oleh  kuman  pathogen  khususnya  Clostridium  difficile.  Angka  kejadian  DTA berkisar 20-25.
2.2.4  Tanda-Tanda Diare
Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya tiga kali atau lebih dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang,
rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah  Depkes RI, 2007.
2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare
2.3.1  Tujuan
Tujuan Umum : Menurunkan  angka  kesakitan  dan  kematian  karena  diare  bersama  lintas
program dan sektor terkait. Tujuan Khusus :
1. Tercapainya penurunan angka kesakitan
2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar
3. Diketahuinya  situasi  epidemiologi  dan  besarnya  masalah  penyakit  diare  di
masyarakat,  sehingga  dapat  dibuat  perencanaan  dalam  pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan.
4. Terwujudnya  masyarakat  yang  mengerti,  menghayati  dan  melaksanakan
hidup  sehat  melalui  promosi  kesehatan  kegiatan  pencegahan  sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
Universitas Sumatera Utara
5. Tersusunnya  rencana  kegiatan  pengendalian  penyakit  diare  di  suatu  wilayah
kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya  Kemenkes RI, 2011.
2.3.2  Kebijakan
1. Melaksanakan  tatalaksana  penderita  diare  yang  standar,  baik  di  sarana
kesehatan maupun masyarakatrumah tangga
2.
Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare
3.
Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
4. Meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  petugas  dalam  pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis
5. Mengembangkan  jejaring  lintas  program  dan  sektor  di  pusat,  propinsi  dan
kabupatenkota
6. Meningkatkan  pembinaan  teknis  dan  monitoring  untuk  mencapai  kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal
7. Pelaksanaan  evaluasi  untuk  mengetahui  hasil  kegiatan  program  dan  sebagai
dasar perencanaan selanjutnya Kemenkes RI, 2011. 2.3.3  Strategi
1. Melaksanakan  tatalaksana  penderita  diare  yang  standar  di  sarana  kesehatan
melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare LINTAS DIARE
2. Meningkatkan  tatalaksana  penderita  diare  di  rumah  tangga  yang  tepat  dan
benar
Universitas Sumatera Utara
3.
Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare
4.
Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5.
Melaksanakan monitoring dan evaluasi Kemenkes RI, 2011. 2.3.4  Kegiatan Program
1.
Tatalaksana penderita diare
2.
Surveilans epidemiologi
3.
Promosi kesehatan
4.
Pencegahan diare
5.
Pengelolaan logistik
6.
Pemantauan dan evaluasi Kemenkes RI, 2011. 2.3.5  Tata Laksana Penderita Diare
Prinsip  tatalaksana  penderita  diare  adalah  LINTAS  Diare  Lima  Langkah Tuntaskan Diare, yang terdiri atas Kemenkes RI, 2011 :
1. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida NaCl, kalium  klorida  KCI,  trisodium  sitrat  hidrat  dan  glukosa  anhidrat.  Oralit
diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti. Oralit  bermanfaat  untuk  mengganti  cairan  dan  elektolit  dalam  tubuh  yang
terbuang  saat  diare.  Walaupun  air  sangat  penting  untuk  mencegah  dehidrasi,  air minum
tidak mengandung
garam elektrolit
yang diperlukan
untuk mempertahankan  keseimbangan  elektrolit  dalam  tubuh.  Campuran  glukosa  dan
Universitas Sumatera Utara
garam  yang  terkandung  dalam  oralit  dapat  diserap  dengan  baik  oleh  usus penderita diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.
a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air
besar b.
Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
Oralit  dapat  diperoleh  di  Posyandu,  Polindes,  Puskesmas  Pembantu, Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya. Oralit
saat  ini  tersedia  dalam  formula  baru  dengan  tingkat  osmolaritas  yang  berbeda dibandingkan oralit lama, yaitu :
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru No
Oralit lama WHOINICEF 1978
Oralit Formula Baru WHOUNICEF 2004
Dengan Osmolaritas
1 2
3 4
5 Na+         : 90 mEql
K+           : 20 mEql HCO3      : 30 mEql
Cl-           : 80 mEql Glucose   : 111 mmoll
Na+       : 75 mEql K+         : 20 mEql
Citrate   : 10 mmoll Cl-          : 65 mEql
Glucose  : 75 mmoll
Osmolar  : 331 mmoll Osmolar  : 245 mmoll
Perbedaan  oralit  lama  dengan  oralit  baru  yaitu  terdapat  pada  tingkat osmolaritas.  Osmolaritas  oralit  baru  lebih  rendah  yaitu  245  mmoll  dibanding
Universitas Sumatera Utara
total  osmolaritas  oralit  lama  yaitu  331  mmoll.  Penelitian  menunjukkan  bahwa oralit formula baru mampu :
a. Mengurangi volume tinja hingga 25
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak  yang  tidak  menjalani  terapi  intravena,  tidak  harus  dirawat  di  rumah sakit.  Sehingga  risiko  anak  terkena  infeksi  di  rumah  sakit  dapat  berkurang,
pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat biaya. WHO dan UNICEF  merekomendasikan  Negara-negara  di  dunia  untuk  menggunakan  dan
memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah oralit baru. 2.
Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut Zinc  merupakan  salah  satu  zat  gizi  mikro  yang  penting  untuk  kesehatan  dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Sejak  tahun  2004,  WHO  dan  UNICEF  menandatangani  kebijakan  bersama dalam  hal  pengobatan  diare  yaitu  pemberian  oralit  dan  Zinc  selama  10-14  hari.
Hal  ini  didasarkan  pada  penelitian  selama  20  tahun  1983-2003  yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih
Universitas Sumatera Utara
efektif  dan  terbukti  menurunkan  angka  kematian  akibat  diare  pada  anak-anak sampai 40.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu  menggantikan  kandungan  Zinc  alami  tubuh  yang  hilang  tersebut  dan
mempercepat  penyembuhan  diare.  Zinc  juga  meningkatkan  sistim  kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah
anak sembuh dari diare. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc
harus  tetap  dilanjutkan  meskipun  diare  sudah  berhenti.  Hal  ini  dimaksudkan untuk  meningkatkan  ketahanan  tubuh  terhadap  kemungkinan  berulangnya  diare
pada 2-3 bulan ke depan. Obat  zinc  merupakan  tablet  dispersible  yang  larut  dalam  waktu  sekitar  30
detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut : -
Balita umur  6 bulan : ½ tablet 10 mghari -
Balita umur  6 bulan : 1 tablet 20 mghari Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI.
Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis selama 10 hari
sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti. Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus
yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika
Universitas Sumatera Utara
memberikan  konseling  pada  ibu,  petugas  kesehatan  harus  menekankan pentingnya  pemberian  dosis  penuh  selama  10  hari  dengan  menyampaikan  pada
ibu  tentang  manfaat  jangka  pendek  dan  panjang  zinc,  termasuk  mengurangi lamanya  diare,  menurunkan  keparahan  diare,  membantu  anak  melawan  episode
diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan.
3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan
Bayi  dibawah  usia  6  bulan  sebaiknya  hanya  mendapat  ASI  untuk  mencegah diare  dan  meningkatkan  sistem  imunitas  tubuh  bayi.  Jika  anak  menderita  diare
teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak  diare  juga  harus  ditingkatkan  sampai  dua  minggu  setelah  anak  berhenti
diare,  karena  lebih  banyak  makan  akan  membantu  mempercepat  penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
Anak  yang  berusia  kurang  dari  2  tahun,  dianjurkan  untuk  mengurangi  susu formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih
dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan agar anak mendapat oralit dan air matang.
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif
Pemberian  antibiotik  tidak  diberikan  kepada  semua  kasus  diare.  Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera,
Universitas Sumatera Utara
atau  diare  dengan  disertai  penyakit  lain.  Tanpa  indikasi  tersebut  tidak  perlu pemberian antibiotik.
Penggunaan  antibiotik  juga  harus  sesuai  dosis  yang  dianjurkan  oleh  tenaga kesehatan.  Pemberian  antibiotik  yang  tidak  tepat  sangat  berbahaya  karena  dapat
menimbulkan  resistensi  kuman  terhadap  antibiotik  dan  dapat  membunuh  flora normal  yang  justru  dibutuhkan  tubuh.  Efek  samping  dari  penggunaan  antibiotik
yang  tidak  rasional  dapat  menimbulkan  gangguan  fungsi  ginjal,  hati  dan  diare yang  disebabkan  oleh  antibiotik.  Hal  ini  juga  akan  mengeluarkan  biaya
pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan. 5.
Berikan Nasihat Pada IbuPengasuh Berikan  nasihat  dan  cek  pemahaman  ibupengasuh  tentang  cara  pemberian
oralit,  Zinc,  ASImakanan  dan  tanda-tanda  untuk  segera  membawa  anak  ke petugas  kesehatan  jika mengalami  tanda-tanda  sebagai  berikut  :  Buang  air  besar
cair  lebih  sering,  Muntah  berulang-ulang,  Mengalami  rasa  haus  yang  nyata, Makan  atau  minum  sedikit,  Demam,  Tinjanya  berdarah  dan  Tidak  membaik
dalam 3 hari.
2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare
1. Riwayat Penyakit
a. Berapa lama anak diare ?
b. Berapa kali diare dalam sehari ?
c. Adakah darah dalam tinjanya ?
Universitas Sumatera Utara
d. Apakah ada muntah ? berapa kali ?
e. Apakah ada demam ?
f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?
g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?
h. Obat apa yang sudah diberikan ?
i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?
j. Apakah ada keluhan lain ?
2. Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi PENILAIAN
A B
C Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat : Keadaan umum
Mata Rasa haus beri air
minum Baik, sadar
Normal Minum biasa,
Tidak haus Gelisah, rewel
cekung Haus, ingin minum
banyak Lesu, lunglai
tidak sadar cekung
Malas minum atau tidak bisa minum
RabaPeriksa : Turgor kulit
Kembali cepat Kembali lambat
Kembali sangat lambat lebih dari
2 detik
Tentukan Derajat Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan-
Sedang Dehidrasi Berat
Rencana Pengobatan
Rencana Terapi A  Rencana Terapi B Rencana Terapi C
3. Menentukan Rencana Pengobatan
Berdasarkan  hasil  penilaian  derajat  dehidrasi  gunakan  bagan  rencana pengobatan yang sesuai :
Universitas Sumatera Utara
1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
2. Rencana  terapi  B  untuk  penderita  diare  dengan  dehidrasi  ringan-sedang  di
Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam 3.
Rencana  terapi  C  untuk  penderita  diare  dengan  dehidrasi  berat  di  Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.
RENCANA TERAPI A UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1.
BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA a.
Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama b.
Anak  yang  mendapat  ASI  eksklusif,  beri  oralit  atau  air  matang  sebagai tambahan
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit  atau  cairan  rumah  tangga  sebagai  tambahan  kuah  sayur,  air  tajin,  air matang, dsb
d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan
sedikit demi sedikit : Umur 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
Umur  1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak e.
Anak harus diberi 6 bungkus oralit 200 ml dirumah bila :
Universitas Sumatera Utara
Telah diobati dengan rencana terapi B atau C Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. BERI OBAT ZINC
Beri  Zinc  10  hari  berurut-turut  walaupun  diare  sudah  berhenti.  Dapat  diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Umur  6 bulan diberi 10 mg 12 tablet per hari
b. Umur  6 bulan diberi 20 mg 1 tablet per hari
3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau
d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan  porsi lebih kecil setiap 3-4
jam e.
Setelah  diare  berhenti,  beri  makanan  yang  sama  dan  makanan  tambahan selama 2 minggu
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI
MISAL : DISENTRI, KOLERA, DLL 5.
NASIHAT IBU  PENGASUH Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
a. Berak cair lebih sering
Universitas Sumatera Utara
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGANSEDANG
1. JUMLAH  ORALIT  YANG  DIBERIKAN  DALAM  3  JAM  PERTAMA  DI
SARANA KESEHATAN Oralit Yang Diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
a. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :
Umur 1 Th
1-4 Th 5 Th
Jumlah Oralit 300 ml
600 ml 1.200ml
b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
d. Untuk bayi  6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air
masak selama masa ini. e.
Untuk anak  6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
Universitas Sumatera Utara
f. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
2. AMATI  ANAK  DENGAN  SEKSAMA  DAN  BANTU  IBU  MEMBERIKAN
ORALIT a.
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan b.
Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas c.
Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah d.
Bila  kelopak  mata  anak  bengkak,  hentikan  pemberian  oralit  dan  berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah
hilang 3.
SETELAH  3-4  JAM,  NILAI  KEMBALI  ANAK  MENGGUNAKAN  BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK
MELANJUTKAN TERAPI a.
Bila  tidak  ada  dehidrasi,  ganti  ke  Rencana  Terapi  A.  Bila  dehidrasi  telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringansedang, ulangi Rencana Terapi B
c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
4. BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah
c. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
Universitas Sumatera Utara
RENCANA TERAPI C UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI
SARANA KESEHATAN Ikuti tanda panah .
Jika jawaban “YA” lanjutkan ke Kanan . Jika “TIDAK” lanjutkan ke Bawah
Dapatkah saudara memberikan
cairan intravena ? Ya
1. Beri cairan intravena segera.
Ringer  Laktat  atau  NaCl  0,9  bila  RL  tidak tersedia 100 mlkg BB, dibagi sebagai berikut :
Umur Pemberian I
30 mlkg BB Kemudian
70 mlkg BB
Bayi  1 tahun
1 jam 5 jam
Anak  1 tahun
30 menit 2 ½ jam
Diulangi  lagi  bila  denyut  nadi  masih  lemah  atau tidak teraba
2. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum
teraba, beri tetesan lebih cepat. 3.
Juga beri oralit 5 mlkgjam bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam bayi atau 1-2
jam anak 4.
Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut turut 5.
Setelah 6 jam bayi atau 3 jam anak nilai lagi derajat  dehidrasi.  Kemudian  pilihlah  rencana
terapi  yang  sesuai  A,B  atau  C  untuk melanjutkan terapi
T I
D A
K
Adakah terapi terdekat
dalam 30 menit ? Ya
1. Rujuk penderita untuk terapi intravena
2. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan
tunjukkan  cara  memberikannya  selama  di perjalanan.
Tidak
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C
Apakah saudara dapat menggunakan
pipa nasogastrik orogastrik untuk
rehidrasi ? Ya
1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui
NasogastrikOrogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 mlkg BBjam selama 6 jam
2. Nilai setiap 1-2 jam :
a. Bila muntah atau perut kembung berikan
cairan lebih lambat. b.
Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena.
3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana
terapi yang sesuai A, B atau C. Tidak
Apakah penderita bisa minum ?
Ya 1.
Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan  sedikit  demi  sedikit,  20  mlkg
BBjam selama 6 jam 2.
Nilai setiap 1-2 jam : a.
Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam
rujuk untuk terapi intravena. 3.
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
T I
D A
K
Segera rujuk anak untuk rehidrasi
melalui Nasogastrik Orogastrik atau
Intravena.
Catatan : 1.
Bila  mungkin  amati  penderita  sedikitnya  6 jam  setelah  rehidrasi  untuk  memastikan
bahwa  ibu  dapat  menjaga  mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit.
2. Bila  umur  anak  di  atas  2  tahun  dan  kolera
baru  saja  berjangkit  di  daerah  Saudara, pikirkan  kemungkinan  kolera  dan  beri
antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar
Universitas Sumatera Utara
2.3.5.2 Sarana Rehidrasi
Sarana  rehidrasi  di  Puskesmas  disebut  pojok  Upaya  Rehidrasi  Oral  URO atau lebih dikenal nama pojok oralit.
1. Pojok Oralit
Pojok  oralit  didirikan  sebagai  upaya  terobosan  untuk  meningkatkan pengetahuan,  sikap  dan  perilaku  masyarakatibu  rumah  tangga,  kader,  petugas
kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat.
melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan petugas  terhadap  tatalaksana  penderita  diare,  khususnya  dengan  upaya  rehidrasi
oral. a.
Fungsi 1
Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral 2
Memberi pelayanan penderita diare 3
Memberikan pelatihan kader Posyandu b.
Tempat Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas ruangan tunggu
pasien  dengan  1-2  meja  kecil.  Seorang  petugas  puskesmas  dapat mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk
suatu  pemeriksaan.  Bagi  penderita  diare  yang  mengalami  dehidrasi  Ringan- Sedang  diobservasi  di  Pojok  Oralit  selama  3  jam.  Ibukeluarganya  akan
Universitas Sumatera Utara
dianjurkan  bagaimana  cara  menyiapkan  oralit  dan  berapa  banyak  oralit  yang harus diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung
1 Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih
2 Prasarana :
a Tempat pendaftaran
b Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok,
lap  bersih,  sarana  cuci  tangan  dengan  air  mengalir  dan  sabun  wastafel, poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare.
3 Cara membuat pojok oralit
a Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :
- Dekat  tempat  tunggu  ruang  tunggu,  ruang  periksa,  serambi  muka
yang tidak berdesakan -
Dekat dengan toilet atau kamar mandi -
Nyaman dan baik ventilasinya b
Pengaturan model di Pojok Oralit -
Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan -
Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan nyaman saat memangku anaknya
- Sebuah  meja  kecil  dimana ibu  dapat menempatkan  gelas  yang  berisi
larutan oralit
Universitas Sumatera Utara
- Oralit paling sedikit 1 kotak 100 bungkus
- Botol susugelas ukur
- Gelas
- Sendok
- Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau
merawat anak diare -
Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah Media  penyuluhan  tentang  pengobatan  dan  pencegahan  diare  perlu
disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat bermanfaat  bagi  ibu  untuk  belajar  mengenai  upaya  rehidrasi  oral  serta  hal-hal
penting  lainnya,  seperti  pemberian  ASI,  pemberian  makanan  tambahan, penggunaan  air  bersih,  mencuci  tangan  dengan  air  mengalir  dan  sabun,
penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi. d.
Kegiatan Pojok Oralit 1
Penyuluhan upaya rehidrasi oral a
Memberikan  demonstrasi  tentang  bagaimana  mencampur  larutan  oralit dan bagaimana cara memberikannya
b Menjelaskan  cara  mengatasi  kesulitan  dalam  memberikan  larutan  oralit
bila ada muntah
Universitas Sumatera Utara
c Memberikan  dorongan  pada  ibu  untuk  memulai  memberikan  makanan
pada  anak  atau  ASI  pada  bayi  Puskesmas  perlu  memberikan  makanan pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan.
d Mengajari  ibu  mengenai  bagaimana  meneruskan  pengobatan  selama
anaknya  di  rumah  dan  menentukan  indikasi  kapan  anaknya  dibawa kembali ke Puskesmas.
e Petugas  kesehatan  perlu  memberikan  penyuluhan  pada  pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta cara pencegahan diare.
2 Pelayanan Penderita
Setelah  penderita  diperiksa,  tentukan  diagnosis  dan  derajat  rehidrasi  di ruang  pengobatan,  tentukan  jumlah  cairan  yang  diberikan  dalam  3  jam
selanjutnya  dan  bawalah  ibu  ke  Pojok  URO  untuk  menunggu  selama diobservasi serta :
a Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
b Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
c Perhatikan  penderita  secara  periodic  dan  catat  keadaanya  setiap  1-2  jam
sampai penderita teratasi rehidrasinya 3-6 jam d
Catathitung jumlah oralit yang diberikan e
Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6  Surveilans Epidemiologi
Surveilans  epidemiologi  penyakit  diare  adalah  kegiatan  analisis  secara sistematis  dan  terus  menerus  terhadap  penyakit  diare  dan  kondisi  yang
mempengaruhi  terjadinya  peningkatan  dan  penularan  penyakit  diare  agar  dapat melakukan  tindakan  penanggulangan  secara  efektif  dan  efisien  melalui  proses
pengumpulan  data,  pengolahan  dan  penyebaran  informasi  epidemiologi  kepada penyelenggara program kesehatan.
Wabah  adalah  kejadian  berjangkitnya  suatu  penyakit  menular  dalam masyarakat  yang  jumlah  penderitanya  meningkat  secara  nyata  melebihi  daripada
keadaan  yang  lazim  pada  waktu  dan  daerah  tertentu  serta  dapat  menimbulkan malapetaka.
Kejadian  Luar  Biasa  KLB  adalah  timbulnya  atau  meningkatnya  kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam  kurun  waktu  tertentu,  dan  merupakan  keadaan  yang  dapat  menjurus  pada terjadinya wabah.
Kriteria KLB Diare sesuai dengan Permenkes RI No. 1501  MENKES  PER X  2010 , sebagai berikut :
1. Timbulnya  suatu  penyakit  menular  tertentu  sebagaimana  dimaksud  dalam
Pasal  4  Permenkes  RI  No.  1501MENKESPERX2010  yang  sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
Universitas Sumatera Utara
2. Peningkatan  kejadian  kesakitan  terus  menerus  selama  3  tiga  kurun  waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut 3.
Peningkatan  kejadian  kesakitan  dua  kali  atau  lebih  dibandingkan  dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
4. Jumlah  penderita  baru  dalam  periode  waktu  1  satu  bulan  menunjukkan
kenaikan  dua  kali  atau  lebih  dibandingkan  dengan  angka  rata-rata  per  bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata  jumlah  kejadian  kesakitan  per  bulan  selama  1  satu  tahun
menunjukkan  kenaikan  dua  kali  atau  lebih  dibandingkan  dengan  rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
6. Angka  kematian  kasus  Case  Fatality  Rate  dalam  1  satu  kurun  waktu
tertentu  menunjukkan  kematian  50  lima  puluh  persen  atau  lebih dibandingkan  dengan  angka  kematian  kasus  suatu  penyakit  periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
2.3.6.1 Prosedur Surveilans
1. Cara Pengumpulan Data Diare
Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui Kemenkes RI, 2011 : a.
Laporan Rutin Dilakukan  oleh  Puskesmas  dan  Rumah  Sakit  melalui  SP2TP  LB,
SPRS RL, STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan W2. Untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari register penderita diare  yang  datang  ke  sarana  kesehatan,  posyandu  atau  kader  agar  dapat
dideteksi  tanda-tanda  akan  terjadinya  KLBwabah  sehingga  dapat  segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi
oleh  petugas  RRDiare  di  Puskesmas  kemudian  dilaporkan  ke  Tingkat KabupatenKota melalui laporan bulanan LB dan STP setiap bulan.
PetugasPengelola  Diare  KabupatenKota  membuat  rekapitulasi  dari masing-masing  Puskesmas  dan  secara  rutin  bulanan  dikirim  ke  tingkat
Propinsi  dengan  menggunakan  formulir  rekapitulasi  diare.  Dari  tingkat Propinsi  direkap  berdasarkan  kabupatenkota  secara  rutin  bulanan  dan
dikirim  ke  Pusat  Subdit  Diare,    ISPL  dengan  menggunakan  formulir rekapitulasi diare.
b. Laporan KLBWabah
Setiap  terjadi  KLBwabah  harus  dilaporkan  dalam  periode  24  jam  W1 dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :
1 Kronologi terjadinya KLB
2 Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
3 Keadaan epidemiologis penderita
4 Hasil penyelidikan yang telah dilakukan
5 Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut
Universitas Sumatera Utara
c. Pengumpulan data melalui studi kasus
Pengumpulan  data  ini  dapat  dilakukan  satu  tahun  sekali,  misalnya  pada pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data”
sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.
2. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi
Data-data  yang  telah  dikumpulkan  diolah  dan  ditampilkan  dalam  bentuk tabel-tabel  atau  grafik,  kemudian  dianalisis  dan  diinterpretasi.  Analisis  ini
sebaiknya  dilakukan  berjenjang  dari  Puskesmas  hingga  Pusat,  sehingga  apabila terdapat  permasalahan  segera  dapat  diketahui  dan  diambil  tindakan
pemecahannya. 3.
Penyebarluasan Hasil Interpretasi Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan balikkan
kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan  yaitu  kepada  pimpinan  di  daerah kecamatan  hingga  Dinkes  Propinsi  untuk  mendapatkan  tanggapan  dan
dukungan penanganannya.
2.3.7  Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui  pembelajaran  dari,  oleh,  untuk,  dan  bersama  masyarakat  agar  mereka  dapat
menolong  dirinya  sendiri  serta  mengembangkan  kegiatan  yang  bersumberdaya
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Tujuan  dari  promosi  kesehatan  adalah  terwujudnya  masyarakat  yang mengerti,  menghayati  dan  melaksanakan hidup  sehat melalui  komunikasi,  informasi
dan edukasi KIE sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan
Terdapat  3  strategi  komunikasi  dalam  promosi  kesehatan  yaitu  :  Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Masyarakat.
1. Advokasi  Pendekatan Pimpinan  Pengambil Keputusan
Advokasi  merupakan  upaya  yang  sistematis  dan  terorganisir  untuk memperoleh  dukungan  kebijakan  pemerintah  Pusat  dan  Daerah,  Publik,  atau
pengambil Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.
Tujuan  dari  Advokasi  adalah  diperolehnya  dukungan  dari  pimpinan, pengambil keputusan serta penyandang dana untuk mencapai kesepakatan dan
rencana tindak lanjut pengendalian penyakit Diare. Langkah kegiatan dalam advokasi, meliputi :
a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para
pengambil keputusan b.
Menentukan sasaran advokasi, yang meliputi :
Universitas Sumatera Utara
1 Gubernur, Bupati, Walikota
2 DPRD
3 Bappeda
4 Media Informasi
5 LSM
6 Dunia Usaha
7 Swasta
8 Penyandang Dana
c. Menentukan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak
di capai d.
Menentukan metode dan teknis yang disesuaikan dengan segmen sasaran Advokasi,  antara  lain  :  Pendekatan  langsung,  seminar,  rapat  kerja,
lokakarya, sarasehan, pertemuan lintas sektor. e.
Menentukan media yang disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode serta tehnik penyampaian, missal : proposal, buku pedoman, makalah dan
leaflet. f.
Menentukan kesepakatan dan rencana tindak lanjut, seperti : 1
Terbentuknya komitmen integrasi pelaksanaan kegiatan 2
Dukungan politis berupa SK, SE, Kesepakatan, Perda, dan lain-lain. 3
Dukungan sumber daya
Universitas Sumatera Utara
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong  individu  anggota  masyarakat  untuk  mau  melakukan  perilaku
dalam  pengendalian  penyakit  diare.  Tujuan  dari  bina  suasana  adalah terciptanya
opini positif
atau suasana
yang mendukung
untuk penyelenggaraan pengendalian penyakit diare.
Langkah kegiatan bina suasana adalah : a.
Menentukan dan menetapkan bentuk kerjasama yang diharapkan b.
Menentukan sasaran Kelompok  sasaran  lebih  ke  tingkat  teknis  operasional  secara  berjenjang,
antara lain : 1
Wartawan media massa  elektronik 2
Organisasi keagamaan 3
Organisasi kepemudaan 4
LSM 5
PKK 6
Petugas Kesehatan 7
Kelompok Professi 8
Tokoh Masyarakat c.
Menentukan  materi  yang  lebih  ke  arah  operasional  misalnya  SKD, pencegahan penyakit diare, tatalaksana diare, dll.
Universitas Sumatera Utara
d. Menentukan  metode  yang  digunakan,  yaitu  :  orientasi,  pelatihan,
kunjungan  lapangan,  jumpa  pers,  dialog  terbukainteraktif  TV,  Media elektronik, Penulisan artikel
e. Hasil yang diharapkan
1 Opini  positif  berkembang  di  masyarakat  tentang  pentingnya
pengendalian penyakit diare 2
Semua  kelompok  potensial  di  masyarakat  sudah  menyuarakan  dan mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup
bersih dan sehat serta melakukan pengobatan 3
Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di masyarakat 3.
Gerakan  Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan  adalah  proses  pemberian  informasi  secara  terus  menerus
dan  berkesinambungan  mengikuti  perkembangan  sasaran,  serta  proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu,
mau, mampu dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan mengembangkan  pengetahuan,  sikap  dan  keterampilan  masyarakat  terutama
dalam  tatalaksana  penderita  di  rumah  tangga  dan  pencegahan  diare.  Tujuan dari gerakanpemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat tahu, mau dan
mampu melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare.
Universitas Sumatera Utara
Langkah kegiatan gerakanpemberdayaan masyarakat, adalah : a.
Menentukan sasaran Sebagai  sasaran  utama  adalah  masyarakat.  Secara  aktif  masyarakat
terutama ibu yang mempunyai balita dapat melaksanakan tatalaksana diare dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif.
b. Menentukan materi pesan
1 Tatalaksana diare di rumah tangga yaitu :
a Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air tajin, air
teh, air kuah sayur, air sup, oralit b
Teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur c
Bawa  anak  ke  sarana  kesehatan  untuk  mendapatkan  pertolongan lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu
tanda berikut : -
Diare terus menerus -
Muntah berulang-ulang -
Rasa haus yang nyata -
Tidak bisa makanminum -
Demam -
Ada darah dalam tinja 2
Pencegahan penyakit diare, yaitu : a
Pemakaian air bersih yang cukup
Universitas Sumatera Utara
b Minum air yang sudah dimasak
c Buang air besar dijamban, termasuk membuang kotoran bayi
d Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar e
Memperbaiki makanan pendamping ASI f
Memberikan ASI g
Memberikan imunisasi campak c.
Menentukan metode dan teknik Metode  dan  teknik  disesuaikan  sasaran  dan  diupayakan  berlangsung
dinamis,  misalnya  :  tatap  muka,  simulasi,  demostrasi,  penyuluhan kelompok.
d. Media saluran komunikasi
Pemilihan  media  hendaknya  disesuaikan  dengan  segmen  sasaran,  yaitu menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika.
2.3.8  Tindakan Pencegahan
Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare dengan  meningkatkan  akses  masyarakat  terhadap  sarana  sanitasi.  Kegiatan
pencegahan  penyakit  diare  yang  benar  dan  efektif  yang  dapat  dilakukan  adalah Kemenkes RI, 2011:
Universitas Sumatera Utara
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI  adalah  makanan  paling  baik  untuk  bayi.  Komponen  zat  makanan tersedia  dalam  bentuk  yang  ideal  dan  seimbang  untuk  dicerna  dan  diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau  cairan  lain  yang  disiapkan  dengan  air  atau  bahan-bahan  yang  dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
disebut disusui secara penuh memberikan ASI Eksklusif. Bayi harus disusui secara  penuh  sampai  mereka  berumur  6  bulan.  Setelah  6  bulan  dari
kehidupannya,  pemberian  ASI  harus  diteruskan  sambil  ditambahkan  dengan makanan lain proses menyapih.
ASI  mempunyai  khasiat  preventif  secara  imunologik  dengan  adanya antibodi  dan  zat-zat  lain  yang  dikandungnya.  ASI  turut  memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh  mempunyai  daya  lindung  4  x  lebih  besar  terhadap  diare  daripada
Universitas Sumatera Utara
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.
Pada  bayi  yang  tidak  diberi  ASI  secara  penuh,  pada  6  bulan  pertama kehidupan,  mempunyai  resiko  mendapat  diare  30  x  lebih  besar.  Pemberian
susu  formula  merupakan  cara  lain  dari  menyusui.  Penggunaan  botol  untuk susu  formula,  berisiko  tinggi  menyebabkan  diare  yang  dapat  mengakibatkan
terjadinya gizi buruk. b.
Makanan Pendamping ASI Pemberian  makanan  pendamping  ASI  adalah  saat  bayi  secara  bertahap
mulai  dibiasakan  dengan  makanan  orang  dewasa.  Pada  masa  tersebut merupakan  masa  yang  berbahaya  bagi  bayi  sebab  perilaku  pemberian
makanan  pendamping  ASI  dapat  menyebabkan  meningkatnya  resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku
pemberian  makanan  pendamping  ASI  yang  baik  meliputi  perhatian  terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Beberapa  hal  yang  dapat  meningkatkan  cara  pemberian  makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :
1 Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan  pemberian  ASI.  Tambahkan  macam  makanan  setelah  anak berumur  9  bulan  atau  lebih.  Berikan  makanan  lebih  sering  4  x  sehari.
Universitas Sumatera Utara
Setelah  anak  berumur  1  tahun,  berikan  semua  makanan  yang  dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI.
2 Tambahkan minyak, lemak dan  gula ke  dalam nasibubur dan biji-bijian
untuk  energy.  Tambahkan  hasil  olahan  susu,  telur,  ikan,  daging,  kacang- kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makananya.
3 Cuci  tangan  sebelum  menyiapkan  makanan  dan  menyuapi  anak.  Suapi
anak dengan sendok yang bersih. 4
Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal- oral.  kuman  tersebut  dapat  ditularkan  bila  masuk  ke  dalam  mulut  melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,  makanan  yang  wadahnya  atau  tempat  makan-minum  yang  dicuci
dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil di banding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan  air  yang  bersih  dan  melindungi  air  tersebut  dari  kontaminasi
Universitas Sumatera Utara
mulai  dari  sumbernya  sampai  penyimpanan  di  rumah.  Beberapa  hal  yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu :
1 Ambil air dari sumber air yang bersih
2 Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air 3
Pelihara  atau  jaga  sumber  air  dari  pencemaran  oleh  binatang  dan  untuk mandi anak-anak
4 Minum air yang sudah matang
5 Cuci  semua  peralatan  masak  dan  makan  dengan  air  yang  bersih  dan
cukup. d.
Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,  terutama  sesudah  buang  air  besar,  sesudah  membuang  tinja  anak,
sebelum menyiapkan  makanan,  sebelum menyuapi  makan anak  dan  sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman  di  beberapa  Negara  membuktikan  bahwa  upaya  penggunaan jamban  mempunyai  dampak  yang  besar  dalam  penurunan  risiko  terhadap
penyakit  diare.  Keluarga  yang  tidak  mempunyai  jamban  harus  membuat
Universitas Sumatera Utara
jamban  dan  keluarga  harus  buang  air  besar  di  jamban.  Beberapa  hal  yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu:
1 Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga 2
Membersihkan jamban secara teratur 3
Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar f.
Membuang Tinja Bayi yang Benar Tinja bayi berbahaya oleh karena itu tinja bayi harus dibuang secara benar
karena dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu :
1 Kumpulkan segera tinja bayi dan membuangnya ke jamban
2 Bantu  anak-anak  buang  air  besar  di  tempat  yang  bersih  dan  mudah
dijangkau olehnya. 3
Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti di dalam lubang atau dikebun kemudian ditimbun.
4 Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun. g.
Pemberian Imunisasi Campak Pemberian  imunisasi  campak  pada  bayi  sangat  penting  untuk  mencegah
agar  bayi  tidak  terkena  penyakit  campak.  Anak  yang  sakit  campak  sering disertai  diare,  sehingga  pemberian  imunisasi  campak  juga  dapat  mencegah
Universitas Sumatera Utara
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
Beberapa  penyakit  yang  dapat  ditularkan  melalui  air  antara  lain  adalah diare,  kolera,  disentri,  hepatitis,  penyakit  kulit,  penyakit  mata  dll,  maka
penyediaan  air  bersih  baik  secara  kuantitas  dan  kualitas  mutlak  diperlukan dalam  memenuhi  kebutuhan  air  sehari-hari  termasuk  untuk  menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. b.
Pengelolaan Sampah Sampah  merupakan  sumber  penyakit  dan  tempat  berkembang  biaknya
vektor  penyakit  seperti  lalat,  nyamuk,  tikus,  kecoa,  dsb.  Selain  itu  sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena  itu  pengelolaan  sampah  sangat  penting,  untuk  mencegah  penularan
penyakit  tersebut.  Tempat  sampah  harus  disediakan,  sampah  harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila
tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir  dapat  dilakukan  pemusnahan  sampah  dengan  cara  ditimbun  atau
dibakar.
Universitas Sumatera Utara
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air  limbah  baik  limbah  pabrik  atau  limbah  rumah  tangga  harus  dikelola sedemikian  rupa  agar  tidak  menjadi  sumber  penularan  penyakit.  Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu  estetika  dan  dapat  menjadi  tempat  perindukan  nyamuk  dan
bersarangnya  tikus,  kondisi  ini  dapat  berpotensi  menularkan  penyakit  seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria.
2.4 Fokus Penelitian
Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program diare dapat diukur melalui indikator  masukan  input,  proses  process,  dan  luaran  output.  Oleh  karena  itu
fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut :
Gambar 2.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan  gambar  diatas,  dapat  dirumuskan  definisi  fokus  penelitian sebagai berikut :
Output : 1.
Penurunan Kasus Diare
Proses :
1. Upaya Pencegahan
2. Upaya Pengobatan
Input :
1. Tenaga
2. Sarana
Universitas Sumatera Utara