Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi Energi dan Protein

F. Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi Energi dan Protein

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan mempunyai hubungan terhadap konsumsi energi dan protein suatu rumah tangga. Konsumsi energi dan protein akan berbeda pada proporsi pengeluaran yang berbeda pula. Dari hasil analisis hubungan korelasi dengan menggunakan program SPSS 16 antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 24. Hasil Analisis Korelasi Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan

dengan Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden di Kabupaten Sukoharjo Bulan Desember 2011

Uji Korelasi

Hasil Analisis Korelasi

Nilai Probabilitas

α Koefisien Korelasi

Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Energi

0,026

0,05

- 0,405 Proporsi Pengeluaran Pangan

dengan Konsumsi Protein

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 6) Hasil analisis pada Tabel 24 menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi dan protein adalah 0,026 dan 0,047. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi dan protein lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu 0,05 (α=0,05). Apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, artinya antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Korelasi antara proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi dan protein memiliki hubungan yang rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel

21, dimana nilai koefisien korelasi antara proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi sebesar -0,405, sedangkan untuk protein sebesar - 0,365. Hasil nilai yang negatif pada hubungan proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi dan protein ini menunjukan bahwa antara variabel

commit to user

pengeluaran pangan bertambah maka konsumsi energi dan protein akan berkurang begitu pula sebaliknya.

Tingkat proporsi pengeluaran pangan dapat menggambarkan kesejateraan suatu rumah tangga, dimana suatu rumah tangga memiliki tingkat pendapatan rendah, sedangkan proporsi pengeluaran pangan tinggi hal ini menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut rendah. Pendapatan rumah tangga yang rendah akan lebih memprioritaskan untuk konsumsi pangan tanpa memperdulikan kandungan zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Sehingga mengakibatkan konsumsi energi dan protein mereka rendah. Lain halnya dengan kelompok dengan tingkat pendapatan tinggi, semakin tinggi tingkat pendapatan suatu rumah tangga maka proporsi pengeluaran pangan rendah, kondisi ini menggambarkan kesejahteraan rumah tangga tersebut tinggi.

Hal ini sesuai dengan hukum Engel bahwa pendapatan seseorang sangat menentukan ketahanan pangan. Menurut Engel, proporsi pengeluaran pangan rumah tangga miskin lebih besar daripada proporsi pengeluaran pangan rumah tangga kaya. Proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total dapat dijadikan indikator langsung terhadap kesejahteraan rumah tangga (Deaton dan Muelbauer, dalam Ilham dan Sinaga, 2008).

G. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan suatu rumah tangga. Ketahanan pangan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, konsumsi, dan distribusi. Dalam penelitian ini ketahanan pangan hanya dilihat melalui konsumsi pangan, terutama pada konsumsi energi. Konsumsi pangan merupakan gambaran dari aspek ketersediaan dan kemampuan keluarga tersebut untuk membeli dan memperoleh pangan, sehingga konsumsi pangan merupakan variabel yang mudah digunakan sebagai indikator ketahanan pangan. selain konsumsi pangan berupa energi, variabel lain yang diamati untuk dijadikan indikator ketahanan pangan suatu rumah tangga adalah proporsi pengeluaran untuk pangan. Berikut merupakan

commit to user

Sukoharjo. Tabel 25. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Sukoharjo Menurut

Kategori Ketahanan Pangan

Kategori Ketahanan Pangan

Proporsi Pengeluaran

Pangan (%)

Tingkat Konsumsi Energi (%)

Jumlah RT

proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

proporsi pengeluaran pangan ≥60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi kurang ( ≤80% kecukupan energi)

proporsi pengeluaran pangan ≥60%, konsumsi energi

kurang ( ≤80% kecukupan energi)

30 100 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 7 dan 8)

Pada umumnya, rumah tangga yang dikategorikan miskin adalah rumah tangga yang rawan pangan atau tidak tahan pangan. Berdasarkan tabel di atas sejumlah 30 responden, tidak ada rumah tangga yang termasuk dalam rumah tangga tahan pangan dan kurang pangan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga responden digunakan untuk memenuhi kebutuhan berupa kebutuhan pangan. Rata-rata rumah tangga responden masuk dalam kategori rumah tangga rawan pangan, yakni sebesar 80,00% atau setara dengan jumlah sebanyak 24 rumah tangga. Sisanya sejumlah enam rumah tangga responden atau sebesar 20% masuk dalam kategori rentan pangan.

commit to user

memiliki proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga sebesar 76,06% dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) sebesar

65,33%. Tingkat proporsi pengeluaran pangan yang melebihi batas nilai indikator ketahanan pangan rumah tangga yaitu sebesar lebih dari sama dengan 60% menunjukan bahwa kesejahteraan rumah tangga tersebut rendah karena sebagian besar pendapatan yang mereka peroleh, mereka gunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, sedangkan untuk konsumsi energi yang mereka peroleh berada dibawah batas kecukupan sesuai indikator ketahanan pangan yakni sebesar kurang dari sama dengan 80%.

Sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 20% keseluruhan responden termasuk dalam rumah tangga rentan pangan, yang memiliki proporsi pengeluaran pangan sebesar 77,98% dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) sebesar 93,98%. Dikatakan rentan pangan karena rumah tangga tersebut memiliki pengeluaran pangan melebihi batas indikator ketahanan pangan rumah tangga yakni sebesar lebih dari sama dengan 60% dari pengeluaran total. Sedangkan untuk konsumsi energi telah mencapai lebih dari 80% dari kecukupan gizi. Nilai ini telah memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan. Terpenuhinya konsumsi gizi sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan disebabkan karena ragam pangan yang dikonsumsi berasal dari jenis pangan sumber energi yang terjangkau untuk dikonsumsi responden, sehingga kebutuhan energi rumah tangga responden melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan.

Kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin yang rata-rata masuk dalam kategori rawan pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan suatu rumah tangga itu sendiri. Hal ini sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Rendahnya pendapatan yang mereka peroleh maka akan menyebabkan rumah tangga tersebut lebih mengutamakan kuantitas suatu makanan di banding dengan kualitas, sehingga akan mempengaruhi konsumsi gizi, dan akhirnya akan berpengaruh pada produktivitas mereka.

commit to user