganggap perilaku seks bebas yang dilakukan kelompok Papua akan meningkatkan jumlah aborsi di Yogyakarta sehingga kehadiran
kelompok Papua akan membawa ancaman bagi kesehatan masyarakat Yogyakarta.
c. Kerugian Materi
Kerugian materi berarti tidak mendapat manfaat atau kehilangan sesuatu yang berharga. Pada penelitian ini ditemukan
kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa dapat membawa
kerusakan 1,9 lingkungan dan fasilitas di Yogyakarta.
Kehadiran mereka kelompok Papua bisa membawa perusakan atau vandalism. P.40
Terjadinya pengrusakan. P.70
d. Kekuatan Kelompok
Kekuatan kelompok merujuk pada kekuasaan, daya, kekuatan yang menempatkan derajat kelompok dalam sosialnya. Pada penelitian
ini ditemukan pendapat bahwa kehadiran kelompok Papua dianggap berpotensi mengancam kekuatan kelompok khusunya kekuasaan
0,9 kelompok masyarakat Yogyakarta di Yogyakarta sendiri. Kehadiran mereka Papua membuat kurang leluasa
mendapatkan hak kenyamanan. P.23
Masyarakat Yogyakarta merasa bahwa kehadiran kelompok Papua dapat mengancam hak-hak warga lokal, seperti hak
kenyamanan. Kelompok Papua dianggap membuat masyarakat Yogyakarta kurang leluasa di daerahnya sendiri sehingga mereka
dirasa mengancam hak warga lokal.
2. Ancaman Simbolik
Selain anggapan ancaman realistik yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kelompok Papua, ancaman simbolik juga ditemukan
dalam penelitian ini dengan persentase sebesar 11,8. Berikut ini tabel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ancaman simbolik yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua.
Tabel 11 Ancaman Simbolik
No. Kategori
Uraian Referensi
1 Nilai-nilai
a. Perilaku yang tidak sesuai
budaya lokal seme-mena di jalan
2 1,9
berbicara tidak sopan 2
1,9 menolak sanksi
1 0,9
melakukan kegiatan yang tidak baik, semenah-menah
1 0,9
seks bebas 1
0,9
Jumlah 7
6,9
b. Perbedaan nilai
pertentangan nilai antar etnissuku
1 0,9
Jumlah 1
0,9
2 Harga Diri
a. Direndahkan meremehkan
1 0,9
merendahkan orang Jawa 1
0,9
Jumlah 2
1,9
b. Diskriminasi rasis sebab hanya bergaul
sesama kelompok, diskriminasi ras
2 1,9
Jumlah 2
1,9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil analisis isi ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dianggap oleh masyarakat Yogyakarta
mengancam nilai-nilai dan harga diri masyarakat Yogyakarta.
a. Nilai-nilai
Ancaman simbolis merupakan bentuk ancaman yang dirasa menyerang nilai-nilai yang diyakini kelompok. Kehadiran kelompok
Papua di Yogyakarta dirasa sebagai ancaman yang dapat mengganggu atau mengusik nilai-nilai yang telah diyakini kelompok masyarakat di
Yogyakarta. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua dirasa memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan budaya
Yogyakarta dan adanya perbedaan nilai-nilai yang berujung pada pertentangan.
1 Perilaku yang Tidak Sesuai Budaya Lokal
Kehadiran kelompok Papua dianggap oleh masyarakat Yogyakarta dapat membawa ancaman yaitu perilaku kelompok
Papua tidak sesuai dengan budaya lokal 6,9. Berbicara yang tidak sopan. P.25
Mereka akan berbicara nyolot. P.36 Suka teriak-teriak. P.75
Kelompok masyarakat Yogyakarta memandang kelompok
Papua memiliki etika buruk dalam bertindak-tanduk misalnya cara bicara orang Papua dirasa nyolot dterkesan teriak-teriak. Sikap ini
membuat masyarakat Yogyakarta merasa kehadian kelompok Papua dapat mengancam nilai-nilai kesopanan di Yogyakarta.
Selain itu, kelompok Papua juga dianggap melakukan perilaku seks bebas yang dirasa bertolak belakang dengan nilai yang
diayomi masyarakat Yogyakarta. Pendapat-pendapat ini membuat masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua akan
mengancam nilai-nilai tindak-tanduk yang berlaku di Yogyakarta.
2 Perbedaan Nilai
Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta dirasa membawa perbedaan-perbedaan nilai yang dapat membawa
pertentangan antar etnis 0,9 di Yogyakarta. Kehadiran mereka dapat membuat pertentangan antar etnis.
P.75
Masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua akan mengancam nilai-nilai yang diayomi masyarakat Yogyakarta.
b. Harga Diri
Pada penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua dianggap dapat menjadi ancaman oleh masyarakat di Yogyakarta sebab
kelompok Papua dirasa tidak menaruh rasa hormat pada masyarakat lokal dan melakukan diskriminasi.
1 Direndahkan
Pada penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran kelompok Papua dianggap dapat menjadi ancaman bagi kehormatan masyarakat
di Yogyakarta sebab kelompok Papua dianggap merendahkan masyarakat lokal 1,9.
Karena orang Jawa dikenal lembut, mereka juga cenderung semena-mena dan meremehkan
.P.1
Merendahkan atau menganggap remeh orang Jawa karena orang Jawa mereka anggap lemah. P.12
Masyarakat di Yogyakarta merasa kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta menjatuhkan harga diri mereka sebab kelompok Papua bersikap
semena-mena dan tidak menaruh hormat pada masyarakat lokal. Kelompok Papua dianggap memanfaatkan sikap lembut dan kalem masyarakat suku
Jawa di Yogyakarta dengan bersikap meremehkan. Hal tersebut membuat masyarakat Yogyakarta merasa terancam harga dirinya atas kehadiran
kelompok Papua di Yogyakarta.
2
Diskriminasi
Pada penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat Yogyakarta merasa didiskriminasi 1,9 oleh kelompok Papua.
Rasis karena mereka hanya mau bergaul dengan sesama rasnya. P.21
Mereka diskriminasi pada orang Jawa. P.24
Pernyataan di atas menunjukkan pendapat bahwa kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta justru menjadi ancaman sebab
kelompok Papua dianggap tidak ingin bergaul dengan kelompok lain di luar kelompoknya. Hal ini membuat masyarakat Yogyakarta merasa
ditolak dan diturunkan harga dirinya.
D. Pembahasan
Berdasarkan Intergroup Threat Theory terdapat dua bentuk ancaman antar kelompok yaitu bentuk ancaman simbolik dan bentuk ancaman realistik.
Bentuk ancaman simbolik ialah bentuk-bentuk ancaman yang dirasa menyerang nilai-nilai, simbol, kepercayaan, ideologi, harga diri atau
pandangan kelompok. Sedangkan bentuk ancaman realistik merupakan bentuk-bentuk ancaman nyata yang dirasa menyerang sumber daya,
kesehatan, keamanan, ekonomi dan materi Stephan, Ybarra Morrison, 2011. Ancaman terjadi ketika tindakan, keyakinan atau karakteristik sebuah
kelompok menentang tujuan atau kesejahteraan kelompok lain Riek, Mania, Gaertner, 2006. Pada penelitian ini ditemukan indikasi perasaan terancam
yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua didominasi bentuk ancaman realistik dibandingkan bentuk ancaman simbolik.
Temuan penelitian berupa bentuk ancaman yang dirasa menyerang keamanan, kesehatan, materi dan kekuasaan. Masyarakat Yogyakarta merasa kehadiran
kelompok Papua dapat mengancam keamanan sebab membahayakan lingkungan sekitar, memicu kerusuhan dan mengganggu kenyamanan kota
Yogyakarta. Pada penelitian lain ditemukan ancaman realistik berkaitan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kerugian materi di mana kehadiran kelompok lain atau imigran dapat menjadi pesaing dalam memperebutkan sumber-sumber daya di lingkungan
setempat misalnya lapangan kerja dan sumber daya alam Zarate, Garcia, Garza, Hitlan, 2003. Walaupun berada dalam lingkup penelitian ancaman
antar kelompok, ditemukan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian ancaman antar kelompok lainnya yaitu bentuk ancaman realistik yang
dirasakan warga lokal dari kehadiran imigran rupanya berkaitan juga dengan keamanan dan kenyamanan setempat. Ancaman realistik dalam Intergroup
Threat Theory merujuk pada ancaman yang menyerang materi dan fisik Stephan, Ybarra Morrison, 2011, namun penelitian ini menemukan bahwa
ancaman realistik juga dapat berbentuk non-fisik yaitu gangguan kenyamanan atau rasa nyaman.
Dari analisis di atas dapat diinterpretasi bahwa perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta diduga muncul dari beberapa faktor dan
memiliki akibat Stephan, Ybarra Morrison, 2011. Perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua disebabkan
oleh beberapa faktor di antaranya faktor hubungan antar kelompok, faktor dimensi budaya kolektivis, faktor situasional dan perbedaan individu
Stephan, Ybarra, Morrison, 2007. Hubungan masyarakat Yogyakarta dengan kelompok Papua menyebabkan gesekan sosial. Masyarakat
Yogyakarta merasa kelompok Papua mempertahankan kebiasaan-kebiasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan nilai-nilai mereka ke Yogyakarta sehingga menyebabkan perbedaan dan pertentangan dengan warga lokal. Menurut Crisp, Stone dan Hall 2006
pertentangan dan perbedaan nilai antara warga lokal dan pendatang membuat kehadiran pendatang dirasa dapat menjadi ancaman. Hal ini seperti yang
terjadi pada masyarakat Yogyakarta terhadap kehadiran kelompok Papua. Dari temuan penelitian diketahui bahwa masyarakat Yogyakarta merasa
kelompok Papua membawa kebiasaan buruk mereka ke Yogyakarta seperti kebiasaan mabuk-mabukan, berbicara teriak-teriak dan semena-mena di jalan.
Kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta menambah kemungkinan terjadinya perasaan terancam bagi masyarakat Yogyakarta. Kondisi dimensi
budaya kolektivis pada masyarakat Yogyakarta menyebabkan perilaku kepatuhan, konformitas dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, sehingga
bila terdapat anggota kelompok yang terganggu maka anggota lain juga demikian Topalova, 1997; Stephan, Ybarra Morrison, 2007. Hal ini
menambah potensi munculnya perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua.
Hubungan antar masyarakat Yogyakarta dan kelompok Papua ditambah dimensi budaya kolektif yang melekat pada kedua kelompok menyebabkan
masyarakat Yogyakarta merasa waspada akan kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Keadaan ini dapat menjadi lebih buruk bila situasi di sekitar
kedua kelompok tidak kondusif, misalnya terdapat kejadian, insiden atau isu- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
isu negatif yang menyebar antar kedua kelompok menyebabkan keduanya menjadi lebih waspada satu sama lain Stephan, Ybarra Morrison, 2007.
Faktor situasional yang tidak kondusif dapat mengakibatkan masyarakat Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap pendatang-
pendatang di Yogyakarta termasuk kelompok Papua. Selain faktor hubungan antar kelompok, dimensi budaya dan faktor
situasional diketahui faktor individual juga berperan dalam pembentukan persepsi
ancaman Stephan,
dkk., 2009.
Individu yang
fokus mengidentifikasi secara in-group akan lebih rentan mengalami perasaan
terancam. Hal ini dikarenakan identifikasi yang berfokus di dalam kelompok membuat pandangan luar kelompok menjadi terbatas, akhirnya individu
menjadi lebih mudah merasa terancam Stephan, dkk., 2009. Faktor ini dapat muncul dan menambah potensi perasaan terancam pada masyarakat
Yogyakarta bila
terlalu fokus
dalam kelompoknya,
dan kurang
mengidentifikasi kehadiran kehadiran kelompok Papua. Berdasarkan Intergroup Threat Theory bentuk-bentuk ancaman yang
dirasakan suatu kelompok memunculkan dampak yang berbeda-beda Cursue, dkk., 2007; Morrison Ybarra, 2008; Stephan, dkk., 2009. Tema-tema
ancaman realistik dalam temuan menunjukkan masyarakat Yogyakarta merasa tidak nyaman dan tidak aman dari kehadiran kelompok Papua. Kehadiran
kelompok Papua dianggap oleh masyarakat Yogyakarta sebagai ancaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang menyerang keamanan warga lokal karena sering menimbulkan kerusuhan dan konflik yang berdampak buruk pada fasilitas umum dan warga
di sekitarnya. Temuan penelitian juga menunjukkan masyarakat Yogyakarta merasa tidak nyaman bila berada di sekitar kelompok Papua. Kedua tema ini
menjadi temuan menarik yang menunjukkan bentuk ancaman yang dirasakan masyarakat
Yogyakarta yaitu
kehadiran kelompok
Papua dapat
membahayakan secara fisik dan mengganggu kenyamanan mereka. Berawal dari perasaan terancam yang dirasakan suatu kelompok terhadap kelompok
lain maka, akan memunculkan dampak yang berbentuk respons-respons baik secara kognitif, emosional maupun perilaku Stephan, Ybarra Morrison,
2007. Dari sudut pandang kognitif, masyarakat Yogyakarta yang merasa di
bawah ancaman akan mengalami perubahan persepsi pada luar kelompok yang mengakibatkan munculnya stereotip, etnosentris atau bias kognitif.
Respons kognitif berhubungan dengan respon emosional di mana kelompok yang merasa terancam akan memunculkan emosi-emosi negatif seperti benci,
takut, marah dan jijik terhadap kelompok yang dirasa mengancam. Hasilnya, respons kognitif dan respons emosional akan mempengaruhi terbentuknya
perilaku kelompok Leach, dkk., 2003; Stephan, Ybarra Morrison, 2007; Stephan, dkk., 2009; . Pada penelitian ini diketahui tema ancaman yang
dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuk ancaman yang dirasa menyerang keamanan dan mengganggu kenyamanan. Bentuk ancaman seperti ini relatif memunculkan respons takut
dan waspada. Masyarakat Yogyakarta menjadi takut dan waspada sebab tidak ingin disakiti atau diganggu oleh kelompok Papua. Hasilnya, masyarakat
Yogyakarta akan membentuk perilaku menghindari dan menolak berelasi dengan kelompok Papua.
Penelitian ini merupakan studi sosial yang ingin menjelaskan ancaman yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua.
Penelitian ini berusaha menjelaskan kondisi-kondisi yang melekat pada kedua kelompok dapat menjadi faktor penyebab munculnya persepsi terancam.
Ancaman yang dirasakan salah satu atau kedua kelompok dapat berwujud ancaman realistis maupun simbolik dan membawa dampak negatif bagi
masing-masing kelompok baik secara kognitif, emosional maupun perilaku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil temuan dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang dianggap
ancaman oleh masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua di Yogyakarta. Beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bentuk ancaman realistik
berwujud fisik materi yaitu perebutan sumber daya atau lapangan kerja. Pada penelitian ini ditemukan bentuk ancaman realistik dapat berupa non-
fisik di mana kelompok yang merasa terancam dapat merasa tidak aman dan terganggu kenyamanannya bila berada di sekitar kelompok lain.
2. Perasaan terancam antar kelompok disebabkan oleh beberapa faktor. Hasil
analisis pada penelitian ini ditemukan faktor hubungan antar kelompok dan dimensi budaya kolektif menjadi anteseden perasaan terancam
masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua. Diketahui juga faktor situasional dan faktor perbedaan individu dapat berpotensi
memperburuk perasaan terancam yang dirasakan masyarakat Yogyakarta dari kehadiran kelompok Papua.
3. Dampak dari perasaan terancam menyebabkan masyarakat Yogyakarta
memiliki stereotip buruk pada kelompok Papua, disertai dengan perasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
benci dan takut serta memunculkan perilaku intimidasi, penghindaran atau penolakan terhadap kelompok Papua di Yogyakarta.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, khususnya dalam pengumpulan data dan angket yang dipakai.
1. Penelitian ini kurang merepresentasikan opini masyarakat Yogyakarta
tentang ancaman dari kelompok Papua secara optimal sebab populasi yang digunakan cenderung homogen sehingga variasi jawaban kurang
eksploratif dan representatif. 2.
Instrumen penelitian dirasa terlalu terbuka dan kurang spesifik menggali aspek-aspek yang perlu diteliti. Hasilnya, data yang diperoleh terlalu luas
cakupannya dan hanya memenuhi aspek tertentu saja. Padahal penggunaan aspek-aspek pendukung dapat memudahkan peneliti untuk
melakukan analisis kelak.
C. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian sosial dan budaya merupakan penelitian yang sangat eksploratif dan tidak terikat, maka diharapkan penelitian selanjutnya
mampu menjelaskan dinamika ancaman antar kelompok dengan jumlah partisipan yang memadai.
2. Bagi Pemerhati Sosial Psikolog Sosial atau Sosiolog
Pemerhati sosial perlu mencermati bahwa sikap-sikap negatif yang ada di kalangan masyarakat merupakan prediktor dari perasaan
terancam sehingga para pemerhatipraktisi sosial perlu memerhatikan konsep dinamika ancaman antar kelompok ini. Pemerhatipraktisi
sosial tidak melulu mengupas dan meninjau konflik sosial yang terjadi di sekitar, tetapi dapat memahami konsep penyebab munculnya
konflik dan dampak sosial yang akan muncul sehingga dapat memberikan evalausi dan penanganan yang tepat serta mencegah
terjadinya gesekan sosial lainnya.
3. Bagi Masyarakat Yogyakarta
Temuan penelitian ini berusaha menjelaskan hubungan yang muncul antar kedua kelompok dan dampak dari hubungan tersebut.
Diharapkan masyarakat Yogyakarta bisa memahami dan menyadari fenomena sosial di sekitarnya sehinga dapat bersikap lebih bijak dan
terhindar dari sikap-sikap negatif antar kelompok.
4. Bagi Kelompok Papua di Yogyakarta
Temuan dan hasil diskusi penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Yogyakarta menganggap kehadiran kelompok Papua di
Yogyakarta dapat membawa ancaman keamanan dan gangguan kenyamanan sehingga persepsi ini yang membuat masyarakat
Yogyakarta bersikap negatif dengan kelompok Papua. Dari penemuan tersebut diharapkan kelompok Papua dapat lebih menghargai nilai-
nilai budaya lokal dan menjaga hubungan dengan warga lokal agar terhindar dari persepsi ancaman antar kelompok. Dengan demikian,
sikap-sikap negatif yang dialami kelompok Papua dapat terhindarkan dan dapat tercipta kedamaian antar masyarakat lokal dengan
pendatang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Artharini. 2016. Mahasiswa Papua di Yogyakarta ‘Belum Merasa Aman’. Diunduh dari:http:www.bbc.comindonesiaberita_indonesia201607160718_indone
sia_papua_yogya. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. Asril. 2016. Ramos Horta: Papua Tak Ingin Lepas. Diunduh dari
http:nasional.kompas.comread2016050806060041Ramos.Horta.Papua.T ak.Ingin.Lepas. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
Bornstein. 2003. Intergroup Conflict: Individual, Group, and Collective Interests. Personality and Social Psychology Review, 7, 2, 129
– 145. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Branscombe, N R., Spears, R., Ellemers, N., Doosje, B. 2002, June. Intragroup and Intergroup Evaluation Effect on Group Behavior. Personality and Social
Psychology Bulletin, 28, 6, 744 – 753. DOI: 10.11770146167202289004
Central Intelligence
Agency World
Factbook. 2015.
Diunduh dari:
https:www.cia.govlibrarypublicationsthe-world-factbookgeosid.html diakses pada tanggal 10 September 2016.
Cavanagh, S. 1997. Content Analysis: Concepts, Methods, and Applications. Nurse Res, 4, 3, 5
– 16. DOI: 10.7748nr.4.3.5.s2. Chauvel Bhakti. 2004.
The Papua Conflict: Jakarta’s Perception and Policies. East-West Center: Washington.
Cursue, Stoop, Schalk. 2007. Prejudice toward immigrant workers among Dutch employees: Integrated threat theory revisited. European Journal of Social
Psychology, 37, 125 – 140. Wiley Inter Science. DOI: 10.1002ejsp.331.