28
Tradisi Mangure Lawik dalam masyarakat pesisir Sibolga dilakukan setiap tahun pada tanggal 2 april bertepatan dengan hari jadi kota Sibolga, kecuali isyarat
ada mimpi pawang, fenomena alam misalnya ikan mulai berkurang. Pelaksanaan tradisi tersebut dilaksanakan di kawasan Sibustak-bustak Jalan Mojopahit Aek Habil
Kota Sibolga. waktu yang diperlukan dalam tradisi tersebut sebaiknya tiga hari, tujuh hari dan Sembilan hari sesuai kesepakatan pawang, pegawai pemerintah setempat,
tokoh masyarakat dan para ustadz serta anggota masyarakat.
4.1.6 Masyarakat Tradisi Mangure Lawik
Kebudayaan secara universal meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral dan kebiasaan yang dibutuhkan manusia sebagai kegiatan adat
masyarakat Melayu Pesisir Sibolga. Pada umumnya semua masyarakat yang tinggal di pesisir Sibolga setiap
Tradisi Mangure Lawik dilaksanakan harus hadir, baik tokoh masyarakat, juragan, maupun tamu yang sedang berada di daerah tersebut. Oleh karena itu, para pawang,
kelompok nelayan dan seluruh masyarakat di daerah mengumumkan setiap penyelenggaraan Tradisi Mangure Lawik agar masyarakat datang.
Universitas Sumatera Utara
29
Secara rinci peranan masing-masing masyarakat dalam Tradisi Mangure Lawik tersebut seperti pemuda masyarakat baik ketua adat maupun ketua-ketua
organisasi pemuda dan para kelompok nelayan serta pegawai pemerintah daerah sebagai sekretaris yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Tradisi Mangure
Lawik , para pawang penyelenggara melepaskan perengkapan persembahan, sedangkan para ustadz bertanggung jawab atas kelangsungannya. Pedagang ikan
maupun nelayan mengusahakan perlengkapan yang di dalam ritual. Keseluruhan peserta patuh mengenai larangan yang telah ditetapkan
4.1.7 Perlengkapan Tradisi Mangure Lawik
Perlengkapan Tradisi Mangure Lawik telah diketahui dan dipahami seluruh warga masyarakat, karena sangat berkaitan dengan lingkungan masyarakat Melayu
Pesisir Sibolga. Keseluruhan benda yang akan dipersembahkan pada Tradisi tersebut mempunyai kekuatan. Dan tujuan masing-masing upacara sebagai benda keramat,
tetapi mempunyai makna khusus. Perlengkapan yang dipersembahkan dalam Tradisi Mangure Lawik
kebanyakan masyarakat menyebutnya sesajen atau ramuan Mangure Lawik. Benda- benda yang dipersembahkan mengandung makna tertentu dan sesuai dengan keadaan
masyarakat daerah. Baik adat istiadat maupun kepentingan bidang sosial budaya.
Universitas Sumatera Utara
30
Adapun benda tersebut, yaitu: 1.
Setalam kue, 2.
Beras putih, 3.
Beras kuning, 4.
Bartih, 5.
Pohon bakau, 6.
Limau purut, pagaran, 7.
Bunga rampai, 8.
Kemenyan, 9.
Sitawa, sitawar, sidingin, 10.
Kain lima warna untuk bendera,yaitu warna kuning, putih, hitam, biru dan hijau, 11.
Seekor kerbau jantan dan ayam putuh.
4.1.8 Kegiatan-kegiatan dalam Tradisi Mangure Lawik