AKSES TERHADAP PEMUKIMAN PEMILIH

4. AKSES TERHADAP PEMUKIMAN PEMILIH

Kesulitan yang dialami oleh PPDP dalam melakukan proses coklit tidak sedikit, salah satunya adalah akses PPDP kepada pemilih yang sangat sulit khususnya di pemukiman elit seperti apartemen, kompleks mewah, dan rumah susun di kota­kota besar. Kesulitan untuk bertemu dengan pemilih yang tinggal di apartemen dan komplek mewah/ ekslusif tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas daftar pemilih yang dimutakhirkan dan disusun.

Jika PPDP tidak bisa bertemu dengan pemilih atau anggota keluarganya maka potensi pemilih yang tidak terdaftar di DPT dan potensi pemilih yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih tetap terdaftar di DPT semakin tinggi. Pemilih yang belum terdaftar pada Daftar Pemilih (Model A­KWK) akan tetap tidak terdaftar di DPS dan DPT karena petugas tidak memiliki data siapa saja yang belum terdaftar. Demikian pula sebaliknya, pemilih yang sudah meninggal dunia, telah pindah domisili, pemilih yang telah menjadi anggota TNI/ Polri dan sebagainya, tetap akan masuk dalam DPT karena PPDP tidak dapat membuktikan bahwa pemilih­pemilih sudah tidak lagi memenuhi syarat.

Contoh yang paling mudah akibat sulitnya akses petugas terhadap pemilih yang tinggal di apartemen atau perumahan mewah adalah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada putaran I. Pada hari pemungutan suara tanggal 15 Februari 2017 yang lalu 237.003 pemilih yang terdaftar pada Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Artinya 237.003 pemilih tersebut merasa tidak terdaftar di DPT, sehingga mereka datang ke TPS menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan KTP Elektronik atau Surat Keterangan dari Disdukcapil. Berita yang berkembang di media sosial dan media massa masih terdapat ribuan pemilih DKI yang tidak bisa menggunakan hak suaranya karena belum terdaftar di DPT dan kehabisan surat suara.

Sebenarnya, tidak semua pemilih yang terdaftar pada DPTb pada Pilgub DKI Jakarta Putaran I dan beberapa daerah lainnya adalah pemilih yang belum terdaftar di DPT. Tidak sedikit dari pemilih DPTb ini telah terdaftar di DPT, namun karena petugas TPS yang kurang memahami jenis­jenis pemilih secara baik dan benar sehingga pengadministrasian

Pemilu Jurnal & Demokrasi

pemilih pada hari pemungutan suara tidak maksimal. Kasus yang banyak terjadi adalah pemilih yang sebenarnya telah terdaftar di DPT, namun ketika pemungutan suara pemilih tidak membawa surat pemberitahuan atau C6 hanya membawa KTP Elektronik, oleh petugas pemilih tersebut langsung dicatat dalam DPKTb tanpa memeriksa terlebih dahulu di DPT .

agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi 5. TEKNIS PENYELENGGARA

Dalam melaksanakan tahapan penyusunan dan pendaftaran pemilih, KPU menghadapi beberapa kendala teknis yang menyebabkan kualitas daftar pemilih tidak optimal. Kendala­kendala teknis tersebut ada yang disebabkan dari dalam organisasi kelembagaan KPU sebagai penyelenggara dan ada juga kendala teknis yang berasal dari luar kelembagaan KPU. Kendala­kendala teknis tersebut antara lain:

syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun

a. Terbatasnya waktu dalam proses penyusunan daftar pemilih khususnya proses pencocokan dan penelitian (coklit) dan penyusunan DPS oleh PPS. Sesuai dengan UU No 10/2016, masa coklit oleh PPDP dibatasi 30 hari, sedangkan PPS hanya diberi waktu paling lama maksimal 7 hari. Padahal dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, PPDP memiliki waktu 60 hari untuk coklit dan PPS memiliki waktu 30 hari untuk menyusun DPS.

b. Pemilih yang tinggal di daerah sengketa wilayah administrasi. Beberapa daerah yang memiliki daerah sengketa antar wilayah cukup merepotkan KPU Kab/Kota untuk mencatat mereka dalam DPT. Beberapa contoh wilayah yang mengalami sengketa antar wilayah antara lain di Lampung dan di Maluku Barat Daya.

c. Kualitas SDM khususnya PPS. Untuk penyusunan daftar pemilih dibutuhkan anggota PPS yang dapat mengoperasionalkan komputer (MS Excel). Pada kenyataannya KPU kekurangan anggota PPS yang mampu mengoperasionalkan komputer khususnya di Indonesia bagian timur.

d. Infrastruktur jaringan dan listrik di daerah (khususnya di luar P. Jawa). Beberapa daerah di Indonesia bagian timur (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT, dan sebagian di Kalimantan) jaringan listrik dan jaringan internet menjadi kendala dalam

EVALUASI DAFTAR PEMILIH TETAP: UPAYA DAN KENDALA PENYUSUNAN DPT PILKADA 2017

penyusunan daftar pemilih berbasis teknologi.

e. Ketidaktaatan petugas Pantarlih dalam melaksanakan pemutakhiran daftar pemilih. Tidak sedikit Pantarlih yang tidak melakukan pemutakhiran data pemilih dengan mendatangi rumah warga secara langsung. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari stiker pemutakhiran data pemilih yang tidak terlihat di rumah­ rumah warga