Surat Kabar URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Menbudpar, Jero Wacik, peranan media sangat strategis dalam mendorong masyarakat lebih mencintai berwisata di dalam negeri ketimbang harus ke luar negeri, dengan demikian devisa pariwisata yang hingga kini tercatat dalam neraca pembayaran travel balance surplus akan tetap terjaga google.com. Peranan media dalam memberikan motivasi kepada masyarakat agar dapat mengerem untuk berwisata ke luar negeri mempunyai nilai strategis karena melalui pemberitaan dan promosi yang gencar mengenai destinasi di dalam negeri akan menggugah masyarakat lebih mengenali dan mencintai negeri ini sehingga wisatawan dalam negeri semakin berkembang. Sebaliknya, kelangkaan informasi akibat kurangnya promosi pariwisata merupakan factor dominan dibalik turunnya angka kunjungan turis mancanegara ke tanah air. Kurang tersedianya informasi yang lengkap dan up to date mengakibatkan konsep pemasaran dunia pariwisata, terutama di Sumatera Utara menjadi tidak jelas. Tidak adanya konsep yang jelas tentang dunia pariwisata itu sendiri semakin memperburuk kondisinya. Seharusnya ada satu pusat informasi pariwisata berskala internasional yang dapat mengkoordinir kebutuhan informasi bagi turis asing mengenai dunia pariwisata, dan hal tersebut juga dapat direalisasikan melalui pemberdayaan sarana media cetak.

2.12 Surat Kabar

Salah satu jenis media cetak yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah surat kabar harian. Secara sejarah ide surat kabar ini sendiri sebenarnya sudah setua zaman Romawi kuno dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari 23 Universitas Sumatera Utara diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acra Diurna”, yang terjemahan bebasnya adalah “kegiatan hari”. Kemudian setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad ke-15, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar. Surat kabar pertamakali dibuat di Amerika Serikat, dengan nama “Public Occurences Both Foreign and Domestic” di tahun 1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena beritanya menentang pemerintah, tetapi Cuma karena dia tidak mempunyai izin terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus mempunyai izin terbit, dimana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan para pejabat agama. Mereka takut mesin- mesin cetak tersebut akan menyebarkan berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu dikontrol ketat. Kemudian surat kabar mulai bermunculan setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai politik yang saling bertentangan. Namun, surat kabar kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting. Surat kabar yang mapan kini tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis. Melainkan menjadi media berita yang semakin obyektif, yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja. Kenaikan koran-koran ukuran tabloid di tahun 1920-an yang dimulai oleh “The New York Daily News”, memberikan suatu dimensi baru 24 Universitas Sumatera Utara terhadap jurnalisme. Akhirnya memang menjadi kegembiraan besar bagi kehidupan surat kabar, terutama dalam meliput berita-berita keras. Perubahan lain yang layak mendapat perhatian adalah timbulnya sindikasi. Berkat adanya sindikat-sindikat, maka Koran-koran kecil bisa memanjakan pembacanya dengan materi editorial, informasi, dan hiburan. Sebab kalau tidak, Koran-koran kecil itu tentu tidak dapat mengusahakan materi-materi tersebut, lantaran biaya untuk itu tidaklah sedikit. Sindikat adalah perusahaan yang berhubungan dengan pers yang memperjualbelikan bahan berita, tulisan atau bahan-bahan lain untuk digunakan dalam penerbitan pers. Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Namun, sampai sekarang, Koran masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa Koran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Dengan karakter khususnya ia mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.

2.13 Pengertian Iklan