Prosedur Analisis BAHAN DAN METODE

d Analisis kadar protein SNI 01-2354.4-2006 Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl. Prinsipnya adalah oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan baku asam. Prosedur analisis kadar protein sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 0,1-0,5 g, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 mL, ditambahkan dengan 12 buah tablet kjeltab, kemudian didestruksi pemanasan dalam keadaan mendidih sampai larutan menjadi hijau jernih dan SO 2 hilang. Larutan dibiarkan dingin dan dipindahkan ke labu 50 mL dan diencerkan dengan akuades sampai tanda tera, dimasukkan ke dalam alat destilasi, ditambah dengan 5-10 mL NaOH 30-33 dan dilakukan destilasi. Destilat ditampung dalam larutan 10 mL asam borat 3 dan beberapa tetes indikator larutan bromcresol green 0,1 dan larutan metil merah 0,1 dalam alkohol 95 secara terpisah dan dicampurkan antara 10 mL bromcresol green dengan 2 mL metil merah kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai larutan berubah warnanya menjadi merah muda. Kadar protein dihitung dengan rumus: Keterangan: A = volume HCl untuk titrasi blanko B = volume HCl untuk titasi sampel mL C = normalitas HCl yang digunakan 0,02374 N D = bobot sampel mg FK = faktor konversi 6,25 untuk produk perikanan e Karbohidrat SNI 01-2891-1992 Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan menggunakan metode by difference yaitu pengurangan 100 dengan jumlah dari hasil empat komponen yaitu kadar air, protein, lemak, dan abu. Perhitungannya sebagai berikut: 2 Analisis histamin SNI 2354.10: 2009 Penentuan histamin dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT. Prosedur analisis metode KCKT adalah contoh diblender hingga homogen. Contoh ditimbang seksama lebih kurang 50 g pada gelas piala, ditambahkan 100 mL TCA 10 kemudian diblender. Contoh yang telah diblender dipindahkan ke dalam tabung reaksi 50 mL, disentrifugasi pada 3.500 rpm selama 10 menit. Supernatan contoh disaring dengan membran filter 0,45 μm kemudian disimpan pada suhu refrigerator ±4°C, selanjutnya diderivatisasi. Supernatant yang telah diderivatisasi dipipet masing- masing 135 μL larutan baku kerja dan filtrat contoh, dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 mL, ditambahkan masing- masing ke dalam larutan baku kerja dan filtrat contoh berturut-turut, 86 mL air pro KCKT kemudian divortex, 0,4 mL NaOH 1 N dibiarkan selama 1 menit, dan 0,1 mL larutan OPA divortex dan dibiarkan selama 4 menit, serta 0,2 mL HCl 3 N lalu divortex. Contoh yang telah divortex dimasukkan ke vial dan siap untuk diinjeksikan ke kromatograf. Selanjutnya dilakukan pengerjaan blanko 1,86 μL Larutan Asam Trikloroasetat TCA 10 pengganti contoh dan dikerjakan seperti pengerjaan contoh. Larutan blanko baku, baku kerja dari konsentrasi terendah, blanko pereaksi, dan contoh diinjeksikan ke dalam kromatograf secara berurutan. Area puncak kromatogram utama dari masing-masing larutan yang diinjeksikan direkam. Perhitungan Keterangan: A C = Area contoh; A BPr = Area blanko pereaksi; A S = Area baku; A Bs = Area blanko baku; C std = Konsentrasi baku μgmL; V A = Volume akhir mL; W = Berat contoh g. 3 Bilangan peroksida SNI 01.2347. 1991 Penentuan bilangan peroksida biasanya didasarkan pada pengukuran sejumlah Iod yang dibebaskan dari potassium Iodida melalui reaksi oksidasi oleh peroksida dalam lemakminyak pada suhu ruang di dalam medium asam asetatkloroform. Prosedur penentuan bilangan peroksida yaitu sampel minyak sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam 250 mL erlenmeyer dan ditambahkan 30 mL pelarut, dikocok sampai semua contoh minyak larut. Kemudian ditambahkan potassium iodida jenuh dan didiamkan selama 2 menit di ruang gelap sambil digoyang. Contoh ditambahkan air destilasi dan larutan amilum sebanyak 1 mL. Kelebihan iod dititer dengan larutan sodium tiosulfat 0,01 N. Bilangan peroksida dihitung dengan rumus : Dimana : A = mL sodium tiosulfat N = Normalitas sodium tiosulfat 3.4.2 Analisis mikrobiologi 1 Penentuan angka lempeng total ALT SNI 19-2897-1992 Pengenceran sampel dilakukan secukupnya sampai 10 -5 sebelum dibiakkan dalam nutrien agar. 1 mL dari setiap pengenceran dimasukkan ke dalam cawan petri steril dilakukan secara duplo, selanjutnya ditambahkan 12 –15 mL PCA yang sudah dingin ke dalam cawan petri yang berisi sampel dan dilakukan pemutaran cawan secara sempurna. Cawan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 o C. Perhitungan koloni bakteri pada cawan dilakukan setelah inkubasi. Perhitungan jumlah bakteri total: jumlah bakteri per gram sampel dapat dihitung berdasarkan jumlah yang layak dihitung 25-250 koloni pada cawan 2 Analisis kapang SNI 01-2332.7-2006 Sampel secara aseptik ditimbang sebanyak 25 g kemudian dimasukkan dalam wadah atau plastik steril. Sebanyak 225 mL larutan butterfield’s phospate buffered ditambahkan ke dalam sampel, dihomogenkan selama 2 menit. Homogenat ini merupakan larutan pengencer 10 -1 dengan menggunakan pipet steril homogenate diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam 9 mL sampel dari pengenceran 10 -2 . Pengenceran selanjutnya dilakukan dengan mengambil 1 mL sampel dari pengenceran 10 -2 ke dalam 9 mL larutan butterfield’s phospate buffered dan seterusnya. Sebanyak 1 mL dari setiap pengenceran 10 -1 , 10 -2 , dan seterusnya dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Sampel dilakukan secara duplo untuk setiap pengenceran, selanjutnya ditambahkan 12 –15 mL PDA yang sudah didinginkan sampai suhu 45±1°C ke dalam masing-masing cawan yang sudah berisi sampel. Agar sampel dan media PDA tercampur sempurna dilakukan pemutaran cawan ke depan-ke belakang dan ke kiri- ke kanan. Cawan diinkubasi dalam posisi terbalik selama 48 jam ±2 jam pada suhu 35°C setelah agar menjadi padat.

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari uji sensori pada penelitian pendahuluan tahap I dan II serta penelitian lanjutan tahap I diolah dengan uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis yang bertujuan untuk mengetahui apakah antara perlakuan berbeda nyata dalam ranking Steel dan Torrie 1995. Model matematika uji Kruskal-Wallis sebagai berikut: Keterangan : n = jumlah data ni = banyaknya pengamatan dalam perlakuan ke-i Ri 2 = jumlah ranking dalam perlakuan ke-i t = banyaknya pengamatan seri dalam kelompok H’ = H terkoreksi H = simpangan baku Jika hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut Dunn. Model matematika uji lanjut Dunn sebagai berikut Daniel 1990: Keterangan : = rata-rata nilai ranking perlakuan ke-i = rata-rata nilai ranking perlakuan ke-j N = banyaknya data Z = peubah acak K = perlakuan = selang kepercayaan Penentuan produk tumpi terbaik yang dihasilkan pada penelitian pendahuluan tahap I dan II serta penelitian lanjutan tahap I menggunakan metode Bayes dengan rumus sebagai berikut Marimin dan Maghfiroh 2011: Keterangan : Total nilai i = total nilai akhir dari alternatif ke –i Nilaiij = Nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Kritj = tingkat kepentingan bobot kriteria ke-j i = 1,2,3,....n ; n jumlah alternatif j = 1,2,3,....n ; n jumlah kriteria Rancangan percobaan yang digunakan untuk menghitung data yang diperoleh pada penelitian lanjutan tahap III adalah rancangan acak lengkap RAL satu faktor, yaitu lama penyimpananan pada suhu ruang dengan 3 taraf perlakuan 1, 2, dan 3 hari. Masing-masing taraf dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Model matematikanya sebagai berikut Gasperz 1991: Yij = μ + τi + Σij Dimana: Yij = Nilai pengamatan dari ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i μ = Nilai tengah umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i Σij = Pengaruh galat ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam ANOVA. Jika analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata p0,05 terhadap respon pengamatan, maka dilakukan uji lanjut Duncan Steel dan Torrie 1993 dengan rumus sebagai berikut: Dimana = nilai tabel Duncan pada taraf α, jarak peringkat dua perlakuan p dan derajat bebas galat sebesar db g .