5.2 Pembahasan
Pembahasan pada penelitian mengenai dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis diuraikan seperti berikut ini.
5.2.1 Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada lansia yang memiliki penyakit kronis
dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 48 responden 73.8. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratikwo, Pietojo, Widjanarko
2006, dimana lansia yang mendapatkan dukungan keluarga kategori sedang sebanyak 46,9 berperilaku sehat dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Pratikwo, Pietojo, Widjanarko 2006 ini memperlihatkan bahwa semakin baik dukungan keluarga terhadap lansia, proporsi lansia yang berperilaku sehat
kategori baik juga semakin besar. Dukungan dari teman-teman dan keluarga berperan penting dalam
kepatuhan jangka panjang. Schatz menemukan bahwa suatu komponen kepatuhan pada pasien diabetes adalah dukungan dari teman-teman dan keluarganya.
Dukungan keluarga juga telah pula diketahui sangat penting dalam kepatuhan terhadap program pengobatan jangka panjang StanleyGauntlett, 2006.
Penelitian yang dilakukan oleh Coffman, M.J 2008 dalam Yusra, 2011 tentang efek dukungan sosial dan depresi terhadap self efikasi DM tipe 2
mengatakan bahwa umumnya dukungan yang diterima oleh pasien DM tipe 2 adalah dari keluarga. Selain itu, dari teman-teman dan petugas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan keluarga juga dilihat dari segi emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bila komponen dukungan keluarga yang seharusnya mendapatkan nilai baik, pada kenyataannya memberikan hasil yang
terendah. Hal ini dapat dilihat dari dukungan informasional keluarga yang rendah maupun dukungan instrumental dan emosional keluarga yang hanya memberikan
kontribusi nilai di level sedang. Dukungan informasional keluarga yang rendah mempengaruhi dukungan keluarga yang diberikan. PotterPerry 2009
mengatakan bahwa lansia menerima sebagian besar informasi kesehatan mereka dari media cetak, seperti majalah kesehatan dan kolom medis, buku-buku
kedokteran dan ensiklopedia, televisi, anggota keluarga, teman-teman, dokter, perawat, dan apoteker. Sehingga apabila semua pendukung tersebut dapat berjalan
dengan baik, dukungan informasi yang dibutuhkan oleh lansia dapat terpenuhi dengan baik pula.
Bila dilihat berdasarkan dari jawaban yang diberikan oleh lansia, ada beberapa pernyataan seperti keluarga mengetahui dan mengingatkan lansia untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan, sebagian besar lansia 80 memberikan jawaban tidak pernah. Hal ini bukan disebabkan oleh keluarga yang tidak
mengingatkannya, melainkan memang lansianya yang tidak memiliki jadwal rutin untuk melakukan pemeriksaan dikarenakan keluarga hanya membawa lansia
ketika kondisi sedang mengalami penurunan saja.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Dukungan Infomasional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan informasional yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis
masih kurang, yaitu sebanyak 38 responden 58.5. Hasil ini tentunya berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Yenni 2011 yang menunjukkan
bahwa dukungan keluarga informasional yang diberikan kepada lansia sudah baik yaitu sebanyak 76 dan kurang 67.
Pada penelitian ini, sebagian besar keluarga tidak pernah memberikan informasi kepada lansia terkait dengan penyakit yang dimiliki oleh lansia maupun
hal-hal lain yang dapat meningkatkan derajat kesehatan untuk lansia. Berdasarkan dari jawaban lansia yang diberikan terlihat bahwa keluarga tidak pernah
menjelaskan kepada lansia tentang pentingnya berolahraga secara teratur sebanyak 95,4. Berdasarkan dari jawaban responden, terlihat bahwa olahraga
bukanlah suatu kebutuhan bagi keluarga sehingga tidak ada yang mengingatkan lansia untuk berolahraga. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan Suharjana
2004 tentang perilaku hidup sehat lansia terhadap kesegaran jasmani di Dusun Karanggawang, Desa Mororejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman
menunjukkan bahwa perilaku hidup sehat lansia dalam kategori tidak baik. Kemungkinan para lansia dan keluarga belum atau kurang memahami manfaat
memiliki kesegaran jasmani yang baik atau sangat baik. Padahal berbagai penelitian memperlihatkan bahwa olahraga yang teratur dapat membantu
menurunkan risiko terkena penyakit jantung, strokelumpuh, diabetes mellitus, darah tinggi, dan osteoporosisrapuh tulang.
Universitas Sumatera Utara
Padahal, sekecil apapun jumlah aktivitas fisik yang dilakukan terutama di luar rumah, dapat meningkatkan sikap, mengurangi stres dan kesepian,
menjadikan tidur lebih baik, dan mencegah perasaan depresi. Akan tetapi, hanya 43 orang yang berusia lebih dari 65 tahun melakukan latihan fisik secara fisik.
Faktor pendidikan dapat membantu lansia untuk memahami keuntungan- keuntungan latihan fisik dan membantu mereka dalam memilih jenis latihan yang
benar StanleyGauntlett, 2006. Selain dari faktor tidak pernahnya lansia dijelaskan tentang pentingnya
berolahraga, keluarga juga tidak pernah menyarankan lansia untuk rutin mengikuti kegiatan kesehatan di Puskesmas atau Posyandu Lansia yaitu sebanyak 93,8.
Bila dilihat berdasarkan karakteristik responden, 83,1 keluarga yang tinggal bersama lansia adalah mereka yang bekerja sehingga lansia tidak diberitahukan
tentang pentingnya mengikuti kegiatan kesehatan di puskesmas atau posyandu lansia dikarenakan oleh kesibukan anggota keluarga yang bekerja. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani Wahyuni 2012, yang menunjukkan bahwa 60 responden mempunyai dukungan keluarga yang rendah
dalam mengikuti posyandu lansia. Hal ini dikarenakan lansia yang tidak diingatkan jadwal posyandu oleh keluarganya karena keluarga sibuk bekerja dan
keluarga tidak memberikan semangat pada lansia dalam menghadiri kegiatan di posyandu lansia.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Dukungan Penilaian Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan penilaian yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis sudah baik, yaitu
sebanyak 35 responden 53.8. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yenni 2011, dimana 78 lansia sudah mendapatkan dukungan
penilaian yang baik. Dukungan penghargaan merupakan bentuk fungsi afektif dari keluarga. Menurut Friedman, Bowden, Jones 2010, keluarga berfungsi
sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan, dan dukungan primer. Selain itu, dukungan penilaian ini bisa bersifat positif maupun negatif, yang mana
pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang Setiadi, 2008. Berdasarkan dari jawaban responden, terlihat bila dukungan penilaian yang
diberikan oleh keluarga keluarga sudah baik. Hal ini terlihat dari jawaban yang diberikan oleh responden, dimana 60 responden 92,3 mengatakan bila
keluarga tidak pernah meminta lansia untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan 45 responden 69,2 mengatakan bila keluarga tidak pernah tidak
melibatkan responden dalam musyawarah keluarga. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar lansia tinggal bersama anak
mereka 93,8. Seperti yang dikatakan oleh Friedman, Bowden, Jones 2010 bahwa kepatuhan anak seperti rasa hormat terhadap orang tua, kakeknenek dan
ornag yang lebih tua, merupakan suatu nilai yang diasuh dengan tinggi di dalam keluarga Asia tradisional. Hal ini menjelaskan bahwa anak harus membayar
kembali cinta dan asuhan orang tua dengan merawat mereka selama masa tua mereka. Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut nilai ketimuran,
Universitas Sumatera Utara
dimana salah satu nilai ketimurannya terletak pada menghormati orang yang lebih tua. Hal ini juga dikatakan oleh Indrizal 2005, yang mengatakan bila keberadaan
anak dalam keluarga di Indonesia umumnya memiliki nilai yang amat penting sebagai tumpuan harapan orang tua. Anak-anaklah yang biasanya paling
diharapkan dapat memberikan bantuan materil maupun moril terhadap orang tua mereka yang sudah lansia sampai ajal tiba.
Bila dilihat berdasarkan jawaban lansia, 46,2 lansia mengatakan bila keluarga tidak pernah meminta pendapat lansia mengenai tempat berobat. Hal ini
dikarenakan lansia sering dibawa berobat ketika keadaan sudah sangat menurun saja yaitu sebesar 49,2, sehingga ketika lansia sudah dalam kondisi menurun,
keluarga tidak mungkin menanyakan hal tersebut kepada lansia.
5.2.4 Dukungan Instrumental Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Keluahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan instrumental yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis dikategorikan
sedang, yaitu sebanyak 41 responden 63.1. Dukungan instrumental ini masuk dalam bentuk fungsi perawatan kesehatan dan ekonomi bagi keluarga, dimana
dukungan instrumental diberikan dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan, dan lain-lain
Setiadi, 2008. Bentuk dukungan instrumental yang diberikan keluarga dapat berupa bantuan tenaga maupun waktu kepada anggota keluarganya.
Penelitian yang dilakukan oleh Yenni 2011 memberikan hasil yang berbeda dengan hasil penelitian ini, dimana dukungan instrumental yang didapat
Universitas Sumatera Utara
lansia sudah dalam kategori baik, yaitu sebesar 72. Berdasarkan dari jawaban lansia yang mengatakan bila keluarga tidak pernah mempersiapkan dana khusus
untuk biaya pengobatan lansia sebesar 49,2. Hal ini bukan disebabkan oleh keluarga yang tidak mengingatkannya, melainkan memang lansianya yang tidak
memiliki jadwal rutin untuk melakukan pemeriksaan dikarenakan oleh lansia yang tidak pernah memeriksakan kesehatannya ke puskesmaspelayanan kesehatan dan
keluarga hanya membawa lansia ketika kondisi sedang mengalami penurunan kesehatan saja.
Dalam Yenni 2011 mengatakan bila lansia yang memiliki penyakit kronis kadang membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lansia
dengan penyakit kronis harus melakukan perubahan gaya hidup, harus menjalani pengobatan, pengeluaran obat-obatan. Sementara itu, lansia yang sudah memasuki
masa pensiun atau tidak lagi bekerja karena penurunan kemampuan fisik, sehingga sumber penghasilan atau pendapatan menjadi berkurang. Oleh karena
itu, lansia membutuhkan bantuan dari pihak lain, seperti keluarga untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain dikarenakan faktor tersebut, berdasarkan dari jawaban lansia yang mengatakan bila keluarga tidak pernah memfasilitasi lansia untuk berolahraga,
baik dari segi waktu maupun penyediaan fasilitas yang dibutuhkan. Berdasarkan dari jawaban responden, terlihat bahwa olahraga bukanlah suatu kebutuhan bagi
keluarga sehingga tidak ada yang mengingatkan lansia untuk berolahraga. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan Suharjana 2004 tentang perilaku
hidup sehat lansia terhadap kesegaran jasmani di Dusun Karanggawang, Desa Mororejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa perilaku
Universitas Sumatera Utara
hidup sehat lansia dalam kategori tidak baik. Kemungkinan para lansia dan keluarga belum atau kurang memahami manfaat memiliki kesegaran jasmani yang
baik atau sangat baik. Padahal berbagai penelitian memperlihatkan bahwa olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan risiko terkena penyakit
jantung, strokelumpuh, diabetes mellitus, darah tinggi, dan osteoporosisrapuh tulang.
5.2.5 Dukungan Emosional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis dikategorikan
sedang, yaitu sebanyak 37 responden 56.9. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yenni 2011, menunjukkan hasil yang berbeda, dimana lansia hipertensi
sudah mendapatkan dukungan emosional yang baik. Yenni 2011 mengatakan bahwa sebagian besar keluarga telah memahami bila lansia hipertensi harus
diberikan perhatian dan kasih sayang agar lansia tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah dan merasa putus asa.
Menurut Friedman, Bowden, Jones 2010, dukungan emosional termasuk ke dalam fungsi afektif. Melalui pemenuhan fungsi afektif, keluarga
meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilitas kepribadian dan perilaku, serta harga diri anggota keluarg. Ketika masing-masing anggota mendapat kasih sayang
dan asuhan dari anggota lainnya dalam keluarga, kapasitasnya untuk memberi ke anggota lainnya meningkat, dengan hasil saling mendukung dan memberikan
kehangatan emosional di antara anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi kita cinta dan perasaan berbagi beban. Kemampuan berbicara kepada seseorang dan
mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menguasai keadaan Smeltzer Bare, 2002.
Berdasarkan dari jawaban responden, keluarga sudah menunjukkan sikap penerimaan yang positif terhadap responden, seperti sering menunjukkan wajah
yang menyenangkan, kasih sayang, tulus dan mendengarkan serta menanyakan keluhan yang dirasakan oleh responden. Akan tetapi, keluarga tidak pernah
mengetahui apalagi mengingatkan responden mengenai jadwal kontrol kesehatan. Hal ini disebabkan oleh lansia yang dibawa ke pelayanan kesehatan hanya ketika
dalam keadaan menurun saja, sehingga lansia tidak memiliki jadwal yang rutin dalam pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan.
Berdasarkan dari data karakteristik responden, 61 lansia 93,8 tinggal bersama anakmenantu. Menurut Tamher Noorkasiani 2009, sekitar 65 dari
lansia yang mengalami gangguan kesehatan dan hidup dengan ditemani oleh seseorang yang mengingatkan tentang masalah kesehatannya. Seperti yang
dikatakan oleh Friedman, Bowden, Jones 2010 bahwa kepatuhan anak seperti rasa hormat terhadap orang tua, kakeknenek dan ornag yang lebih tua, merupakan
suatu nilai yang diasuh dengan tinggi di dalam keluarga Asia tradisional. Hal ini menjelaskan bahwa anak harus membayar kembali cinta dan asuhan orang tua
dengan merawat mereka selama masa tua mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN