Persyaratan dan Kuota Beasiswa Bidikmisi

63 dan mahasiswa Program Diploma III yang lulus kurang dari 6 enam semester, maka bantuan Bidikmisi yang bersangkuran dapat digantikan kepada mahasiswa lain yang seangkatan dan memenuhi persyaratan penerima Bidikmisi Penyelenggara program bidikmisi adalah seluruh perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta terpilih di bawah Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti 2015: 9-11.

D. Kerangka Berpikir

Mahasiswa adalah nama yang diberikan kepada pelajar di tingkat perguruan tinggi PT. Secara harfiah maha berarti besar. Jadi, mahasiswa dapat diartikan bagi siswa yang telah dewasa. Perkembangan emosional, psikologis, fisik, kemandirian, diandaikan telah berkembang menjadi manusia dewasa. Mahasiswa berada pada masa dewasa awal dengan ciri masa-masa yang banyak masalah. Selain itu, masa-masa menjadi mahasiswa juga merupakan masa yang dapat menimbulkan permasalahan hingga stres. Permasalahan yang kerap terjadi pada mahasiswa di antaranya yaitu masalah ekonomi, masalah pribadi, masalah belajar, masalah dengan teman-temannya, bahkan masalah dengan dosen. Permasalahan tersebut dapat mengganggu mahasiswa dalam mendapatkan prestasi yang diharapkan dan dapat mempengaruhi performa akademik mahasiswa. Mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta terdiri dari mahasiswa bidikmisi dan mahasiswa non bidikmisi. Baik mahasiswa bidikmisi maupun 64 non bidikmisi sama-sama menjalankan peran dan tugas serta tanggung jawab yang tidak sedikit. Baik mahasiswa bidikmisi maupun mahasiswa non bidikmisi sama-sama memiliki tujuan dalam menjalani kuliah, yaitu mencapai gelar sarjana. Dalam mencapai tujuan tersebut tentunya akan dihadapkan dengan masalah atau hambatan yang bisa datang kapan saja. Usaha dalam menghadapi hambatan tersebut tidak cukup hanya dengan memiliki kecerdasan yang tinggi, namun juga kemampuan untuk dapat bertahan dan tetap tegar ketika kesulitan datang Stoltz, 2009: 9. Kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan dan mampu bertahan dalam menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dalam hidup disebut dengan kecerdasan adversity. Kecerdasan adversity juga menjadi salah satu penentu kesuksesan. Oleh sebab itu, mahasiswa bidikmisi maupun non bidikmisi perlu memiliki kecerdasan adversity agar dapat menghadapi hambatan-hambatan dan dapat meraih kesuksesan yang diharapkan. Mahasiswa dengan peran dan tugasnya diharapkan memiliki tingkat kecerdasan adversity tinggi agar tidak mudah menyerah dan tetap bertahan di saat mengalami kesulitan, serta tetap memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi meskipun berada di dalam kesulitan. Stoltz 2009: 37 menyebutkan individu dengan tingkat kecerdasan adversity tinggi dulunya mempunyai latar belakang yang sulit, atau berasal dari lingkungan yang banyak kesulitan. Mahasiswa bidikmisi dapat memiliki tingkat kecerdasan adversity lebih tinggi daripada mahasiswa non bidikmisi karena memiliki latar belakang yang lebih sulit serta berasal dari lingkungan yang banyak 65 mengalami kesulitan. Mahasiswa non bidikmisi memiliki tanggung jawab dan tuntutan yang tidak terlalu besar karena tidak dituntut untuk aktif dan berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik serta tidak memiliki tuntutan yang sama seperti mahasiswa bidikmisi. Mahasiswa bidikmisi di tengah keterbatasan yang dimiliki dituntut untuk berprestasi baik di bidang kurikuler, ektrakurikuler dan intrakurikuler dengan aktif di dalam perkuliahan dan juga aktif mengikuti kegiatan organisasi di kampus. Selain itu, mahasiswa bidikmisi juga diharapkan dapat menyelesaikan studi tidak lebih dari empat tahun karena masa pemberian beasiswa bidikmisi untuk jenjang S1 yaitu selama delapan semester. Tidak jarang hal-hal tersebut menimbulkan masalah yang dapat menghambat perjalanan mahasiswa bidikmisi meraih kesuksesan yang diharapkan. Meskipun demikian, hal tersebut juga dapat manjadi dorongan atau motivasi tersendiri bagi mahasiswa bidikmisi agar lebih berprestasi dibanding dengan mahasiswa non bidikmisi jika mahasiswa bidikmisi memiliki kemampuan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan karena individu yang memiliki motivasi tinggi merupakan individu yang dulunya memiliki kesulitan dan menginginkan bangkit dari kesulitan. Kemampuan individu dalam bertahan dan kemampuan individu dalam mengatasi kesulitan dapat meramalkan kinerja dan juga motivasi seseorang Stoltz, 2009: 11. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cornista Marcasaet 2013: 46 yang menyebutkan apabila ada hubungan antara kecerdasan adversity dan motivasi berprestasi. Serta dalam penelitian Desi Kumalasari 2013: