aqidah Islamiyah, karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.
12
Jamil Shaliba dalam Kitab Mu‟jam al-Falsafi, mengartikan akidah adalah
menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Karakteristik akidah bersifat murni, baik dalam isi maupun prosesnya, dimana
hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah. Keyakinan tersebut sedikit pun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena akan berakibat
penyekutuan musyrik yang berdampak pada motivasi ibadah yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah SWT.
13
Ayat al- Qur’an yang tepat untuk kita jadikan dasar aqidah adalah QS. An-
Nisa ayat 135;
14
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan kata-
12
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h.199
13
Muhammad Alim, loc. cit. h. 124
14
Al-Quranul Karim dan Terjemahannya, Depag, 2011
kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.
Dari pengertian di atas, aqidah pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan pengertian keimanan dan bersifat sesuatu yang mendasar, karena bahasannya
mengenai pokok-pokok dalam ajaran Islam dalam hal keimanan, seperti iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari
akhir dan iman kepada Qada dan Qadar. Kesemuanya itu menyangkut masalah keyakinan yang tidak boleh bercampur dengan keraguan.
B. Pengertian Akhlak
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya
suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka
rusaklah lahir dan batinnya. Secara bahasa etimologi pengertian akhlak diambil dari bahasa Arab
yang berarti: perangai, tabiat, adat, kejadian, buatan, dan ciptaan. Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para tokoh telah banyak mendefinisikan,
diantaranya: 1
Ibn Miskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.
2 Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ Ulum al-Din menyatakan bahwa
akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
15
15
Muhammad Alim, op. cit., h. 151.
3 Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang
harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga
jiwanya kosong bersih dari segala bentuk keburukan. 4
Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya. 5
Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiassaan baik dan buruk. 6
Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang
benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. 7
Hamzah Ya’qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: a
Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia
lahir dan batin. b
Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan
menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
16
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlaq merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia kemudian muncul secara spontan
apabila diperlukan untuk melakukan perbuatan atau berkehendak tanpa adanya dorongan dari luar.
16
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur‟an, Jakarta: Sinar
Grafika Ofset, 2007, Cet. 1, h. 3
Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:
17
a Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit
jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.
b Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka
menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.
c Seorang pelajar harus tabah dalm memperoleh ilmu pengetahuan dan
bersedia pergi merantau. Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi ke tempat yang jauh untuk memperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh
ragu-ragu untuk itu. Demikian pula ia dinasehatkan agar tidak sering menukar-nukar guru.
d Seorang anak murid wajib menghormati guru dan berusaha agar senantiasa
memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacam- macam cara.
C. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak dapat diambil dari intisari dari ajaran islam itu sendiri. Berikut ini uraian tentang pokok-pokok akhlak dalam Islam:
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai mahluk, kepada Tuhan
sebagai khalik.
18
17
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. 1, h. 82
18
Muhammad Alim, op.cit., h. 152