80 Cara yang sederhana untuk membuat pelat KLT adalah dengan mencelupkan pelat
pendukung ke dalam bubur yang terbuat dari 25 g silika gel dalam 100 mL kloroform. Oleh karena hanya satu sisi dari pendukung misalnya slide mikroskop yang akan dilapisi
maka digunakan dengan dua slide mikroskop yang didempetkan, kemudian dicelupkan ke dalam bubur, diangkat dan dikeringkan dengan udara terbukaudara kering. Jika padatan
penyerap mengandung kalsium sulfat, pengikatan dapat diefektifkan melalui pemanasan pelat. Walaupun pelat KLT ini tidak serata dengan pelat yang dibuat dengan menggunakan
spreader, tetapi sudah dapat digunakan, misalnya dalam uji pendahuluan.
7.5 ANALISIS KUALITIATIF DENGAN KLT
Meskipun metode KLT tidak memberikan informasi secara langsung tentang struktur suatu senyawa, tetapi harga Rf yang identik dari suatu senyawa yang strukturnya belum
diketahui unknown dengan senyawa yang telah diketahui strukturnya senyawa standar dalam beberapa pelarut pengembang yang berbeda-beda menunjukkan bahwa kedua
senyawa adalah identik.
Untuk membandingkan senyawa yang tak diketahui dengan senyawa yang diketahui strukturnya, masing-masing senyawa ditempatkan sebagai noda pada pelat KLT yang
sama, dan pelat KLT dikembangkan dalam pelarut yang sesuai Gambar 7.6.
Gambar 7.6. Penerapan KLT: a Identifikasi senyawa, b Monitoring reaksi kimia Identitas senyawa yang tidak diketahui strukturnya dapat disimpulkan dengan
membandingkan harga-harga Rf-nya dengan senyawa standar.
81 Gambar 7.7 Double spotting memperlihatkan harga Rf yang hampir sama dari senyawa
yang berbeda. Teknik yang paling baik untuk mengidentifikasi suatu senyawa bila tersedia senyawa
standar adalah dengan melakukan teknik double spotting. Dengan menggunakan kapiler yang berbeda, senyawa tak-diketahui dan senyawa standar ditotolkan bersama-sama di atas
pelat KLT pada titik yang sama gunakan kapiler yang berlainan. Totolkan pula senyawa tak-diketahui dan senyawa standar pada titik yang berbeda di atas pelat yang sama.
Kemudian kembangkan dengan pelarut yang sesuai. Perbedaan sedikit harga Rf menyebabkan noda campuran tampak seperti pada Gambar 7.7. Jika noda campuran
tampak tidak memanjang, ulangi teknik double spotting ini dengan menggunakan pelarut pengembang yang lain.
Analisis seperti ini dapat dibuat lebih sensitif dengan melakukan kromatografi dua dimensi. Teknik ini melibatkan penotolan noda pada titik di atas sudut pelat yang berjarak
masing-masing 1 cm dari tepi pelat Gambar 7.8.
Gambar 7.8. Tahap pengembangan kromatogram dua dimensi.
81 Gambar 7.7 Double spotting memperlihatkan harga Rf yang hampir sama dari senyawa
yang berbeda. Teknik yang paling baik untuk mengidentifikasi suatu senyawa bila tersedia senyawa
standar adalah dengan melakukan teknik double spotting. Dengan menggunakan kapiler yang berbeda, senyawa tak-diketahui dan senyawa standar ditotolkan bersama-sama di atas
pelat KLT pada titik yang sama gunakan kapiler yang berlainan. Totolkan pula senyawa tak-diketahui dan senyawa standar pada titik yang berbeda di atas pelat yang sama.
Kemudian kembangkan dengan pelarut yang sesuai. Perbedaan sedikit harga Rf menyebabkan noda campuran tampak seperti pada Gambar 7.7. Jika noda campuran
tampak tidak memanjang, ulangi teknik double spotting ini dengan menggunakan pelarut pengembang yang lain.
Analisis seperti ini dapat dibuat lebih sensitif dengan melakukan kromatografi dua dimensi. Teknik ini melibatkan penotolan noda pada titik di atas sudut pelat yang berjarak
masing-masing 1 cm dari tepi pelat Gambar 7.8.
Gambar 7.8. Tahap pengembangan kromatogram dua dimensi.
81 Gambar 7.7 Double spotting memperlihatkan harga Rf yang hampir sama dari senyawa
yang berbeda. Teknik yang paling baik untuk mengidentifikasi suatu senyawa bila tersedia senyawa
standar adalah dengan melakukan teknik double spotting. Dengan menggunakan kapiler yang berbeda, senyawa tak-diketahui dan senyawa standar ditotolkan bersama-sama di atas
pelat KLT pada titik yang sama gunakan kapiler yang berlainan. Totolkan pula senyawa tak-diketahui dan senyawa standar pada titik yang berbeda di atas pelat yang sama.
Kemudian kembangkan dengan pelarut yang sesuai. Perbedaan sedikit harga Rf menyebabkan noda campuran tampak seperti pada Gambar 7.7. Jika noda campuran
tampak tidak memanjang, ulangi teknik double spotting ini dengan menggunakan pelarut pengembang yang lain.
Analisis seperti ini dapat dibuat lebih sensitif dengan melakukan kromatografi dua dimensi. Teknik ini melibatkan penotolan noda pada titik di atas sudut pelat yang berjarak
masing-masing 1 cm dari tepi pelat Gambar 7.8.
Gambar 7.8. Tahap pengembangan kromatogram dua dimensi.
82 Setelah pengembangan pertama, pelat diputar 90
o
, dan kemudian dikembangkan lagi dengan pelarut kedua ke arah yang tegak lurus dengan arah pengembangan pertama.
Dengan menggunakan pelarut yang berbeda dalam masing-masing pengembangan akan meningkatkan kepekaan analisis.
Kegunanaan tambahan analisis KLT dua dimensi adalah untuk melihat apakah beberapa noda yang tampak adalah benar-benar hasil dari suatu campuran, atau akibat
dekomposisi komponen tunggal di atas pelat KLT silika sebagaimana sering terjadi jika senyawa yang dianalisis peka terhadap asam. Untuk keperluan ini, totolkanlah contoh pada
sudut pelat dan kembangkan sebagaimana biasa dalam suatu sistem pelarut, putar pelat 90
o
dan ulangi proses pengembangan dalam sistem pelarut yang sama Gambar 7.9. Jika pada penampakkan noda pada pelat, beberapa noda biasanya rusak tidak tampak pada diagonal
dari noda asal ke persimpangan garis batas jangkauan pelarut, komponen-komponen contoh tersebut tidak stabil terhadap kondisi pelat KLT.
Gambar 7.9. a Kromatogram dua dimensi suatu camputan komponen-komponen stabil; b Kromatogram dua dimensil di mana dekomposisi terjadi.
7.6 KROMATOGRAFI KOLOM