Fath} Mis}r : Embrio Kajian Al-Qur’an di Mesir

1. Fath} Mis}r : Embrio Kajian Al-Qur’an di Mesir

Untuk melacak asal-asul kajian al-Qur’an dan ‘ulu> m al-Qur’a> n di Mesir tidak bisa dilepaskan dari kajian mengenai sejarah perluasan Islam ke

Mesir. Adalah Khalifah ‘Umar ibn al-Khat}t}a> b melalui ‘Amr ibn ‘A< s} melakukan pembebasan Mesir pada tahun 639 M. Saat itu, Mesir merupakan wilayah kekuasaan Bizantium dengan Iskandariyah sebagai ibu kotanya. Apa yang disebut fath} Mis}r (pembebasan Mesir) ini begitu mudah dilakukan, mengingat pemerintah pribumi turut mendukung misi pembebas dalam melawan otoritas Bizantium di Mesir saat itu. Ini ditambah dengan keyakinan warga pribumi bahwa orang Arab akan lebih toleran dan lebih ringan dalam membebankan pajak dibandingkan pemerintah Bizantium. Dukungan gubernur setempat yang beragama Koptik dan seluruh warga Mesir mampu menghalau upaya Bizantium untuk merebut kembali Mesir

yang telah dikuasai Arab. 37 Keberhasilan dalam melakukan pembebasan kota Mesir ini secara

perlahan juga diikuti dengan proses Arabisasi dan Islamisasi wilayahnya. Abdulla> h Khursyid al-Bari> menyebutkan bahwa masuknya orang Arab pada

37 Afaf Luthfi al-Sayyid Marsot A Short History of Modern Egypt, (Cambridge: Cambridge University Press, 1985), h. 1-2 37 Afaf Luthfi al-Sayyid Marsot A Short History of Modern Egypt, (Cambridge: Cambridge University Press, 1985), h. 1-2

agama sebagian besar orang Mesir. 38 Dalam proses Arabisasi dan Islamisasi itulah, Al-Qur’an menjadi ‘oleh-oleh’ terpenting yang dibawa orang tentara

Arab ke Mesir. Melalui para tentara Islam yang notabene adalah para sahabat Nabi

terkemuka itu, Islam dibawa dengan Al-Qur’an sebagai kitab pedomannya. Mereka tidak saja membawa Al-Qur’an dalam ingatan, melainkan juga ada yang membawa catatan-catatan yang tertulis pada kulit kayu, tulang

binatang, dedaunan dan semacamnya. 39 Di antara tentara tersebut yang juga pencatat Al-Qur’an adalah Abdulla> h ibn Sa’d ibn Abi> Sarah, ‘Uqbah ibn

‘A< mir, Abdulla> h ibn ‘Amr ibn ‘A< s}, Ghurfah ibn H{a> ris\ al-Kindi> , dan Wardan (budak ‘Amr). Mereka itulah yang menyebarkan Al-Qur’an di Mesir sebelum ‘mushaf resmi’ Utsman sampai dan tersebar di sana.

Meskipun demikian, bukan berarti di Mesir tidak terdapat catatan tertulis dari Al-Qur’an secara lengkap. Karena ternyata dari catatan sejarah telah ada sejumlah mushaf yang dimiliki para pencatat Al-Qur’an sepanjang masa sejak pembebasan Mesir hingga terbitnya ‘mushaf resmi’ yang disebar

38 Abdulla> h Khursyid al-Ba> ri> , A l-Qur’a> n wa ‘Ulu> muh fi> Mis}r [20 H-358 H], (Kairo: Da> r al-Ma’a> rif, 1969), h. 5; Lihat juga Mus}t}a> fa> al-Fa> qi> , Tajdi> d al-Fikr al-Qaumi> , (Kairo:

Al-Hay’ah al-Mis}riyyah al-‘Ammah li al-Kita> b, 1996), h. 43-44 39 Lihat al-Ba> ri> , A l-Qur’a> n, h. 13 catatan kaki no.1.

pada masa pemerintahan Us\ma> n ibn Affa> n. Mereka itu adalah Abd al- Rah}ma> n ibn Muljim al-Mura> di> (w. 40 H/660 M) dan Abdulla> h ibn Ma> lik (w.

77 H/696 M). Yang pertama oleh ‘Umar ibn al-Khat}t}ab diangkat secara resmi sebagai ‘pengajar Al-Qur’an dari Mesir’ (iqra> ’ al-Mis}riyyi> n al-Qur’a> n). Dua orang ini diduga memiliki mushaf Mu’az\ ibn Jabal yang diperoleh

ketika mereka berguru ke Mu’az\ di Yaman. 40 Selain itu adalah Mushaf ‘Uqbah ibn ‘A< mir (w. 58 H/677 M).

Sebagaimana sahabat yang memiliki keahlian dalam menulis untuk mencatat Al-Qur’an yang diterimanya, ‘Uqbah yang sempat menjadi mufti negara di Mesir pun memiliki catatan pribadi dari Al-Qur’an. Apa yang disebut dengan Mushaf ‘Uqbah ini merupakan wujud perhatian orang Mesir terhadap Al-Qur’an. Di samping itu, Abdullah (w. 65 H/684 M), putra ‘Amr ibn ‘As}— sang pembebas Mesir—juga memiliki catatan mengenai Al-Qur’an yang diterimanya langsung dari Nabi Muhammad Saw. Naskah mushaf Abdulla> h ibn ‘Amr ibn ‘A< s} berbeda dengan naskah yang dimiliki Ibn Mas’u> d dan Mushaf Us\ma> n, dan bahkan dengan mushaf yang berkembang di sana saat

itu (abad ke-2 H/abad ke-8 M). 41

Pencatat lainnya adalah Abdulla> h ibn ‘Abba> s (w. 68 H/687 M). Pada masa pemerintahan Us\ma> n, Ibn ‘Abba> s memasuki Mesir. Dalam kunjungannya ke Mesir itulah, naskah yang dimiliki Ibn ‘Abba> s juga

40 al-Ba> ri> , A l-Qur’a> n, h. 14 41 al-Ba> ri> , A l-Qur’a> n , h. 16 40 al-Ba> ri> , A l-Qur’a> n, h. 14 41 al-Ba> ri> , A l-Qur’a> n , h. 16

Islam disebar ke penduduk setempat, tidak terkecuali pengenalan Al-Qur’an dan pengkajiannya. Para sahabat itulah yang menjadi peletak ‘madzhab Mesir’ (madrasah Mis}r) dalam bidang keagamaan. 43

Selain itu, di samping sejumlah sahabat yang membawa mushaf masing-masing saat pembebasan Mesir, ada juga di antara mereka yang

sejumlah pembaca dan penghafal Al-Qur’an atau dikenal sebagai qurra> ’. Mereka itulah yang mengenalkan Al-Qur’an kepada masyarakat Mesir. Dengan demikian, pengenalan masyarakat Mesir terhadap Al-Qur’an terjadi sejak saat itu dan kian berkembang di masa kemudian.