33
kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning CTL adalah pembelajaran
yang dimulai dengan mengambil mensimulasikan, menceritakan kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat
ke dalam konsep materi pelajaran yang dibahas.
E. Hubungan Contextual Teaching and Learning CTL dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Pembelajaran dengan CTL menciptakan kegiatan belajar yang multi aspek karena lingkungan atau konteks belajar memiliki cakupan yang luas.
Keterlibatan belajar siswa dengan CTL menjadi lebih kuat karena CTL menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
Wina Sanjaya, 2005: 125. Belajar dengan metode CTL bukan hanya melibatkan aspek kognitif dan berada dalam lingkungan ruangan kelas, artinya
siswa memiliki kekayaan pengalaman selama mengikuti kegiatan belajar. Dapat dikatakan seluruh aspek kecerdasan siswa terlibat aktif.
Konteks kehidupan siswa yang juga menjadi konteks belajar menjadikan siswa dengan mudah menemukan makna dari kegiatan belajar itu
sendiri. Dilhat dari konsep manfaat, maka siswa dengan mudah mengetahui, memahami bahkan menghayati manfaat mempelajari suatu materi pelajaran.
Selama ini, ketika pembelajaran lebih berorientasi pada nilai akademik, keterlibatan semua aspsek kecerdasan dan makna kegiatan belajar sering
34
diabaikan. Penerapan model pembelajaran CTL menjadikan siswa lebih
bermakna atau berarti. Siswa melihat belajar bukan sekedar mencapai nilai akademik, tetapi juga manfaat langsung bagi kehidupan dirinya.
Jika hasil belajar diartikan sebagai hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subjek
dengan lingkungannya seperti dikemukakan Winkel, 2004: 15, maka CTL dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini terjadi karena CTL memunculkan
lebih banyak interaksi antara siswa dengan konteks lingkungannya. Kompleksitas konteks belajar bukan menjadi penghambat karena pada
saat interaksi berlangsung, siswa-siswa justru mampu mengembangkan kemampuan berpikir lebih banyak. Siswa, terutama yang masih pada taraf
berpikir operasional kongkrit, lebih mudah memahami sesuatu yang kongkrit atau nyata. Bahkan, siswa dapat melakukan asosiasi atau penyatuan unsur-
unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh atau sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis
sehingga menjadi suatu proses yang berstruktur atau berbentuk pola baru Sudijono, 2001: 51. Dengan demikian, jelas bahwa Contextual Teaching
Learning mengasah lebih banyak potensi kecerdasan siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
F. Kerangka Pikir