Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.

2.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.

Malayu S. Hasibuan (2001 : 203) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : • Balas jasa yang adil dan layak • Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian • Berat ringannya pekerjaan • Suasana dan lingkungan pekerjaan • Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan • Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya • Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Menurut Stephens P. Robbins (1996 : 181) bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh:

• Kerja yang secara mental menantang • Ganjaran yang pantas • Kondisi kerja yang mendukung • Rekan sekerja yang mendukung

• Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Kerja yang secara mental menantang dan dapat diartikan adanya inovasi-

inovasi baru sehingga tidak monoton, penghasilan atau kompensasi yang sesuai dengan harapan pegawai dengan standar yang ada, iklim pekerjaan yang kondusif untuk berlangsungnya pekerjaan dan adanya relevansi kepribadian yang berarti kesesuaian motivasi, persepsi dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Indikator kepuasan atau ketidakpuasan kerja pegawai dapat diperlihatkan oleh beberapa aspek diantaranya :

• Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran. • Perasaan senang atau tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan. • Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan. • Suka atau tidak suka dengan jabatan yang dipegangnya. • Sikap menolak pekerjaan atau menerima dengan penuh tanggung

jawab. • Tingkat motivasi para pegawai yang tercermin dalam perilaku pekerjaan. • Reaksi positif atau negatif terhadap kebijakan organisasi.

• Unjuk rasa atau perilaku destruktif lainnya. Berkenaan dengan masalah kepuasan kerja pegawai tersebut, sebenarnya

banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan pegawai dalam pekerjaannya diantaranya adalah sistem imbalan yang dianggap tidak adil menurut persepsi pegawai. Karena setiap pegawai akan selalu membandingkan antara rasio hasil dengan input dirinya terhadap rasio hasil dengan input orang lain. Perlakuan yang tidak sama baik dalam reward maupun punishment merupakan sumber kepuasan atau ketidakpuasan pegawai. Di samping sistem imbalan, faktor lain yang berpengaruh terhadap ketidakpuasan kerja adalah sistem karir yang tidak jelas juga merupakan sumber ketidakpuasan pekerjaan. Tidak adanya penghargaan atas pengalaman dan keahlian serta promosi yang tidak dirancang dengan benar dapat menimbulkan sikap apatis dalam bekerja serta tidak memberikan harapan yang lebih baik di masa depan.

Meningkatkan kepuasan kerja pada setiap individu bawahan sangat penting karena dengan tugas pokok yang diemban sesuai peraturan yang ada, anggota BRIMOB dihadapi pada situasi yang dapat dikatakan cukup membosankan dibanding fungsi kepolisian lainnya. Kegiatan-kegiatan yang bersifat latihan untuk pemeliharaan kemampuan yang harus tetap dibina kadang membuat situasi dan suasana kerja menjadi sangat membosankan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan tugas-tugas BRIMOB yang memang tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat. Di saat situasi keamanan dan ketertiban masyarakat belum di kategorikan darurat dengan tingkat eskalasi gangguan dan ancaman yang tinggi, atau tidak ada permintaan dari satuan wilayah untuk mem- back up perkuatan, maka BRIMOB hanya memiliki kewajiban untuk selalu membina kemampuan dan keterampilannya, baik perorangan maupun kesatuan dengan latihan kemampuan di markas masing-masing. Hal lain yang dirasa cukup membuat berat beban secara psikologis para anggota BRIMOB adalah ketika harus dihadapkan pada kenyataan bahwa penghasilan mereka yang hanya mengandalkan gaji, tidak seperti rekan mereka yang bertugas di dinas umum.

Kepuasan kerja anggota BRIMOB juga menjadi penting karena selain telah disebutkan diatas, pada era reformasi menuju demokratisasi ini, Polri dituntut untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta sebagai penegak hukum yang humanis dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan sebenar-benarnya. Demikian pula pada Satuan BRIMOB, dengan motto pengabdian Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan yang mengandung makna bahwa setiap tugas yang diemban BRIMOB adalah semata- mata demi kemanusiaan, membuat kepuasan kerja ini begitu sangat diperlukan untuk memberikan kontribusi positif bagi individu personel BRIMOB itu sendiri dan organisasi baik berupa menunjukkan kedisiplinan kerja, bertanggung jawab akan tugasnya dalam mendukung organisasi sehingga dalam setiap pelaksanaan tugasnya yang mengandung penuh resiko dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat yang diayominya.

Kepuasan yang bermakna keselarasan yang tinggi antara seorang atasan dan karyawan seperti pada persepsi tentang pekerjaan karyawan, menunjukkan suatu hubungan yang berarti dengan kepuasan karyawan yang tinggi. Karena jika Kepuasan yang bermakna keselarasan yang tinggi antara seorang atasan dan karyawan seperti pada persepsi tentang pekerjaan karyawan, menunjukkan suatu hubungan yang berarti dengan kepuasan karyawan yang tinggi. Karena jika

Elliot (1973) dalam Bayley (1998 : 139) mengatakan bahwa, “Selama bertahun-tahun organisasi kepolisian dikritik karena gagal dalam mengembangkan keahlian managerial, yaitu orang-orang yang tidak dapat mengatur organisasi kompleks sebagai operasi lapangan yang harus kuat”. Polisi senior disebut “manajer yang malas” yang tidak mengantisipasi kebutuhan dan membentuk kembali organisasi mereka untuk mencapai tujuan-tujuan baru. Manajemen berperan menggerakkan dan mendayagunakan semua sumber-sumber dan faktor produksi untuk mewujudkan pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan secara optimal. Peran manajemen sumber daya manusia adalah memobilisasi peran para pemangku kepentingan (stakeholders) dan mengoptimalkan kontribusi mereka untuk mendukung perusahaan. Lama sebelum manajemen dipelajari secara ilmiah pada akhir abad ke-19 praktek manajemen sudah ada sejak dahulu kala. Pemerintah Yunani kuno, Roma juga Sriwijaya dan Majapahit, pembangunan tembok China, pyramid, Borobudur semua terlaksana dengan praktek manajemen. Dalam praktek manajemen kuno itu peran manusia sudah paling menentukan baik yang berperan sebagai ”kepala” atau ”pemimpin” maupun pelaksanaannya. (Djamin, 2010 : 10).

Membahas tentang organisasi BRIMOB, tentunya tidak lepas dari gaya kepemimpinan yang diterapkan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada kesatuan BRIMOB yang sangat beraneka ragam begitu kental dipengaruhi oleh situasi baik oleh faktor internal maupun eksternal.