66
Tabel 3.15. Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2014 - 2015
NO KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENGGUNA AIR
BERSIH KET
2014 2015
2014 2015
Jiwa KK
Jiwa KK
KK KK
1 Gunung Tujuh
14.480 4.416
14.922 4.190
1.490 34
2.207 53
2 Kayu Aro
22.079 6.410
20.458 6.082
3.988 62
3.988 66
3 Kayu Aro Barat
18.473 5.992
20.114 5.685
3.775 63
4.507 79
4 Gunung Kerinci
11.967 3.641
11.894 3.455
1.147 32
1.443 42
5 Siulak
21.053 6.480
20.330 6.149
4.565 70
4.565 74
6 Siulak Mukai
10.662 3.258
11.179 3.091
2.486 76
2.486 80
7 Air Hangat Barat
8.976 2.665
8.449 2.529
2.665 100
2.529 100
8 Air Hangat
11.096 3.551
11.143 3.369
3.551 100
3.369 100
9 Air Hangat Timur
18.012 5.710
17.734 5.418
3.122 55
3.912 72
10 Depati VII
14.881 4.146
14.776 3.934
3.308 80
3.646 93
11 Sitinjau Laut
14.384 4.417
14.114 4.191
3.808 86
3.808 91
12 Gunung Raya
8.575 2.638
7.957 2.503
1.053 40
1.053 42
13 Bukit Kerman
12.283 3.572
11.508 3.389
2.159 60
2.442 72
14 Batang Merangin
10.934 3.230
11.475 3.065
1.802 56
1.802 59
15 Keliling Danau
22.665 6.877
22.115 6.525
4.249 62
4.249 65
16 Danau Kerinci
16.242 4.736
15.835 4.494
4.736 100
4.494 100
JUMLAH 236.762 71.739 234.003 68.069 47.904 66,78 50.500 74,19
Sumber : PDAM Tirta Sakti, tahun 2015
Upaya pencapaian ini dilaksanakan dengan beberapa indikator kinerja, yakni pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan air, tanah, dan udara,
serta pengelolaan persampahan.
a. Pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan air, tanah, dan
udara Kualitas air permukaan
Sasaran 18 : Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup
67
Kabupaten Kerinci memiliki ketersedian air yang cukup besar dibandingkan daerah lainnya di Provinsi Jambi. Hampir seluruh Kecamatan
dalam Kabupaten Kerinci tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih dengan kualitas baik, hal ini didukung dengan sumber air yang ada
cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kerinci pada saat ini.
Secara geografis,
Kabupaten Kerinci didominasi dan dikelilingi oleh
deretan pegunungan Bukit Barisan yang berada di sebelah Barat dan Timur wilayah
Kabupaten Kerinci sebagai titik tertinggi di Kabupaten Kerinci. Dengan dukungan kondisi topografi pegunungan dan
hutan lebat, maka di Kabupaten Kerinci terdapat banyak sungai dan anak sungai, sehingga diperkirakan terdapat 5 lima daerah aliran sungai DAS
utama di Kabuapten Kerinci, yakni: 1. DAS Dikit
2. DAS Indrapura 3. DAS Menjuto
4. DAS Selagan 5. DAS Silaut
Dari 5 lima DAS utama tersebut, terdapat 4 empat sub DAS,yang terdiri dari :
1. Sub DAS Batang Merangin Tembesi 2. Sub DAS Batang Tabir
3. Sub DAS Batang Tebo 4. Sub DAS Batanghari
Umumnya sungai dan anak sungai tersebut bermuara di Danau Kerinci. Sungai terbesar di Kabupaten Kerinci adalah sungai Batang
Merangin yang mengalir dari Danau Kerinci, dengan debit air yang cukup tinggi dan stabil sepanjang tahun.
68
Selain itu terdapat 30 tiga puluh sungai lain yang terdapat di Kabupaten Kerinci, yakni :
1. Sungai Sikai 2. Sungai Rumpun
3. Sungai Tanduk 4. Sungai Cubadak
5. Sungai Dadap 6. Sungai Simpang Tutup
7. Sungai Siulak Deras 8. Sungai Koto Rendah
9. Sungai Bukit Sembahyang 10. Sungai Dusun Baru
11. Sungai Pendung Mudik 12. Sungai Air Patah
13. Sungai Terung 14. Sungai Semurup
15. Sungai Tutung 16. Sungai Hiang
17. Sungai Batang Sangir 18. Sungai Betung Kuning
19. Sungai Cupa 20. Sungai Raja Seleman
21. Sungai Talang Kemulun 22. Sungai Lubuk Pagar
23. Sungai Tapan 24. Sungai Air Jernih
25. Sungai Air Terjun 26. Sungai Air Lintah
27. Sungai Talang Kemuning 28. Sungai Rawa Air Lingkat
69
29. Sungai Lempur 30. Sungah Renah Sako
Selain bermuara di Danau Kerinci, sebagai sungai ini mengalir ke wilayah Provinsi Sumatera Barat, seperti Sungai Air Terjun yang mengalir
kearah Kabupaten Solok Selatan dan Sungai Batang Sako yang mengalir kearah Kabupaten Pesisir Selatan.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup
dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya
untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya.
Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar
hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air.
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta
kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari
sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam natural resources depletion.
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini
berarti bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan
70
generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya, dan
bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan
yang berkelanjutan. Disatu pihak, usaha atau kegiatan manusia memerlukan air yang berdayaguna, tetapi di pihak lain berpotensi menimbulkan dampak
negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung, daya tampung dan produktivitasnya. Agar air
dapat bermanfaat secara lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Dampak negatif pencemaran air mempunyai nilai biaya ekonomik,
disampaing nilai ekologik, dan sosial budaya. Upaya pemulihan kondisi air yang tercemar, bagaimanapun juga akan memerlukan biaya yang mungkin
lebih besar dibandingkan dengan nilai kemanfaatan finansial dari kegiatan yang menyebabkan pencemarannya. Demikian pula dengan kondisi air yang
tercemar dibaiarkan tanpa upaya pemulihan juga mengandung ongkos, mengingat
air yang
tercemar akan menimbulkan
biaya untuk
menanggulangi akibat atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh air yang tercemar.
Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan
berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai
atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian pencemaran air. Penetapan baku mutu air selain didasrakan pada peruntukan
designated financial water uses, juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya.
71
Oleh karena itu, penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi
kualitas air kelas air. Penetapan baku mut air yang didasarkan pada peruntukan semata akan menghadapi kesulitan serta tidak realistis dan sulit
dicapai pada air yang kondisi nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan peruntukan.
Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya, maka akan dapat dihitung beberapa beban
zat pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban pencemaran air
ini merupakan daya tampung beban pencemaran air bagi air penerima yang telah ditetapkan peruntukannya.
Dengan memperhatikan kondisi diatas, maka pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Kerinci menetapkan target kualitas air permukaan di
wilayah Kabupaten Kerinci berada pada Kelas II. Kualitas air kelas II adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk saranaprasarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut. Pengukuran pencapaian target kualitas air dilakukan dengan cara membandingkan kualitas air dengan baku mutu air
kelas II. Dengan menggunakan pengukuran sebagai dimaksud pada Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, maka target kondisi permukaan air Kelas II
dapat dicapai. Artinya untuk indikator kinerja ini pencapaian kinerja mencapai 100.
Usaha menjaga dan mengendalikan status baku mutu air permukaan tetap pada Kelas II ini dilakukan melalui Program Pemantauan,
Pengawasan, dan Pengendalian Lingkungan Hidup. Usaha yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kerinci bersama masyarakat
72
Kabupaten Kerinci berbuah manis dengan diterimanya Penghargaan Kalpataru, penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup, yang diserahkan
langsung oleh Presiden RI di Istana Negara dan diterima oleh perwakilan masyarakat adat lekuk 50 tumbi Lempur, Kecamatan Gunung Raya dengan
didampingi oleh Bapak Wakil Bupati Kerinci.
Kerusakan tanah untuk produksi biomassa
Tanah sebagai salah satu komponen lahan, bagian dari ruang daratan dan lingkungan hidup dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia,
merupakan karunia Tuhan Yang Maha esa kepada bangsa Indonesia. Tanah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Disamping sebagai ruang hidup,
tanah memiliki fungsi produksi, yaitu antara lain sebagai penghasil biomassa, seperti bahan makanan, serat, kayu, dan bahan obat-obatan. Selain
itu, tanah juga berperan dalam menjaga kelestarian sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup secara umum.
Karena itu, bangsa Indones berkewajiban untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi tanah, dengan tujuan melestarikan dan meningkatkan
produksi dan pelestariannya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan tanah harus dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang dan yang akan datang. Agar tanah dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka kegiatan
pengendalian perusakan tanah menjagi sangat penting. Indonesia adalah negara agraris dengan sebagian besar penduduknya
bergantung pada sektor pertanian, termasuk juga masyarakat di Kabupaten Kerinci. Oleh karena itu adanya kriteria baku kerusakan tanah untuk
produksi biomassa pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman sangat diperlukan. Penekanan pada produksi biomassa juga didasarkan pada
pertimbangan bahwa kegiatan produksi biomassa sangat mutlak
mempersyaratkan mutu
tanah sebagai
media pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan.
73
Kerusakan tanah untuk produksi biomassa dapat terjadi karena tindakan orang, baik diareal produksi biomassa maupun karena adanya
kegiatan lain diluar areal produksi biomassa yang dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Selain dari pada itu,
kerusakan tanah dapat pula terjadi akibat proses alam. Pada tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Kerinci melalui SKPD terkait
menargetkan pencegahan dan pemeliharaan tanah untuk produksi biomassa dari pencemaran, sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan BML
sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000. Cara mengukur pencapaian target adalah dengan membandingkan hasil
pemantauan dengn Baku Mutu Lingkungan BML Kegiatan pemeliharan dan pencegahan pencemaran maupun kerusakan
tanah untuk produksi biomassa ini dilakukan melalui program Pemantauan, Pengawasan, dan Pengendalian Lingkungan Hidup.
Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU
Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara merupakan sumber daya alam yang berpengaruh
pada kehidupan di bumi, yang harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya. Pencemaran udara dapat terjadi apabila terdapat satu atau lebih
kontaminan atau substansi fisik, kimia, atau biologi debu, jelaga, gas, kabut, bau, asap, uap, dan lain sebagainya di atmosfir dalam jumlah yang dapat
membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, juga menggangu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumebr alami maupun kegiatan manusia. Beberapa gangguan fisik seperti polusi suara,
panasa, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
lokal, regional, maupun global. Untuk tahun 2015, target Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU di
Kabupaten Kerinci adalah ≤50 atau kategori baik. Dari 11 sebelas kali
74
pemantauan, 4 empat kali pemantauan kualitas udara di Kabupaten Kerinci berada pada kategori baik ISPU ≤ 50, 6 enam kali pemantauan kualitas
udara berada pada kategori sedang ISPU 50 – 100, dan 1 satu kali
pemantauan menghasilkan kualitas udara di Kabupaten Kerinci berada pada kategori tidak sehat ISPU 101-199. Pemantauan dilakukan pada tanggal 1
– 11 September 2015, dengan lokasi pemantauan antara lain di Kecamatan
Danau Kerinci, Kecamatan Sitinjau Laut, Kecamatan Gunung Raya, Kecamatan Air Hangat, Kecamatan Gunung Kerinci, dan lokasi perkantoran
di Kota Sungai Penuh. Secara umum, kondisi udara di Kabupaten Kerinci setiap tahunnya
berada dalam kondisi baik. Hal ini didukung oleh faktor geografis Kabupaten Kerinci yang dikelilingi oleh pegunungan dan kawasan hutan
lindung Taman Nasional Kerinci Seblat. Namun, pada tahun 2015 khususnya pada saat terjadinya musim kemarau, setelah dilakukan pemantauan kondisi
udara di Kabupaten Kerinci berada dalam kategori tidak baik. Akibat kebakaran lahan di Provinsi Jambi, Riau dan Sumatera Selatan, Kabupaten
Kerinci ikut merasakan dampaknya sehingga kualitas udara di Kabupaten Kerinci pada Tahun 2015 tidak mencapai target yang ditetapkan karena
berada dalam kategori yang tidak sehat. Tercapainya target indeks standar pencemaran udara ISPU ≤ 50, didukung dengan ketersediaan alat uji air,
tanah dan udara di laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kerinci dan tenaga personil yang handa.
b. Pengelolaan Persampahan