44
10 Congenital amputation bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu
2 Kerusakan pada waktu kelahiran:
1 Erb’s palsy kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik
waktu kelahiran 2 Fragilitas osium tulang yang rapuh dan mudah patah
3 Infeksi:
1 Tuberkulosis tulang menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku 2 Osteomyelitis radang di dalam dan di sekeliling sumsum tulang karena
bakteri 3 Poliomyelitis infeksi virus yang mungkin menyebabkan kelumpuhan
4 Tuberkulosis pada lutut atau sendi lain 4
Kondisi traumatik: 1 Amputasi anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan
2 Kecelakaan akibat luka bakar 3 Patah tulang
2.4.4.2 Faktor Penyebab Anak Tunadaksa Anak Berkebutuhan D
Menurut Efendi 2009: 122-123 kondisi kelainan pada fungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat terjadi seperti kondisi ketunaan lainnya, yaitu:
2.4.4.2.1 Prenatal masa sebelum kelahiran Kelainan fungsi anggota tubuh yang terjadi pada masa sebelum kelahiran
dikarenakan adanya beberapa faktor, yaitu: 1 faktor genetika, 2 kerusakan pada sistem saraf pusat, 3 anoxia prenatal, hal ini disebabkan pemisahan bayi dari
45
placenta, penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan aborsi, 4 gangguan metabolisme pada ibu, 5 faktor rhesus.
2.4.4.2.2 Neonatal masa kelahiran Kondisi ketunaan yang terjadi pada masa kelahiran karena : 1 kesulitan
saat persalinan karena letak bayi sungsang atau pinggul ibu terlalu kecil, 2 pendarahan pada otak saat kelahiran, 3 kelahiran prematur, 4 gangguan pada
placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anoxia.
2.4.4.2.3 Postnatal masa setelah kelahiran Kondisi ketunaan yang terjadi pada masa setelah kelahiran dikarenakan : 1
faktor penyakit, seperti meningitis radang selaput otak, influensa, diphteria, partusis, 2 faktor kecelakaan, 3 pertumbuhan tubuh atau tulang yang tidak
sempurna.
2.4.4.3 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus D Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa akan mengalami gangguan psikologis yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari lingkungannya.
Kelainan kepribadian dan emosi tidak secara langsung diakibatkan karena ketunaannya, melainkan ditentukan oleh bagaimana seseorang itu berinteraksi
dengan lingkungannya. Menurut Efendi 2009: 131 ada beberapa hal yang tidak menguntungkan
bagi perkembangan kepribadian anak tunadaksa, antara lain: 1 terhambatnya aktivitas normal sehingga menimbulkan perasaan frustasi; 2 timbulnya
kekhawatiran orang tua yang berlebihan yang justru akan menghambat terhadap
46
perkembangan kepribadian anak karena orang tua biasanya cenderung over protection; 3 perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap anak
tunadaksa menyebabkan anak merasa bahwa dirinya berbeda dengan yang lain. Pada jaman yang sudah sedemikian maju seperti sekarang ini, keberhasilan
seseorang diukur dari prestasinya, dan di dalam masyarakat dikenal norma tertentu bagi prestasi individu. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa
seringkali menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat yang mempunyai prestasi jauh di luar jangkauannya Soemantri, 2007: 132.
Perlakuan yang normal dari masyarakat terhadap anak tunadaksa, lebih memungkinkan anak tunadaksa untuk menyesuaikan diri dengan wajar tanpa
menganggap mereka memiliki ketunaan dalam dirinya.
2.4.5 Prinsip Pendidikan Anak Berkebutuhan Khus us
Mendidik anak berkebutuhan khusus, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan pendekatan yang khusus juga memerlukan
strategi yang khusus. Melalui pendekatan dan strategi yang khusus dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, diharapkan anak berkebutuhan khusus : 1
dapat menerima kondisinya, 2 dapat melakukan sosialisasi dengan baik, 3 mampu berjuang sesuai kemampuannya, 4 memiliki keterampilan yang sangat
dibutuhkan, 5 menyadari sebagai warga negara dan anggota masyarakat Efendi, 2009: 24.
Pengembangan prinsip-prinsip secara khusus yang dijadikan dasar dalam mendidik anak berkebutuhan khusus antara lain : kasih sayang, layanan