Tugas Pokok Bappeda Dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Studi Pemkab Deli Serdang)

(1)

TUGAS POKOK BAPPEDA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH ( STUDI PEMKAB DELI SERDANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat-syarat untuk mencapai

Gelar Sarjana Huku m

BATARA RAYMOND SIMBOLON

NIM : 050200051

Departement : Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan : Hukum Administrasi Negara

Ketua Bagian Departemen

NIP. 195409121984031001

(Dr. PENDASTAREN TARIGAN, SH., MS)

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Dr. PENDASTAREN TARIGAN, SH., MS) (

NIP. 195409121984031001 NIP. 1970031719980301001

AMSALI SEMBIRING, SH, M.Hum)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TUGAS POKOK BAPPEDA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH ( STUDI PEMKAB DELI SERDANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat-syarat untuk mencapai

Gelar Sarjana Huku m

BATARA RAYMOND SIMBOLON

NIM : 050200051

Departement : Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

TUGAS POKOK BAPPEDA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH ( STUDI PEMKAB DELI SERDANG)

ABSTRAKSI

Batara Raymond Simbolon (*)

Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS(**) Amsali Sembiring, SH, M.Hum(***)

Skripsi ini bertujuan antara lain pertama, untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi BAPPEDA PemKab Deli Serdang. Kedua, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan implementasi Bappeda Pem.Kab. Deli Serdang dan yang ketiga, mengetahui apa saja hambatan dari tugas BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang.

Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode penelitian dengan tahapan yang pertama Penelitian Pustaka (Library Research), kedua menggunakan teknik Penelitian Lapangan (Field Reseach).

Pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah tingkat II/Pemerintahan Daerah Kabupatean Deli Serdang, berdasarkan keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 dan dilanjutkan melalui Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisai dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serang, yang mengacu juga kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan nasional adalah suatu langkah yang sangat tepat untuk dapat terwujudnya pembangunan yang terarah dan terpadu. Untuk menghasilkan pembangunan daerah yang berhasil guna dan efektif, maka Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang mempunyai Tugas pokok yang tertuang pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

--- * Penulis / mahasiswa /050200051

** Kepala Departement Hukum Administrasi Negara / Dosen Pembimbing I *** Dosen Staf Pengajar / Dosen Pembimbing II


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah sehingga dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak menemui hambatan dan rintangan yang berarti.

Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi atau melengkapi tugas atau salah satu syarat ujian sarjana lengkap Strata 1 program studi Ilmu Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis masih merasa jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.Dan dengan bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang dengan sabar berusaha meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan yang akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis tak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara beserta stafnya yang telah memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara beserta stafnya, yang telah memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, M.S. dan Bapak Amsali Sembiring, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran – saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Kepala BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang beserta stafnya, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian hukum.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu demi terselesainya skripsi ini.

6. Orang Tua, yang telah banyak memberikan dorongan baik moril dan spiritual dalam penulisan skripsi ini.

7. Saudara dan semua teman-teman tercinta yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum.

Medan, Maret 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN………...………. i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I: PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………... 4

B. Perumusan Masalah………..………8

C. Tujuan Dan Mamfaat Penulisan………..……..8

D. Keaslian Penulisan………...…… 9

E. Tinjauan Pustaka………...9

1. Pengertian BAPPEDA………...9

2. Pengertian Pemerintahan Daerah………... 10

F. Metode Pengumpulan Data………...………... 12

G. Sistematika Penulisan………... 13

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH……….. 15

A. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah……… 15

B. Latar belakang terbentuknya Badan Pembangunan Daerah………. 21

C. Keduduka n, fungsi dan tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah………...24

D. Manfaat Rencana Pembangunan Daerah………. ..30

BAB III : TINJAUAN MENGENAI PEMBENTUKAN BAPPEDA PEMERINTAHAN KABUPATEN DELI SERDANG……… 34

A. Latar belakang dan proses pembentukan BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang………... 34


(7)

B. Struktur organisasi BAPPEDA Pemerintahan kabupaten Deli Serdang……….... 50

C. Peranan BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten deli Serdang………..……… 56

BAB IV : TUGAS POKOK DAN IMPLEMENTASI TUGAS BAPPEDA DALAM PERENCANAAN DAN PROSES PEMBANGUNAN KABUPATEN DELI SERDANG ………..…………. 58

A. Tugas dan tanggung jawab BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten Deli serdang.... 58

B. Rencana Pembangunan Kabupaten deli Serdang... ... 63

C. Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Deli Serdang... ... 69

D. Koordinasi BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dengan Instansi Vertikal Lain nya... 81

E. Hambatan dalam pelaksanaan tugas Bappeda Kabupaten Deli Serdang... 88

BAB V: PENUTUP………. 90

A. Kesimpulan………... 90

B. Saran………... 91


(8)

TUGAS POKOK BAPPEDA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH ( STUDI PEMKAB DELI SERDANG)

ABSTRAKSI

Batara Raymond Simbolon (*)

Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS(**) Amsali Sembiring, SH, M.Hum(***)

Skripsi ini bertujuan antara lain pertama, untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi BAPPEDA PemKab Deli Serdang. Kedua, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan implementasi Bappeda Pem.Kab. Deli Serdang dan yang ketiga, mengetahui apa saja hambatan dari tugas BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang.

Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode penelitian dengan tahapan yang pertama Penelitian Pustaka (Library Research), kedua menggunakan teknik Penelitian Lapangan (Field Reseach).

Pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah tingkat II/Pemerintahan Daerah Kabupatean Deli Serdang, berdasarkan keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 dan dilanjutkan melalui Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisai dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serang, yang mengacu juga kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan nasional adalah suatu langkah yang sangat tepat untuk dapat terwujudnya pembangunan yang terarah dan terpadu. Untuk menghasilkan pembangunan daerah yang berhasil guna dan efektif, maka Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang mempunyai Tugas pokok yang tertuang pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

--- * Penulis / mahasiswa /050200051

** Kepala Departement Hukum Administrasi Negara / Dosen Pembimbing I *** Dosen Staf Pengajar / Dosen Pembimbing II


(9)

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu diantara negara-negara yang sedang berkembang adalah Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, sesuai dengan yang disebut dalam Pembukaan UUD 1945.

Pembangunan yang dimaksud bukan saja pembangunan berbentuk fisik tetapi mencakup pembangunan mental bangsa. Pembangunan tersebut tidak mungkin berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan apabila sistem pemerintahan tidak dibenahi sedemikian rupa. Karena dengan sistem pemerintahan yang baik dan teraturlah pembangunan dapat terlaksana.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari 13 ribu pulau, yang berjejer dari Sabang sampai Merauke. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah.1 Maka untuk menjangkau seluruh pelosok tanah air supaya pembangunan itu dapat merata perlu dicari bentuk yang cocok dan serasi sesuai dengan kebutuhan daerah.

Oleh karena itu, maka yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah adalah

---


(10)

pelaksanaan pembangunan di setiap daerah, baik di pusat maupun di daerah khususnya daerah pedesaan. Sebab kita lihat sesuai dengan pengumuman dari BAPPENAS bahwa masih banyak desa miskin dan desa tertinggal di seluruh pelosok tanah air.

Memang sudah hal yang wajar apabila pemerintah saat ini lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah khususnya daerah kabupaten untuk memacu pembangunan daerah yang masih tertinggal.

Alasan Pemerintah juga menyadari hal ini, terbukti dengan program pemerintah yang akhir-akhir ini lebih menitik beratkan pelaksanaan pembangunan di daerah Kabupaten sampai dengan pedesaan yang disesuaikan dengan tujuan pemberian otonomi daerah yang diatur dalam undang-undang nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, lalu disempurnakan dengan UU Nomor 22 tahun 1999 dan sekarang di mutakhirkan dengan keluar nya UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. dimana melalui Undang-undang tersebut diharapkan bahwa Pemerintahan daerah khususnya pemerintahan Kabupaten akan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas pemerintahan maupun tugas pelaksanaan pembangunan disegala bidang.

Sesuai dengan ketetapan MPR No.IV tahun 1973 bahwa dalam rangka usaha peningkatan keselarasan dan keseimbangan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah. Dan dalam rangka usaha menjamin laju perkembangan dan kesinambungan di daerah, diperlukan adanya perencanaan yang menyeluruh, terarah dan terpadu.2)

---

2. DR.M.Solly Lubis,SH,Perkembangan Garis Politik dan Perundang-undangan Pemerintah Daerah,Alumni, Bandung,1983 Hal. 226.


(11)

Mengingat hal tersebut maka salah satu upaya pemerintah dalam rangka memajukan pembangunan di daerah adalah dengan membentuk suatu badan yang bertugas khusus dalam perencanaan pembangunan yaitu melalui keputusan Presiden No.27 tahun 1980, tentang pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang disingkat BAPPEDA pada daerah tingkat I dan daerah tingkat II di seluruh tanah air.

Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas di atur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaa pembangunan nasional yang menjelaskan bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah/perangakat daerah dipusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.

Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu daerah di bawah naungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

Sesuai dengan Keputusan Presiden No.27 tahun 1980 tentang Pembentukan BAPPEDA Reublik Indonesia dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional tersebut maka daerah tingkat II / Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang didalam melaksanakan pembangunan di daerah, terlebih dahulu direncanakan supaya pembangunan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu maka pembentukan badan Perencanaan pembangunan di daerah Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan dalam melaksanakan pembangunan secara merata dengan Otonomi yang seluas-luasnya, yang di teruskan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah


(12)

Kabupaten Deli Serdang No.5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Oraganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang. Badan perencanaan pembangunan daerah ini mempunyai fungsi membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan dibidang perencanaan pembangunan daerah serta penilaian atas pelaksanaanya. Artinya untuk daerah Kabupaten Deli Serdang berfungsi membantu Bupati dalam perencanaan pembangunan.

Peran serta masyarakat sebagai wujud dari keseriusan masyarakat mengawal jalannya pembangunan perlu disertai dengan tersedianya ruang partisipasi publik dalam memberikan masukan-masukan yang mencerminkan aspirasi masyarakat.

A. Latar Belakang.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai pemerintahan integral dari sistem pemerintahan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara historis telah mengalami berbagai perubahan pada tatanan manajemen penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditandai dengan adanya penyempurnaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang diteruskan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini tentunya menuntut sebuah konsekuensi yang mendorong terjadinya perubahan dalam proses implementasi dengan prinsip otonomi seluas-luasnya di daerah.

Perubahan tersebut, selain tuntutan reformasi yang mengharuskan pemerintahan lebih responsive, transparan, akuntabel, juga dipengaruhi oleh berbagai fenomena dan desakan kebutuhan seiring dengan perkembangan dinamika organisasi publik dalam upaya mengakomodasikan berbagai kebutuhan masyarakat serta upaya mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Melaksanakan pembangunan bukanlah suatu pekerjanan yang cukup mudah, namun sebaliknya adalah salah satu pekerjaan yang sangat berat dan sulit. Oleh sebab itu


(13)

dibutuhkan tenaga dan pikiran yang benar-benar mampu dan sesuai dengan tugas dan wewenang yang menjadi tanggung jawab nya, untuk itu dibutuhkan Orang-Orang yang mempunyai dedikasi, kejujuran dan tanggung jawab akan pelaksanaan tugas dan wewenang yang di emban oleh setiap penyelenggara pemerintahan di daerah maupun dipusat.

Supaya pembangunan bisa terlaksana secara menyeluruh terarah dan terpadu, maka perlu adanya suatu perencanaan yang cukup matang yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik.

Melihat begitu pentingnya peranan Bappeda tersebut sebagai badan yang turut aktif membantu bupati kepala daerah dalam Perencanaan Pembanguan daerah, maka timbul permasalahan bagi kita, sejauh mana kedudukan, tugas dan fungsi Bappeda PEMDA kabupaten Deli Serdang dalam perencanaan pembangunan daerah ?

Tentu Perencanaan Pembangunan Daerah mestilah di sokong dengan implementasi pemerintahan daerah yang merata dan berkesinambungan dengan Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis, tentunya juga tugas pokok dan fungsi lembaga Bappeda mustilah konsisten dengan komitmen terhadap apa yang diamanatkan oleh peraturan perundang–undangan yang berlaku, serta sangat dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas di atur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional yang menjelaskan bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.


(14)

Peran serta masyarakat sebagai wujud dari keseriusan masyarakat mengawal jalannya pembangunan perlu didukung dengan tersedianya ruang partisipasi public dalam memberikan masukan-masukan yang mencerminkan aspirasi masyarakat.

Sebagaimana dipaparkan diatas, maka untuk meningkatkan kwaliatas inplementasi pembangunan daerah di pemkab deli serdang, perlu juga di sokong dengan sumber daya manusia (SDM) nya, yakni pegawai- pegawai yang ada pada jajaran bappeda itu sendiri seputar tugas pokok dan fungsinya, hal ini bersentuhan dengan hasil yang akan dicapai , sebab SDM sangat lah berpengaruh , mengingat tanpa SDM maka suatu perencanaan dan pembangunan takkan berjalan dengan sendirinya.

Tugas pokok dan fungsi bappeda deli serdang mustilah berperan aktif dalam menjalankan wewenang nya sebagai lembaga non departemen langsung di bawah koordinasi Bupati, hal ini ditekan kan karena mengingat pembangunan di wilayah daerah pemerintahan deli serdang dirasakan belum maksimal dan merata.

Tentulah kurang maksimalnya kinerja bappeda PEMKAB Deli Serdang dikarenakan sumber daya manusia atau aparat Bappeda yang tidak kompeten dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti disinyalir KKN (korupsi, Kolusi,Nepotisme) yang belum juga bisa di hapus dalam implementasi pembangunan. Dan yang patut di sayang kan terjadinya kareana tingkah laku PNS yang tidak disiplin. Untuk itu perlu kita ketahui apa arti dari pada tugas pokok yang sebenarnya beserta prosedur yang benar dan sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku.

Untuk itu mka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang kepegawaian dan beberapa peraturan-peraturan pendamoing untuk mengefektifkan tugas dan kedisiplinan pegawai khususnya di Bappeda.


(15)

Melaksanakan pembangunan bukanlah suatu pekerjanan yang cukup mudah, namun sebaliknya adalah salah satu pekerjaan yang sangat berat dan sulit. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga dan pikiran yang benar-benar mampu, serta dibutuhkan orang-orang yang mempunyai dedikasi, kejujuran dan tanggung jawab akan pelaksanaan tugasnya.

Supaya pembangunan bisa terlaksana secara menyeluruh terarah dan terpadu, maka perlu adanya suatu perencanaan yang cukup matang yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik.

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas maka skripsi yang berjudul “ Tugas Pokok BAPPEDA Dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Studi di Kabupaten Deli Serdang) akan dibatasi dalam permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dalam perencanaan pembangunan daerah?

2. Sejauh manakah implementasi Badan Pembangaunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan tugas wewenang nya ? 3. Apa sajakah hambatan dari tugas Bappeda dalam perencanaan dan proses

pembangunan Kabupaten Deli Serdang ?

C. Tujuan Dan Manfaaat Penulisan.


(16)

Penelitian merupakan suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah untuk dapat menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dalam perencanaan pembangunan daerah.

b. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dalam pelaksanaan tugas dan wewenang nya, dan

c. hambatan apa saja dari tugas Bappeda dalam perencanaan, proses pembangunan Kabupaten Deli Serdang .

2. Kegunaan Penelitian.

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah : a. Secara teoritis

Dalam penelitian ini di harapkan agar hasil penelitian nantinya dapat memberikan ataupun menambah pengetahuan terutama dalam hukum Administrasi Negara mengenai masalah – masalah yang berkaitan dengan Tugas Pokok BAPPEDA dalam sistim Pemerintahan Daerah.

b. Secara Praktis

Bagi Pemerintahan Daerah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau menambah pengetahuan tentang hal – hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi Bappeda di daerah.


(17)

D. Keaslian Penulisan.

Adapun judul penulisan ini adalah Tugas Pokok BAPPEDA Dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Studi di Kabupaten Deli Serdang), judul skripsi ini belum pernah di tulis dan diteliti dalam bentuk yang sama dengan Mahasiswa di Fakultas Hukum Sumatera Utara. Dengan demikian keaslian dari skripsi ini dapat di pertanggung-jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan.

Untuk memberikan pengertian yang sesuai dengan yang di harapkan, terlebih dahulu Penulis akan mencoba menguraikan pengertian dasar dari pokok bahasan skripsi ini yang tela’ah dari aspek Hukum Administrasi Negara sebagai berikut :

1. Pengertian BAPPEDA.

Pembentukan BAPPEDA Republik Indonesia ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.27 Tahun 1980 tentang Pembentukan BAPPEDA R.I, yang mana Bappeda mempunyai dua tingkat kedudukan. Yang pertama, Bappeda tingkat I (sekarang Pemerintahan Provinsi) dan Bappeda tingkat II (sekarang Pemerintahan Kabupaten/Kota).

BAPPEDA merupakan singkatan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang mana badan ini menurut aturan KEPRES No.27 Tahun 1980 , dalam Bab I bahwa badan ini adalah Badan Staf yang langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Dimana Bappeda berperan sebagai pembantu kepala daerah dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan daerah.3

---


(18)

Untuk menyempurnakan peraturan daerah khususnya dalam implementasi pembangunan daerah yang merata berdasarkan prinsip otonomi yang seluas-luasnya maka Pemerintah pun mengeluarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mana dalam Pasal 23 di tegaskan sebagai berikut :

“Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota adalah kepala badan perencanaan pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala Bappeda.4

Dengan demikian Bappeda adalah Badan penyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) didaerah baik dalam jangka panjang, jangka menengah maupun rencana tahunan. Untuk lebih rincinya tentang pengertian BAPPEDA Republik Indonesia akan di bahas di Bab II Tulisan/Skripsi ini.

2. Pengertian Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan perubahan dari pada Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan penyempurnaan dari undang-undang nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan penyelenggaraan otonomi daerah.

Pengertian Pemerintah daerah diatur dalam Bab I pasal 1 (2) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi :

---


(19)

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Sementara dalam pasal 1 ayat (5 dan 6) diterangkan pengertian otonomi dan daerah otonom yakni : 5

“Otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. “

“Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pemerintahan Daerah terdiri dari Pemerintahan Provinsi sampai dengan Pemerintahan desa yang mana memiliki hak otonomi daerah atas dasar perimbagan keungan dengan asas desentralisasi dan dekonsentralisasi.

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.6

---

5. Ibid. UU No. 32 Tahun 2004.


(20)

Dekonsentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintahan dan atau perangkat pusat di daerah.7

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam setiap penulisan karya ilmiah diperlukan metode-metode penulisan ilmiah untuk kesempurnaan tulisan sehingga menjadi tulisan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini penulis menggunakan dua(2) metode pengumpulan data yaitu:

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Dalam metode ini penulis melakukan penelitian melalui kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pokok permasalahan,-

peraturan perundang-undangan yang dianggap relevan serta mendukung kesempurnaan skripsi ini. Data tersebut penulis uji dengan penelitian di lapangan agar mengetahui lebih mendalam tentang permasalahannya.

2. Penelitian Lapangan (Field Reseach)

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dari kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan objek dari pembahasan penulisan ilmiah ini.

---


(21)

Penulis secara langsung terjun kelapangan dan langsung mengadakan wawancara dengan Kepala Bappeda di Kantor PEMKAB Kabupaten Deli Serdang serta meminta data-data yang diperlukan. Dengan cara inilah Penulis mengumpulkan data-data guna melengkapi dan mendukung uraian selanjutnya dalam penyelesaian skripsi ini.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran umum tentang tulisan ini dan untuk memudahkan pembaca untuk memahami pembahasan skripsi ini, maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Umum Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam bab ini penulis menguraikan lebih lugas tentang Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah, Latar belakang terbentuknya Badan Pembangunan Daerah, Keduduka n, fungsi dan tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Manfaat Rencana Pembanguanan Daerah.


(22)

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan Latar belakang dan proses pembentukan BAPPEDA di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, Struktur organisasi BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, Peranan BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang.

Bab IV : Tugas Pokok Dan Implementasi Tugas BAPPEDA Dalam Perencanaan Dan Proses Pembangunan Kabupaten Deli Serdang.

Tugas dan tanggung jawab BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, Rencana Pembangunan Kabupaten Deli Serdang, Rencana Umum Tata Ruang kabupaten Deli Serdang, Koordinasi BAPPEDA Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dengan Instansi Vertikal Lain nya, Hambatan dalam Pelaksanaan Pembangunan Kabupaten Deli Serdang.

Bab V : Penutup

Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan-kesimpulan atas pembahasan tulisan ini, yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada, selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran sebagai sumbangan penulisan atau pendapat yang mungkin bermanfaat dalam peningkatan kinerja BAPPEDA khususnya di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang.


(23)

BAB II

TINJAUAN SECARA UMUM TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH.

A. Pengertian perencanaan pembangunan di daerah.

Pada umumnya suatu tujuan dan sasaran yang diharapkan akan lebih mungkin terwujud apabila sebelumnya sudah ada perencanaan dan persiapan yang matang untuk itu.

Hal ini berarti bahwa dengan adanya perencanaan didalam pencapaian suatu tujuan atau sasaran yang diharapkan itu, akan lebih besar kemungkinan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari apa yang diinginkan.

Oleh sebab itu “Perencanaan” adalah sangat penting dan menentukan sekali dalam melakukan tindakan – tindakan ataupun pekerjaan – pekerjaan supaya hasil dari pekerjaan – pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut W.J.S Poerwadarminta, dalam buku nya Kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa yang dimaksud dengan “rencana” dalam hal ini dapat diartikan sebagai rancangan (rangka sesuatu yang akan dikerjakan), misalnya rancangan – rancangan yang akan dilaksanakan,rancangan sesuatu usaha (pembangunan dan sebagainya)yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.8

Perencanaan dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan lebih baik, mendapatkan alasan yang lebih kuat untuk melakukan perencanaan :9

---

8. W.J.S Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1987.


(24)

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan,adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian pembangunan.

2. Dengan perencanaan,maka dilakukan sutu perkiraan (forecasting)terhadap hal – hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi – potensi dan prospek – prospek perkembangan,tetapi juga mengenai hambatan – hambatan dan resiko – resiko yang mungkin dihadapi, perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik. (the best combination ).

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas memilih urutan – urutan dari segi pentingnya suatu tujuan sasaran maupun kegiatan usahanya.

5. Dengan adanya rencana, maka akan ada alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan/evaluasi (control/evaluation).

Dari hal diatas, maka dapat diambil suatu keuntungan dari pada perencanaan itu sendiri dimana dalam perencanaan itu sudah dapat diduga efek yang mungkin terjadi dan apa yang hendak dilaksanakan itu, kemudian akan dapat dicari jalan keluar yang terbaik untuk menatasi hal tersebut, sehingga kita tidak akan mungkin melakukan ataupun melanjutkan suatu pekerjaan yang memang mempunyai efek yang tidak diinginkan.

Dengan demikian sikap yang bersifat untung – untungan dalam mengambil tindakan atau melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai sesuatu cita – cita akan ada lagi, melainkan sudah dapat dipikirkan sejak semula melalui perencanaan yang matang apakah pekerjaan itu dapat memberikan hasil yang memuaskan ataukah sebaliknya.


(25)

Mengingat begitu pentingnya dilakukan perencanaan itu, maka perlu kiranya diberikan bebrapa rumusan tentang perencanaan tersebut dimana melaui rumusan itu kita akan dapat memperoleh gambaran ataupun penjelasan arti dan fungsi dari pada perencanaan itu sendiri. Perencanaan dalam arti seluas – luasnya, tidak lain adalah suatu proses persiapan secara sistematis kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu oleh karena itu pada hakekatnya terdapat pada tiap jenis usaha manusia.10

Kemudian dapat juga dikatakan bahwa :

perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik – baiknya (maximum output) dengan sumber – sumber yang ada supaya lebih efesien dan efektif.11

Dari penjelasan – penjelasan diatas, dapat dilihat sejauh mana arti dan pentingnya serta fungsi perencanaan itu sendiri untuk senantiasa dilaksanakan dalam segala aktifitas – aktifitas kita dalam setiap pekerjaan dan dalam setiap saat.

Khusus dalam hal perencanaan pembangunan, Albert Waterson menyebutkan perencanaan pembangunan adalah “melihat kedepan dengan mengambil pilihan berbagai alternative dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksaannya tidak menyimpang dari tujuan.12

Dalam melakukan pembangunan, perencanaan yang matang sangat dibutuhkan, karena pembangunan – pembangunan itu bukanlah suatu pekerjaan yang ringan dan-

10. Ibid, hal.12 11. Loc cit. 12. Ibid.


(26)

biasa saja, melainkan adalah suatu pekerjaan yang cukup berat dan membutuhkan banyak waktu, tenaga maupun biaya. Oleh sebab itu apabila pembangunan tidak dapat dilaksanakan ataupun dilanjutkan, maka jelas akan terdapat kerugian yang besar, baik dari segi materi maupun dari segi tenaga dan waktu, yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.

Jika dihubungkan dengan Negara Republik Indonesia yang pada saat ini masih tergolong pada saat ini masih tergolong kepada Negara yang sedang membangun ataupun disebut juga Negara sedang berkembang (Develoving Country), yang sedang mencurahkan perhatian untuk mengejar ketinggalan – ketinggalan itu dengan jalan melaksanakan pembangunan – pembangunan secara merata diseluh pelosok tanah air melalui pembangunan dalam segala bidang kehidupan, maka jelaslah bahwa pemerintah harus mempergunakan perencanaan yang matang untuk mewujudkannya.

Pemerintah Republik Indonesia pun menyadari betapa pentingnya perencanaan itu, khususnya dalam melaksanakan pembangunan, untuk itu pemerintah pada tahun 1969 tentang membuat suatu perencanaan pembangunan jangka panjang yang akan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan yaitu perencanaan yang dinamakan dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), dimana perencanan itu telah dimulai dilaksanakan sejak tahun 1969 yang dibagi – bagi dalam beberapa tahap dalam bentuk Repelita I, II, III, IV, V, yang juga dinamakan Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I).

Dengan adanya Repelita tersebut , diharapkan Negara Republik Indonesia akan mampu mengejar ketinggalan – ketinggalan dari Negara – Negara lain yang sudah tergolong maju. Tetapi setelah reformasi lahirlah Undang Undang No. 22 Tahun 1999


(27)

tentang pemerintahan daerah, lalu di perbaharui oleh di keluarkan nya lagi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang di sertai dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan daerah. Maka sistem Pemerintahan Daerah diberi otoritas daerah yang disebut dengan Otonomi Seluas-luasnya, dengan asa desentralisasi yang mengacu kepada dekonsentralisasi.

Desentralisasi menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah pasal 1 (7) adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dekosentralisasi menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah pasal 1 (8) adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Untuk mewujudkan cita – cita tersebut, perlu diperhatikan hal – hal yang sangat pokok dalam pelaksanaan pembangunan tersebut yaitu perlu adanya perencanaan yang matang supaya tidak terjadi pelaksanaan pembangunan yang sia – sia, karena melaui perencanaan yang matang itu akan dapat ditempuh berbagai cara yang yang terbaik untuk menjalankan ataupun melaksanakan pembangunan itu sesuai dengan apa yang diharapkan.

Namun demikian tidak lah semua perencanaan itu akan membuahkan hasil yang terbaik, oleh karena itu supaya perencanaan itu lebih berhasil dan tepat sasarannya, maka perlu dalam perencanaan pembangunan itu diketahui lima hal pokok yaitu : 13

---


(28)

Pertama, adalah permasalahan–permasalahan pembangunan suatu Negara/masyarakat yang dikaitkan dengan sumber – sumber pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber – sumber ekonomi dan sumber – sumber daya lainnya.

Kedua, adalah tujuan serta sasaran rencana yang ingin dicapai.

Ketiga, adalah kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan melihat penggunaan sumber – sumbernya dan pemilihan – pemilihan alternatifnya yang terbaik.

Keempat, penterjemahan dalam program – program atau kegiatan – kegiatan usaha yang konkrit.

Kelima, adalah jangka waktu pencapaian tujuan.

Dari penjelasan – penjelasan diatas, Nampak jelas betapa penting dan menentukannya perencanaan itu dalam segala sktivitas – aktivitas kita, khususnya dalam melaksanakan pembangunan.

Dengan demikian maka, Pemerintah Republik Indonesia pun telah menyusun perencanaan – perencanaan yang matang dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang, dan itupula lah yang menjadi titik tolak bagi pemerintah daerah untuk membuat berbagai perencanaan, khususnya perencanaan dalam melaksanakan pembangunan daerah.

Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah baik pemerintah daerah tingkat I (Pemerintahan Provinsi) maupun pemerintah daerah tingkat II ( Pemerintahan Kabupaten/Kota) telah mempunyai garis kebijaksanaan pembangunann yang berpedoman kepada “perencanaan pembangunan” guna mewujudkan cita – cita Negara Republik Indonesia yang bermasyarakat adil dan makmur, dimana pembangunan itu akan dapat terlaksana sampai keseluruh plosok tanah air.


(29)

Perencanaan pembangunan di daerah seperti dimaksud diatas, ada yang terbentuk perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Sehingga dengan demikian diharapkan bahwa tujuan pembangunan dalam setiap aspek akan dapat diwujudkan.

B. Latar belakang terbentuknya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah .

Sebagimana telah diuraikan terlebih dahulu, bahwa perencanaan itu sangatlah memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan tertentu, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan disegala bidang.

Oleh sebab itu, wajar apabila dikatakan bahwa tanpa adanya perencanaan yang matang, maka dihkawatirkan tidak akan pernah terlaksana pembangunan yang lancar sesuai dengan harapan.

Khusus bagi Negara Republik Indonesia yang masih tergolong Negara yang sedang berkembang dan giat – giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, maka sepantasnya lah dalam melaksanakan pembangunan – pembangunan tersebut, terlebih dahulu diawali dengan perencanaan. Karena melalui perencanaan tersebut dapat diambil beberapa keuntungan, dimana dengan adanya perencanaan terlebih dahulu, jelas sudah dapat diperhitungkan apakah pelaksanaan dari pembanguna tersebut menguntungkan atau tidak, dan akan dapat diperkirakan kapan dilaksanakan serta upaya – upaya apa yang dapat dilakukan dengan mencapai tujuan tersebut.

Hal ini bararti bahwa perencanaan itu memberikan jalan yang terbaik demi mencapai suatu maksud tertentu. Kemudian dengan adanya perencanaan terlebih dahulu, maka pembangunan itu tidak akan dilaksanakan sebelum diperhitungkan bahwa pembangunan itu akandapat dijalankan sebagaimana diinginkan sesuai dengan target yang diharapkan.


(30)

Perencanaan dianggap sebagai “alat” pembangunan, karena perencanaan merupakan alat strategis dalam menentukan jalannya pembagunan. Suatu perencanaan yang disusun secara acak – acakan (tidak sistematis) dan tidak memperhatiakan aspirasi target (sasaran), maka pembangunan yang dihasilkan juga tidak seperti yang diharapkan. 14

Pemerintah menyadari akan pentingnya perencanaan itu diadakan sebelum sampai pada tahap pelaksanaan pembangunan itu sendiri, terbukti dengan adanya Badan Perencanaan Pembangunan baik dipusat maupun didaerah yang bertugas untuk menyusun perencanaan pembangunan dan penilaian atas pelaksanaannnya. Oleh karena itu pemerintah memandang perlu untuk membentuk suatu badan tertentu sebagai badan perencanaan pembangunan, yang dimaksudkan agar melalui pembentukan badan ini, tugas perencanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik sehingga maksud dan tujuan pembangunan dapat tercapai.

Sebagai realisasinya didaerah dibentuk Badan Perencanan Pembangunan Daerah yang disingkat dengan BAPPEDA dibentuk pertama kali berdasarkan keputusan Presiden Nomor 15 tahun 1974 yaitu tentang :”Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah” yang berlaku mulai tanggal 18 maret 1974 yang kemudian dicabut dengan keluarnya keputusan Presiden Nomor 27 tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang mulai berlaku pada tanggal 29 maret 1980.

---


(31)

Mulai pembentukan Bappeda ini, baik untuk daerah tingkat I maupun untuk daerah tingkat II, diharapkan supaya daerah – daerah dapat dilaksankan pembangunan dengan lancar untuk mencapai tujuan Negara kesatuan Republik Indonesia yaitu menuju masyarakat adil dan makmur.

Hal ini tercermin dalam keputusan Presiden Nomor 27 tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang mengatakan bahwa 15: dalam rangka usaha peningkatan keserasian pembangunan didaerah”, diperlukan adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah.

Selanjutnya dikatakan lagi “bahwa dalam rangka usaha menjamin laju perkembangan, keseimbangan dan kesinmabungan pembangunan didaerah, diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh terarah dan terpadu”.16

Bappeda adalah Badan staff yang langsung berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala daerah yang bersangkutan. Hal ini dengan jelas disrbutkan dalam Kepres nomor 27 tahun 1980 tentang Pembentukan Bappeda R.I tersebut yang dalam pasal 2 (dua)nya berbunyi ;

Ayat (1). Bappeda tingkat I, adalah badan staf yang langsung berada dibawah dan tanggung jawab kepada Gubernur/kepala daerah tingkat I.

Ayat (2). Bappeda tingkat II, adalah badan staf yang langsung berada dibawah dan tanggung jawab kepada Bupati/Walikota madya kepala daerah tingkat II.

---

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 27 Tahun 1970 Tentang Pembentukan BAPPEDA RI.


(32)

Jadi jelaslah bahwa Bappeda itu mempunyai tugas atau pekerjaan yang sangat penting dalam membentuk kepala daerah untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan didaerah.

Selanjutnya sebagai pelaksanaan Kepres Nomor 27 tahun 1980 itu, di lingkungan Departemen Dalam Negeri telah menerbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185 tahun 1980 tentang ; “Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tingkat I(PemerintahanProvinsi) dan Tingkat II (Pem.Kab./Kota), yang mulai berlaku pada tanggal 28 Agustus 1980.

Untuk daerah Tingkat I (Pemerintahan provinsi) Sumatera Utara, Gubernur selaku kepala Pemerintahan Provinsi telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 1981 tentang; Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Utara.

Kemudian untuk Daerah Tingkat II (Pemerintahan Kabupaten) Deli Serdang, Bupati Kepala Pemerintahan Kabupaten, telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 ; Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

C. Kedudukan, Fungsi dan Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Menurut ketentuan yang telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 27 tahun 1980 tentang Pembentukan BAPPEDA R.I tersebut, dapat diketahui bahwa Kedudukan Bappeda adalah merupakan Badan staf Kepala daerah yang secara lengkap dan jelas diatur melalui pasal 2 dari Keputusan Presiden yang berbunyi :


(33)

1. Bappeda Tingkat I, adalah Badan staf yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Kepala daerah Tingkat I (pasal 2 ayat 1).

2. Bappeda Tingkat II, adalah Badan staf yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota madya Kepala Daerah Tingkat II (pasal 2 ayat 2).

Dari ketentuan diatas, maka dapat diketahui bahwa, Bappeda tersebut adalah merupakan Badan staf yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Hal ini berarti bahwa Bappeda bukanlah merupakan Badan Perencanaan Pembangunan yang berdiri sendiri diluar daripada tanggung jawab dari Kepala Daerah yang bersangkutan, tetapi Badan tersebut dibentuk adalah untuk bekerja dan membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan pekerjaan sebagai kepala daerah yang bertugas untuk merencanakan pembangunan serta mengadakan penilaian atas pelaksanaannya.

Bappeda Tingkat I mempunyai tugas membantu Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (Pemerintahan Provinsi) dalam menentukan kebijaksanaan dibidang Perencanaan Pembangunan daerah Tingkat I serta penilaian atas pelaksanaannya.17

Bappeda tingkat II (Pemerintahan Kabupaten/Kota) mempunyai tugas membantu Bupati/Walikota Daerah Tingkat II dalam menentukan kebijaksanaan dibidang Perencanaan Pembangunan di daerah tingkat II serta penilaian atas pelaksanaannya.18

Selanjutnya dalam Keputusan Presiden tersebut pada pasal 4 ditentukan bahwa :

---

17. Loc.cit


(34)

Dalam melaksanakan perencanaan pembangunan di daerah, Bappeda tingkat I dan Bappeda tingkat II berkewajiban mengusahakan keterpaduan antara rencana nasional dan daerah (pasal 4 ayat 1 KEPRES No. 5 tentang Pembentukan Bappeda R.I).” Dalam rangka melaksanakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Bappeda tingkat I dan Bappeda tingkat II mengkoordinasikan aspek-aspek perencanaan dari seluruh unit vertikal yang terdapat dalam wilayahnya (pasal 4 ayat 2 KEPRES No. 5 tentang Pembentukan Bappeda R.I).

Dengan demikian jelas lah bahwa dengan dibentuknya Badan dan Perencanaan Pembangunan Daerah, maka tugas pembangunan, pengawasan dan penilaian menjadi tugas daripada Bappeda tersebut, artinya bahwa badan itu bukan hanya bertugas sebagai perencanaan saja tetapi harus turut serta aktif dalam mengadakan pengawasan dan pelaksanaan dari yang sudah direncanakan semula. Hanya saja perlu diingat bahwa melalui pengawasan, badan ini akan dapat menyusun perencanaan pembangunan berikutnya dengan mempelajari hal-hal yang telah dilihat melalui pelaksanaan yang sudah dilakukan.

Oleh sebab itu, Bappeda tidak lah bolrh terlepas dari semua badan-badan maupun instansi-instansi yang ada didaerah itu dalam melakukan tugasnya sebagai Badan Perencanaan Pembangunan di daerah.

Perlu diketahui bahwa sesuai dengan Undang-undang No.5 tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah, maka keseluruhan badan atau instansi yang terlinat dalam fungsi-fungsi manajemen pembangunan adalah sebagai berikut: 19

---


(35)

a. Fungsi Perencanaan (planning), disamping ada pada masing-masing instansi vertikal maupun otonom, Bappeda mengemban secara dominan fungsi perencanaan itu.

b. Fungsi aktuasi (actuasting), yang sering juga disebut fungsi eksekutif, berada pada wewenang Kepala Daerah (KDH). Masing-masing instansi vertikal maupun daerah melaksanakan fungsi aktuasi ini; hanya bagi Gubernur/Bupati/Walikotamadya selaku kepala wilayah juga mengkoordinasikan kepada kantor wilayahnya masing-masing.

c. Fungsi pengontrolan atau pengendalian (controlling), terutama sekali dilaksanakan oleh Inspektur wilayah Propinsi kabupaten/kotamadya (Irwil). Jika dikatakan demikian, tidak berarti masing-masing instansi di daerah itu tidak menjalankan fungsi pengontrolan; mereka tetap melaksanakan sekurang-kurangnya yang disebut sebagai “Internal control”.

Hal diatas menunjukan bahwa Bappeda dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan, tidak boleh terlepas dari badan-badan lain, khususnya dari Gubernur/Bupati/Walikotamadya Kepala daerah dan staf - staf Gubernur/Bupati/Walikotamadya yang bersangkut paut dengan pelaksanaan tugas pembangunan, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari pada pelaksanaan itu.

Selanjutnya dalam Keputusan Presiden Nomor 27 tahun 1980 ditentukan bahwa yang menjadi fungsi daripada Bappeda Tingkat I adalah sesuai dengan apa yang diatur dalam pasal 5 sebagai berikut : 20

---


(36)

a. Menyusun pola dasar Pembangunan daerah yang berdiri atas pola umum pembangunan daerah jangka panjang dan pola umum Pelita daerah tingkat I.

b. Menyusun Repelita daerah tingkat I.

c. Menyusun program-program tahunan sebagai pelaksanaan rencana-rencana tersebut pada huruf a dan b yang dibiayai oleh daerah sendiri ataupun yang diusulkan kepada pemerintah pusat untuk dimasukkan kedalam program tahunan nasional.

d. Melakukan koordinasi perencanaan diantara dinas – dinas satuan organisasi lain dalam lingkungan pemerintah daerah instansi – instansi vertikal, dearah – daerah tingkat II dan badan – badan lain yang berada dalam wilayah daerah tingkat I yang bersangkutan.

e. Menyusun Rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah tingkat I bersama – sama dan biro keungan daerah, dengan koordinasi sekretaris wilayah daerah tingkat I.

f. Melaksakan koordinasi dan atau mengadakan penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan daerah.

g. Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan pembangunan didaerah untuk menyempurnaan perencanaan lebih lanjut.

h. Memonitor pelaksanaan pembangunan didaerah.

i. Melakukan kegiatan – kegiatan lain dalam rangka perencanaan sesuai dengan petunjuk Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

Sedangkan yang menjadi fungsi Bappeda Tingkat II adalah diatur dalam pasal 6 keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 sebagai berikut : 21

---


(37)

Sedangkan yang menjadi fungsi Bappeda Tingkat II adalah diatur dalam pasal 6 keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 sebagai berikut: 22

a. Menyusun pola dasar pembangunan daerah yang terdiri dari pola umum pembangunan daerah jangka panjang dan pola umum repelita daerah tingkat II. b. Menyusun repelita daerah tingkat II.

c. Menyusun program – program tahunan sebagai pelaksanaan rencana – rencana tersebut pada huruf a dan b yang biayai oleh pemerintah sendiri ataupun yang diusulkan kepada pemerintah daerah tingkat I untuk dimasukan kedalam program daerah tingkat I dan atau yang usulkan kepada pemerintah pusat untuk dimasukkan kedalam program tahunan nasional.

d. Melakukan koordinasi perencanaan diantara dinas – dinas satuan organisasi lain dalam lingkungan pemerintah daerah instansi – instansi vertikal,kecamatan – kecamatan dan badan – badan lain yang berada dalam wilayah daerah tingkat II yang bersangkutan.

e. Menyusun rencana APBD Tingkat II bersama – sama dengan bagian keungan daerah dengan koordinasi sekretaris wilayah daerah tingkat II.

f. Melaksakan koordinasi dan atau mengadakan penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan didaerah.

g. Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan didaerah untuk penyempurnaan perencanan lebih lanjut.

h. Memonitor pelaksanaan pembangunan didaerah.

i. Melakukan kegiatan – kegiatan lain dalam rangka perencanan sesuai dengan petunjuk bupati/wali kota madya kepada daerah tingkat II.

---


(38)

D. Manfaat Rencana Pembangunan Daerah

Selain menelaah batasan – batasan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunannya, perlu pula diperhatikan peranan yang dapat dijalankan oleh pemerintah daerah dalam menciptakan perencanaan pembangunan. Perlunya pemerintah daerah untuk secara aktif mengadakan perencanan atau program pembangunan daerahnya terutama disebabkan ketiga alasan berikut menurut Sadono Sukirno ; 23

1. Untuk membantu pemerintah pusat dan pada waktu yang sama mengemukakan pendapatnya dalam meneliti proyek – proyek yang akan dilaksanakan didaerah tersebut ;

2. Untuk menciptakan desentralisasi yang efektif dan selanjutnya menciptakan administrasi yang lebih efesien ;

3. Untuk memberikan pengarahan kepada sektor swasta sehingga kegiatan investasi mereka dapat dilaksanakan secara efisien dan memberikan sumbangan yang maximal terhadap pembangunan ekonomi.

Perencanaan pembangunan merupakan suatu proses yang bergerak timbal – balik. Disatu pihak, rencana pembangunan akan menunjukkan berbagai proyek yang harus dijalankan disesuatu daerah dan ini selanjutnya menunjukkan tugas yang harus dipikul oleh pemerintah daerah dalam usaha untuk menciptakan pembangunan nasional. Tetapi dilain pihak, pemerintah daerah dapat pula menunjukkan kepada pemerintah pusat tentang proyek – proyek yang sebaiknya dilaksanakan didaerah tersebut.

---

23. Sadono Sukirto, Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembaharuan Daerah, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1982, hal.116.


(39)

Jadi sebelum proyek – proyek ini diberbagai daerah ditentukan, kegiatan perencanaan yang baik perlu mengadakan dialog diantara perencana pusat dan perencana daerah.

Memang pada akhirnya keputusan dalam menentukan prioritas dari pelaksanan proyek – proyek dan penentuan jenis proyek yang akan dijalankan diberbagai daerah terletak ditangan pemerintah pusat. Tetapi walaupun demikian, adanya partisipasi daerah akan banyak manfaatnya dalam mempertinggi efisiensi alokasi sumber – sumber daya ke berbagai daerah dalam mengusahakan alokasi yang adil keberbagai daerah.

Dalam teori, salah satu tugas dari perencana pusat adalah membuat suatu program untuk menyebarkan proyek – proyek keberbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun. Tetapi dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalu dapat tercapai karena perencanaan yang tidak sempurna, organisasi pelaksanaan yang kurang efisien, kekurangan informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lainnya.

Sebagai akibat dari banyaknya kekurangna dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran proyek – proyek keberbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Ahkirnya perencanaan pembangunan daerah sangat penting sekali artinya sebagi alat untuk memberikan rangsangan kepada sektor swasta untuk melakukan lebih banyak penanaman modal. Memberikan pengarahan dan rangsangan kepada pihak swasta dalam usaha pembangunan daerah sangat penting arah karena kecepatan pertumbuhan sesuatu


(40)

daerah dan kesanggupan sesuatu daerah untuk menciptakan pekerjaan baru sangat tergantung kepada kegiatan penanaman modal dari pihak swasta.

Disamping untuk mengarahkan penanaman modal pihak swasta, perencanaann pembangunan darah dapat pula digunakan untuk memberikan dorongan kepada pihak swasta untuk melakukan lebih banyak penanaman modal. Dengan adanya program pembangunan daerah dan perencanaan pembangunan daerah kelemahan ini dapat diperbaiki, yaitu rencana pembangunan daerah dapat membantu pihak swasta, untuk mengetahui corak perkembangan yang akan dilaksanakan diberbagai daerah. 24

Adanya informasi mengenai arah pembangunan sesuatu daerah akan memberikan keuntungan ganda kepada para penanam modal.

Pertama, dengan adanya analisa dari badan perencanan pembangunan daerah mengenai keadaan social dan ekonomi masyarakat tersebut pada masa yang lalu dan terutama pada masa yang akan datang, para pengusaha akan dapat mengetahui jenis potensi – potensi yang dapat dikembangkan oleh pihak swasta didaerah tersebut.

Kedua, pada pengusaha akan dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai arah perkembangan yang berlaku pada masa yang akan datang dan selanjutnya memberika dorongan kepada mereka untuk melakukan lebih banyak penanaman modal.

Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa sangat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari adanya rencana pembangunan daerah baik bagi pemerintah pusat, Pemerintah Daerah dan juga pihak swasta. Karena rencana pembangunan daerah tersebut memberikan gambaran dan konsep pembangunan yang akan dilaksanakan serta potensi sesuatu daerah yang dapat dikembangkan dimasa yang akan datang.

---


(41)

BAB III

TINJAUAN MENGENAI PEMBENTUKAN BAPPEDA PEMERINTAHAN KABUPATEN DELI SERDANG.

A. Latar belakang dan Proses dibentuknya Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli

Serdang.

Pemerintah daerah sebagai alat Negara yang melaksanakan tugas – tugas kenegaraan dan kemasyarakatan senantiasa berupa untuk meningkatkan taraf kehidupaan rakyat.Sehubungan dengan usaha meningkatkan taraf kehidupan rakyat, tentu membutuhkan kehadiran pembangunan.

Didalam melaksakan pembangunan tersebut sebaiknya dimulai dengan suatu perencanaan maka hasil pembangunan itu tidak akan sesuai dengan yang diharapkan semula.

Untuk itu maka ada baik nya Penulis menguraikan terlebih dahulu tentang sejarah Kabupaten Deli Serdang, yang di kutip dari situs Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang sebagai Berikut : 25

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk Kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 3 8 Km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi).

---


(42)

Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk Permusyawaratan Rakyat se-Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional.

Negara - Negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan NRI, sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tdak bersedia.

Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang Dasar 1945.

Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Deli Serdang, Afdeling ini dipimpin seorang Asisten Residen beribukota Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontelir.

Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur tanggal 19 April 1946, Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam). Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu ibukota berkedudukan di Perbaungan.


(43)

Kemudian dengan Besluit Wali Negara tanggal 21 Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibukota Medan meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagai.

Pada tanggal 14 November 1956. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah ( DPD).

Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang adalah tanggal 1 Juli 1946.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di daerah ini pun telah terjadi beberapa kali.

Tercatat dalam sejarah bahwa Bupati pertama di Kabupaten Deli Serdang adalah Moenar S. Hamidjojo, kemudian Sampoerno Kolopaking, setelah itu Wan Oemaroeddin Barus (1 Februari 1951 s.d 1 April 1958), Abdullah Eteng (1 April 1958 s.d 11 Januari 1963), Abdul Kadir Kendal Keliat (11 Januari 1963 s.d 11 November 1970), Haji Baharoeddin Siregar (11 November 1970 s.d 17 April 1978), Abdul Muis Lubis ( 17 April 1978 s.d 3 Maret 1979), H. Tenteng Ginting (3 Maret 1979 s.d 3 Maret 1984 ), H. Wasiman ( 3 Maret 1984 s.d 3 Maret 1989), H. Ruslan Mansur ( 3 Maret 1989 s.d 1994 ), H.


(44)

Maymaran NS (3 Maret 1994 s.d 3 Maret 1999), Drs.H. Abdul Hafid, MBA (3 Maret 1999 s.d 7 April 2004), dan sejak tahun 2004 (periode 2004 s.d 2009) dijabat oleh Drs. H. Amri Tambunan, tahun 2009 (periode 2009 s.d 2013) dijabat kembali oleh Drs. H. Amri Tambunan.

Perjalanan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang, tercatat beberapa Bupati didampingi oleh seorang wakil Bupati. Pada pertengahan periode kepemimpinan (1997) H. Maymaran. MS, beliau didampingi oleh seorang wakil Bupati Drs. H. Rayo Usman Harahap, sesuai dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor 132.22-141 tanggal 24 Februari 1977. Jabatan Wakil Bupati berlanjut dijabat oleh Drs. H. Rayo Usman Harahap pada periode Drs. H. Abdul Hafid, MBA. sampai dengan tahun 2002. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, jabatan Wakil Bupati merupakan satu paket dengan Bupati yang dipilih oleh anggota legislatif. Tahun 2003, Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang, terpilih Drs. H. Amri Tambunan yang berdampingan dengan Drs. Yusuf Sembiring, MBA., MM. sebagai Wakil Bupati untuk periode 2004 sampai dengan 2009 selanjutnya Drs. H. Amri Tambunan terpilih kembali untuk periode 2009 sampai dengan 20013 yang berdampingan dengan Drs. Zainudin mars. sebagai Wakil Bupati

Demikian pula halnya di legislatif, pimpinan di lembaga inipun sudah silih berganti mulai dari Ketua Dewan dijabat oleh Bonar Ginting, H. Mahmud Hasan, T.A. Muhaid Arief, dan Kapten M. Selamat.kemudian pada priode berikutnya terpilih menjadi Ketua Dewan adalah Letkol Gus Masinan, BA (1971 s.d 1982), H.M. Rizan ( 1982 s.d 1987), T. Abunawar Alhaj (1987 s.d 1992), H. Iping Safei dilanjutkan oleh Usman DS (1992 s.d 1997), Kolonel Drs. H. Nusrin Siregar (1997 s.d 1999), Naik Tarigan, BBA ( 1999 s.d


(45)

2004) dan sejak tahun 2004 sampai saat ini Ketua DPRD Kabupaten Deli Serdang dijabat oleh H. Wagirin Arman.

Sedangkan Sekretaris Wilayah Daerah (saat ini berubah nama menjadi Sekretaris Daerah), juga sudah silih berganti, mulai dari H. Baharoeddin Siregar, Mbra Barus, Mabai Tarigan, H. Abdul Muis Lubis, Mohd. Zaini Dahlan, SH, Drs. Sonny Sembiring, Zainal Arifin, SH, Drs. H. Aman Ginting, Drs. H. Azis Fachri Harahap, H. Abdul Salam Pane SH, Drs. H. Zainul Aris, Drs.H.Chairullah, S.I.P, MAP, Pelaksana Sekda Ir. H. Marapinta Harahap, MAP, MM, dan saat ini dijabat oleh Ir. Djaili Azwar, M.Si.

Sementara itu, Sekretaris DPRD Kabupaten Deli Serdang juga sudah beberapa kali silih berganti mulai dari Djaman Ginting, SH., kemudian Pangeran Siregar SH, setelah itu Drs. Nur Achmad Siregar, H.M. Rasyid SH, Drs H. Achmad Siregar, dan Drs. Semangat Merdeka Tarigan.

Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan. Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota Binjai dan kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 KM2 terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Desa


(46)

Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 2.497,72 KM2 yang terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa.

Berikut adalah tabel Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Nama dan Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan jumlah penduduk:

No Kecamatan Ibu kota

Kecamatan

Luas wilayah km2

Jumlah desa/ kelurahan

Jumlah penduduk

1 Gunung

meriah

Gunung meriah

76.65 12 2.629

2 Stm hulu Tiga juhar 223.38 20 10.135

3 Sibolangit Sibolangit 179.96 30 19.643

4 Kutalimbaru Kutalimbaru 174.92 14 32.117

5 Pancur batu Pancur batu 122.53 25 71.142

6 Namorambe Namorambe 62.30 36 28.437

7 Biru-biru Biru-biru 89.69 17 29.575

8 Stm hilir Talun kenas 190.50 15 34.184

9 Bangun purba Bangun

purba


(47)

10 Galang Galang 150.29 29 54.522

11 Tanjung

morawa

Tanjung morawa

131.75 26 163.067

12 Patumbak Patumbak 46.79 8 64.507

13 Deli tua Deli tua 9.36 6 47.559

14 Sunggal Sunggal 92.52 17 202.013

15 Hamparan

perak

Hamparan perak

230.15 20 127.717

16 Labuhan deli Labuhan deli 127.23 5 50.143

17 Percut sei tuan Tembung 190.79 20 293.493

18 Batang kuis Batang kuis 40.34 11 45.306

19 Pantai labu Pantai labu 81.85 19 38.621

20 Beringin Karang anyer 52.69 11 47.028

21 Lubuk pakam Lubuk pakam 31.19 13 75.978

22 Pagar merbau Pagar

merbau

62.89 16 31.206

Jumlah 2.479,72 Km2 403 desa 1.489.145 jiwa


(48)

Diawal pemerintahannya kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.

Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Deli Serdang, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh.

Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara.

Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku seperti Melayu, Jawa, Batak, Minang, Tionghoa, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu Budha dan Konghuchu, dengan total jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer persegi.

Adapun secara dari segi Demografi Kabupaten Deli serdang sebagai berikut: a. Geografis.,

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi


(49)

silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 Dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera. - Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

b. Topografi

Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.

Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas:

a. Dataran Pantai.

Dataran pantai mempunyai luas ± 63.002 Ha ( 26,30 %) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu). Jumlah Desa sebanyak 64 Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 km.Potensi Utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.

b. Dataran Rendah

Dataran Rendah mempunyai luas ± 68,965 Ha ( 28.80 % ) terdiri dari 11 kecamatan ( Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah desa


(50)

sebanyak 197 desa/kelurahan.Potensi Utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan, dan Perikanan Darat. c. Dataran Pegunungan.

Dataran Pegunungan mepunyai luas ± 111.970 Ha ( 44.90 %) terdiri dari 7 kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STMHilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah : Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.

Berikut adalah tabel Topografi Kabupaten Deli Serdang :

No. DATARAN LUAS(%) K D P U

1. Dataran Pantai

± 63.002 Ha (26.30 %)

4 64

Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan,

Peternakan Unggas, dan Pariwisata.

2. Dataran Rendah

± 68,965 Ha (28.80 %)

11 197

Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat,

Peternakan, Industri, Perdagangan, dan Perikanan

Darat.

3.

Dataran Pegunungan

±111.970Ha ( 44.90 %)

7 133

Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.


(51)

/ 2.497,72 Km2

K : Kecamatan

KETERANGAN :

D : Desa

PU : Potensi Utama

Sumber : Pemerintahan Kabuapaten Deli Serdang.

Kabupaten Deli Serdang terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut, dan DAS Ular, dengan luas areal 378.841 HA, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya berada di Kabupaten Simalungun, dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi pertanian.

c. Iklim.

Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub tropis.

Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September, Oktober, Nopember dan Desember. Angin yang bertiup melalui daerah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0,68 meter/detik, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84 %.


(52)

dibedakan atas:

a. Alluvial, Regosol, Organosol: 25.176 Ha. b. Hidromorfik Kelabu, Gleihumus : 45.873 Ha. c. Andosol Coklat: 44.488 Ha.

d. Latosol Coklat: 9.306 Ha.

e. Podsolik Coklat Kekuningan: 51.174 Ha. f. Podsolik Merah Kekuningan: 51.982 Ha. g. Litosol, Podsolik, Regosol: 10.624 Ha. Total: 240.796 Ha.

Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Deli Serdang dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Perkampungan / Pemukiman: 12.907 Ha ( 5,39 % ). b. Persawahan: 44.444 Ha ( 18.56 % ).

c. Tegalan / Kebun Campuran: 52.897 Ha ( 22.09 % ). d. Perkebunan Besar: 54.286 Ha ( 22.67 % ).

e. Perkebunan Rakyat: 29.908 Ha ( 12,49 % ). f. Hutan: 40.157 Ha ( 16.77 % ).


(53)

h. Kolam / Tambak: 1.317 Ha ( 0,55 % ). i. Rawa – Rawa: 792 Ha ( 0,33 % ). j. Peternakan: 49 Ha ( 0,02 % ). k. Lain – Lain : 2.035 Ha ( 0,85 % ). Total: 239.462 Ha.

Sumber : Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

Termasuk di dalamnya lokasi Bandara Udara Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu sebagai pengganti Bandara Udara Polonia Medan (± seluas 1.564 Ha), dan kawasan industri ± seluas 356 Ha.

Dalam gerak pembangunannya, motto Kabupaten Deli Serdang yang tercantum dalam Lambang Daerahnya adalah “Bhinneka Perkasa Jaya” yang memberi pengertian; dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, agama, ras dan golongan bersatu dalam kebhinnekaan secara kekeluargaan dan gotong royong membangun semangat kebersamaan, menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam seiring dengan kebutuhan dan sumber daya manusianya sehingga menjadi kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan dan kejayaan sepanjang masa.

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan)


(54)

yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.

Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota Binjai dan kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 KM2 terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung.

Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 KM2.

Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.

Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan U.U. No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh.

Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara.


(55)

Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku seperti Melayu, Jawa, Batak, Minang, Tionghoa, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu Budha dan Konghuchu, dengan total jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometerpersegi.

Dalam gerak pembangunannya, motto Kabupaten Deli Serdang yang tercantum dalam Lambang Daerahnya adalah “Bhinneka Perkasa Jaya” yang memberi pengertian; dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, agama, ras dan golongan bersatu dalam kebhinnekaan secara kekeluargaan dan gotong-royong membangun semangat kebersamaan, menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menjadi kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan dan kejayaan sepanjang masa.

Khusus bagi Negara kita yang masih tergolong dalam Negara yang sedang berkembang di segala bidang,sudah sewajarnya terlebih dahulu dibuat perencanaan yang matang, terarah dan terpadu, dimana perencanaan itu dibuat berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas karena perencanaan tersebut dipergunakan sebagai arah atau pedoman pelaksanaan pembangunan.

Dengan melalui suatu perencanaan akan dapat diproleh manfaat yang besar, karena dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan(fore casting)terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaaan yang akan dilalui.perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi.perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih


(56)

berbagai alternatif tentang cara yang baik (the best alternative) atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination).26

Bahwa dalam rangka usaha menjamin laju perkembangan keseimbangan dan kesinambungan pembangunan ditapanuli utara diperlikan perencanaan yang lebih-

menyeluruh terarah dan terpadu agar supaya pembangunan tersebut terwujud lebih sempurna dengan pelaksanaan yang berdaya guna dan berhasil guna. 27

Bagi Pemerintah Republik Indonesia sendiri sangat menyadari akan pentingnya perencanaaan itu,sehingga dibentuklah suatu Badan Perencana Pembangunan Daerah, baik didaerah tingkat I (Pemerintahan Provinsi) maupun didaerah tingkat II (Pemerintahan Kabupaten/Kota).

Dasar hukum pembentukan Bappeda pertama kali diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1974, tentang pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan selanjutnya dicabut dan diganti dengan keputusan Presiden dengan Nomor 27 tahun 1980, tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan daerah

Sebagai realisasi keputusan Presiden Nomor 27 tahun 1980, maka didaerah tingkat II/ Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang perlu dibentuk suatu Badan Perencanaan Pembangunan. Hal ini tertuang dalam Telkom Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara Tanggal 28 juli 1981 No.2457/t, dipandang perlu segera membentuk Organisasi dan tata kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di kabupaten Deli Serdang.

---

26. Loc.Cit. 27. Loc.Cit.


(57)

Sebagai terwujudnya, maka Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Deli Serdang melalui pelaksanaan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Bupati selaku kepala Daerah, mengeluarkan Peraturan Daerah No 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perangkat Daerah Kabupaten deli Serdang, selanjutnya Bappeda Kabupaten Deli Serdang dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2007 pasal 95 menjelaskan bahwa Bappeda bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

B. Struktur organisasi Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

Untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan suatu tujuan tertentu biasanya harus memakai suatu alat pula. Alat inilah yang diharapkan bergerak didalam melaksanakannya.Didalam hal yang disebut dengan alat adalah Organisasi.

Banyak serjana yang memberikan pendapat tentang pengertian Organisasi dan untuk apa organisasi itu diperbuat.Dibawah ini penulis akan mengemukakan beberapa pendapat serjana.

Victor A.Thomson menyataka sebagai berikut: 28

”Organisasi adalah suatu integrasi dari sejumlah spesialis-spesialis yang bekerja sama sangat resional dan impersonal untuk mencapai suatu tujuan spesifik yang telah diumumkan sebelumnya.”

Selanjutnya Chester Barnard sendiri mempunyai rumusan tertentu tentang Organisasi sesuai dengan perspektifnya.Sarjana ini berpendapat bahwa: 29

--- 28.

.MIfta Thoha,Drs,MPA, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara,CV. Rajawali,Jakarta,1984, hal.123-124 29. Ibid. Hal.126.


(58)

“Suatu Organisasi adalah suatu sistem dari aktiva-aktiva orang yang berkoordinasikan secara sadar atau kekutan-kekuatan yang terdiri dari dua orang-orang atau lebih.”

Kedua rumusan tersebut jelas mempunyai perspektif yang berbeda satu sama lainnya. Pendapat Viktor A.Thomson merumuskan dengan penekanan pada tingkat rasionalitas dalam usaha kerja sama yang terkoordinasikan.

Kemudian Richard Scott mengemukakan bahwa : 30

“Organisasi itu diciptakan sebagai suatu kolektivitas yang sengaja dibentuk mencapai tujuan khusus tertentu yang sedikit banyaknya didasarkan pada azas kelangsungan.”

Selanjutnya Richard Scott mengemukan bahwa gambaran prospek dari suatu organisasi harus jelas yaitu meliputi : 31

1. Adanya batas-batas yang jelas, 2. Adanya aturan-aturan yang normatif, 3. Adanya jenjang otorita,

4. Adanya suatu system komunikasi,

5. Adanya suatu system intentif yang mampu mendorong berbagai tipe partisipasi dalam usaha bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari seluruh perumusan atau pengertian tentang organisasi tersebut diatas,maka penulisan lebih cenderung sependapat dengan hal yang dikemukakan Richard Scott karena unsur-unsur yang dikemukannya, didalam berbagai organisasi saat ini cenderung dipenuhi.

--- 30.

.MIfta Thoha,Drs,MPA, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara,CV. Rajawali,Jakarta,1984, hal.123-124 31. Prajudi Atmosudirjo.Prof,DR,Mr,Hkum Administrasi Negara,Ghalia Indonesia,Jakarta,1983,hal.70-71


(1)

E. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS BAPPEDA KABUPATEN DELI SERDANG.

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas Bappeda kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : 43

1. Kurangnya sarana dan prasarana. Dengan suatu peralatan yang kurang memadai akan dapat menghambat lancarnya kegiatan dalam melakukan pekerjaan.

2. Kurangnya kesigapan apabila diberi Tugas mendadak

3. Masih rendahnya kesadaran pegawai untuk berbuat dan bersikap disiplin dalam pelaksanaan tugas misalnya ketelambatan masuk kerja.

4. Kurangnya perangkat peraturan kedisiplinan, misalnya kurang tegasnya pimpinan yaitu kepala Bappeda dalam menjatuhkan sanksi pada setiap pelanggaran kedisiplinan.

5. Kurangnya sistem pengawasan, perangkat pengawasan dan upaya tindak lanjut yang kurang akan dapat membuka peluang pegawai untuk melakukan berbagai pelanggaran 6.

Setiap pelanggaran disiplin pegawai selalu berkilah untuk dibina secara administratif Hal – hal tersebut di atas merupakan hambatan yang ada dalam melaksanakan kedisiplinan Pegawai yang ada di Bappeda Kabupaten Deli Serdang. Dengan memahami arti pentingnya kedisiplinan dalam bekerja, kiranya menjadi kewajiban Bappeda dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab, dengan demikian Bappeda akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik untuk dapat terwujudnya pembangunan yang terarah dan terpadu.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraaian – uraian yang telah dikemukan terdahulu, maka diambillah beberapa kesimpulan – kesimpulan sebagai berikut :

1 Pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah tingkat II / Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, berdasarkan keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 dan dilanjutkan melalui Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisai dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang, yang mengacu juga kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan nasional adalah suatu langkah yang sangat tepat untuk dapat terwujudnya pembangunan yang terarah dan terpadu.

2 Untuk menghasilkan pembangunan daerah yang berhasil guna dan efektif, maka Bappeda Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang mempunyai Tugas pokok yang tertuang pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang yang tepat nya pada pasal 95 ayat (2), adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, penelitian, pengembangan, dan statistik.

3 Realisasi tugas Bappeda Kabupaten deli Serdang adalah menyusun rencana Pembangunan Daerah baik jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek. Rencana umum tata ruang, pengentasan kemiskinan serta mengkoordinasikan


(3)

seluruh rencana pembangunan dengan dinas dan instansi vertikal yang ada didaerah kabupaten Deli Serdang.

4 Dengan penataan ruang diharapkan dapat terwujud kehidupan dan penghidupan yang aman, lancar, tertib, sehat dan efisien dalam lingkungan yang serasi dan daya dukung yang lestari atau dapat terwujudnya pemanfaatan ruang yang optimal sesuai dengan Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis serta sangat dipengaruhi oleh adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

B. SARAN – SARAN

Setelah penulis memaparkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka berikut ini sebagai bahan masukan bagi aparat Bappeda maupun Aparat Pemda Kabupaten Deli Serdang pada, serta untuk menyempurnakan pelaksanaan tugas – tugas dimasa yang akan datang, berikut ini penulis memberikan / menguraikan beberapa saran – saran :

1. Agar sasaran pembangunan yang akan dilaksanakan lebih berhasil dan berdaya guna maka perlunya Bappeda mengadakan analisa dan evaluasi, hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Upaya memperbaiki yang belum sempurna,

b. Upaya menggali, meningkatkan serta memanfaatkan potensi yang ada,

c. Upaya menciptakan yang belum ada, kesemuanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.


(4)

2. Untuk mencapai pembangunan daerah yang terpadu, terarah serta tepat sasaran, Bappeda kabupaten Deli Serdang supaya meningkatkan koordinasi dengan Dinas dan instansi vertikal didaerah melalui planning, monitoring dan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan.

3. Dalam mempersiapkan rencana dan program pembangunan didaerah, bappeda perlu senantiasa melakukan dan memelihara hubungan kerja secara konsultatif dengan instansi – instansi yang ada didaerah dibawah pengawasan Bupati dan diharapkan memelihara dan mengembangkan rencana pembangunan didaerah secara terpadu.

4. Pengelolaan sumber daya alam yang beraneka ragam didaerah Deli Serdang perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan Tata ruang dalam satu kesatuan Tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan linhkungan hidup sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu bappeda perlu merevisi Rencana Umum tata ruang yang telah ada sesuai dengan tuntutan pembangunan.

5. Perlu lebih ditingkatkan lagi kerja sama antara aparat pembangunan dengan masyarakat terutama pihak swasta yang ada didaerah untuk mendukung pembangunan tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-buku :

Bintoro Tjokroamidjojo,Pror,MA, Perencanaan Pembangunan

Mifta Thoha,Drs,MPA,

(Haji Masagung, Jakarta, 1990)

Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara Rajawali,Jakarta,1984)

,(CV.

Prajudi Atmosudirjo, Prof, DR, Mr, Hukum Administrasi Negara Indonesia,Jakarta,1983)

, (Ghalia

Pariata Westra,SH,Drs, Manajemen Pembangunan Daerah Sadono Sukirto,Drs,Msc,

, (Ghalia Indonesia, 1983) Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembaharuan Daerah (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1982)

,

Soewarno Handayaningrat,Drs, Administrasi Pemerintah Dalam Pembangunan Nasional

Solly.M Lubis,DR,SH,Perkembangan

,(Gunung Agung,Jakarta,1986,cetakan ke-empat)

Garis Politik dan Perundang-undangan Pemerintah Daerah

Soekartawi,Drs,

,(Alumni, Bandung,1983)

Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan

W.J.S Poerwarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1987.) , (Raja Wali, Jakarta, 1990)


(6)

1. Peraturan perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pelaksanaan Pembangunan Nasional.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pemekaran daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah

Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1988 Tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah

Keputusan Presiden Nomor. 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

.

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.

.

2. Artikel, Makalah, dan Paper.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.