1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan merupakan keadaan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap perusahaan. Melalui persaingan yang sehat akan tersaring perusahaan yang tetap
bertahan, berkembang atau keluar tutup. Keadaan tersebut menuntut setiap perusahaan untuk selalu melakukan pengembangan strategi yang tepat agar dapat
mempertahankan keberadaan, meningkatkan efisiensi, dan memperbaiki kinerja agar menjadi perusahaan yang besar dan kuat. Perusahaan dapat menggunakan
strategi menambah kapasitas pabrik, menambah produk, atau dengan cara menggabungkan usaha untuk tetap dapat bertahan di tengah-tengah persaingan
yang semakin ketat. Apabila perusahaan memperluas kegiatan perusahaan dengan menambah
kapasitas pabrik, menambah produk, atau mencari pasar yang baru, maka cara ini disebut dengan ekspansi internal. Sedangkan menggabungkan usaha disebut
dengan ekspansi eksternal. Ekspensi eksternal tersebut dapat dilakukan melalui penggabungan perusahaan merger atau pengambilalihan perusahaan lain
akuisisi. Perusahaan memilih merger dan akuisisi sebagai strateginya adalah karena merger dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan
perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Menurut Sitanggang 2013:200, merger adalah penggabungan dua
perusahaan menjadi satu perusahaan dengan tetap mempertahankan identitas dan badan hukum perusahaan utama, sementara perusahaan lain akan melebur pada
perusahaan utama dengan menghentikan usahanya atau membubarkan badan
2
hukumnya. Sedangkan akuisisi berarti ‘pencaplokan’ suatu perusahaan yang sudah dalam keadaan sulit oleh perusahaan lain yang sedang berjalan dengan baik
Pardede, 2011:600. Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia telah banyak melakukan merger
dan akuisisi, terlebih pada masa-masa krisis ekonomi yang mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Pada tahun 1980an di Amerika
Serikat terjadi kira-kira 55.000 merger dan akuisisi, sejak 1993 jumlah merger dan akuisisi berkembang setiap tahunnya dan tahun 2001 akuisisi juga digunakan oleh
perusahaan-perusahaan Eropa untuk membangun kekuatan pasar mereka dan memperluas jangkauan mereka di seluruh Uni Eropa Hitt et al, 2002:31.
Kegiatan merger dan akuisisi dikatakan berhasil apabila nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi melebihi jumlah nilai perusahaan masing-
masing secara terpisah sinergi. Tetapi tidak semua merger dan akuisisi efektif dan berhasil, kesulitan dalam menyatukan budaya organisasi yang beragam adalah
salah satu alasan mengapa banyak aktivitas merger dan akuisisi, selain itu turunnya semangat kerja karyawan karena pemecatan dan relokasi, dan utang
perusahaan yang besar juga menyebabkan gagalnya merger dan akuisisi. Keputusan merger dan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam
memperbaiki kondisi dan kinerja perusahaan karena tujuan menggabungkan usaha melalui merger dan akuisisi adalah untuk mendapatkan sinergi, yaitu kemampuan
dua atau lebih unit atau perusahaan untuk menciptakan nilai yang lebih besar melalui kerja sama daripada yang bisa mereka capai dengan kerja sendiri-sendiri.
Dengan bergabungnya dua atau lebih perusahaan dapat menunjang kegiatan
3
usaha, sehingga keuntungan yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan jika dilakukan sendiri. Keuntungan yang besar dapat memperkuat posisi keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Oleh karena itu, salah satu ukuran untuk menilai keberhasilan merger dan akuisisi adalah dengan melihat
kinerja perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi terutama kinerja keuangan.
Cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Semakin baik kualitas
laporan keuangan yang disajikan, maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan dianalisis
untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang, serta menentukan setiap
kekuatan yang dapat menjadi suatu keunggulan perusahaan. Perhitungan laporan keuangan tersebut dilakukan dengan melihat rasio-rasio keuangan. Pada penelitian
ini rasio yang digunakan adalah rasio profitabilitas return on assets, rasio leverage debt to equity ratio, rasio nilai pasar earnings per share, rasio
likuiditas current ratio, dan rasio aktivitas total assets turnover Berikut adalah data dari Return on Asset ROA, Debt to Equity Ratio
DER, Earnings per Share EPS,Current Ratio CR dan Total Asset Turnover TATO pada perusahaan yang melakukan Merger dan Akuisisi periode tahun
2010–2011, dimana data amatan dimulai pada 1 tahun sebelum hingga 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.
4
Tabel 1.1 Data ROA, DER, EPS, CR dan TATO pada
Empat Perusahaan yang Melakukan Merger Periode 2010-2011
Nama Perusahaan
Jenis Rasio Keuangan
Kinerja Keuangan
1 Tahun Sebelum
Merger Tahun
Merger 1 Tahun
Sesudah
Merger
2 Tahun Sesudah
Merger
PT. Bentoel Internasional
Investama Tbk
ROA -0,030
0,044 0,048
-0,046 DER x
1,561 1,302
1,818 2,604
EPS Rp -21,972
30,196 42,264
-44,661 CR x
2,077 2,499
1,119 1,642
TATO x 1,482
1,816 1,589
1,420 PT.
Indonesian Paradise
Property Tbk ROA
0,007 0,029
0,001 0,006
DER x 0,019
0,419 0,778
0,861 EPS Rp
2,264 9,918
0,870 4,724
CR x 15,527
3,820 1,569
2,007 TATO x
0,026 0,019
0,069 0,087
PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk
ROA 0,115
0,004 -0,051
0,005 DER x
0,464 1,012
1,340 1,230
EPS Rp 0,113
0,002 -0,028
0,003 CR x
2,075 1,759
1,434 1,314
TATO x 1,723
1,369 1,354
1,314 PT. Matahari
Departement Store Tbk
ROA 0,115
0,192 0,263
0,391 DER x
4,039 -1,896
-2,516 -4,758
EPS Rp 214,103
159,632 264,272
394,295 CR x
1,004 0,917
0,799 0,901
TATO x 0,755
1,940 1,917
2,299
Sumber: www.idx.co.id Data Diolah
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan yang melakukan merger dari tahun 2010-2011 mengalami perbedaan kinerja
perusahaan yang dilihat dari rasio-rasio keuangannya. Terdapat dua perusahaan yang mengalami kenaikan pada rasio DER dan mengalami penurunan pada rasio
ROA, EPS, dan TATO setelah melakukan merger. Perusahaan tersebut adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk dan PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Selain itu, PT. Indonesian Paradise Property Tbk dan
PT. Matahari Departement Store Tbk merupakan perusahaan yang mengalami penurunan pada rasio TATO dan
penurunan pada rasio CR.
5
Tabel 1.2 Data rata-rata dari ROA, DER, EPS, CR dan TATO pada
Empat perusahaan yang melakukan Akuisisi periode 2010-2011 Nama
Perusahaan Jenis
Rasio Keuangan
Kinerja Keuangan
1 Tahun Sebelum
Akuisisi Tahun
Akuisisi 1 Tahun
Sesudah Akuisisi
2 Tahun Seudah
Akuisisi PT. Aneka
Tambang Tbk ROA
0,136 0,126
0,151 0,018
DER x 0,282
0,411 0,535
0,709 EPS Rp
176,485 202,117
313,794 42,978
CR x 3,817
10,642 2,514
1,836 TATO x
0,710 0,680
0,530 0,516
PT. Jasa Marga
Persero ROA
0,062 0,061
0,062 0,043
DER x 1,368
1,102 1,529
1,610 EPS Rp
176,60 193,944
225,854 182,032
CR x 1,650
1,060 0,679
0,761 TATO x
0,231 0,225
0,366 0,362
PT. Berau Coal Energy
Tbk ROA
0,037 0,078
-0,083 -0,081
DER x 4,056
2,929 7,866
23,965 EPS Rp
17,760 0,004
-0,005 -0,004
CR x 1,482
1,316 1,196
1,053 TATO x
0,575 0,804
0,713 0,712
PT. Resources
Alam Indonesia
Tbk ROA
0,314 0,460
0,227 0,162
DER x 0,718
0,488 0,416
0,446 EPS Rp
166,026 450,203
0,023 0,017
CR x 2,502
2,823 1,947
1,735 TATO x
1,838 2,175
2,070 1,823
PT. Kawasan Industri
Jababeka Tbk ROA
0,018 0,058
0,053 0,012
DER x 0,996
0,598 0,780
0,972 EPS Rp
4,508 17,071
19,177 5,192
CR x 0,459
0,459 3,647
2,867 TATO x
0,179 0,205
0,197 0,331
Sumber: www.idx.co.id Data Diolah
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat dua perusahaan yang mengalami penurunan pada rasio ROA, dan EPS, tetapi mengalami kenaikan pada
rasio DER setelah melakukan akuisisi. PT. Aneka Tambang Tbk dan PT. Berau Coal Energy Tbk. Dan PT. Resources Alam Indonesian Tbk adalah perusahaan
yang mengalami penurunan pada kelima rasio, yakni ROA, DER, EPS, CR dan TATO.
6
Beberapa penelitian yang meneliti tentang perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi dilakukan, namun hasilnya tidak selalu
sejalan atau konsisten. Seperti yang dilakukan oleh Widyaputra 2006 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan Earning
per Share EPS, Net Profit Margin NPM,Return on Equity ROE, dan Return on Asset ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan
akuisisi; rasio keuangan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan Yulianto
2008 yang memberikan hasil adanya perbedaan yang positif signifikan pada rasio keuangan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan hasil penelitian
Widjanarko 2006 menunjukkan tidak adanya perubahan kinerja keuangan perusahaan yang signifikan dari rasio–rasio keuangan dua tahun sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi. Perbedaan penelitian yang dihasilkan oleh Widyaputra 2006, dan Yulianto
2008 yang menunjukkan adanya sinergi setelah melakukan merger dan akuisisi yang dilihat dari kinerja keuangan. Penelitian yang berlawanan dengan
Widjanarko 2006 yang menyatakan tidak ada sinergi setelah dilakukannya merger dan akuisisi. Perbedaan dari beberapa penelitian yang disebutkan diatas,
maka tema ini menarik untuk diuji kembali yaitu mengenai kinerja keuangan perusahaan melalui rasio–rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi MA. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu, yaitu dengan menggunakan sampel pada semua perusahaan publik yang
melakukan merger dan akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dan
7
periode laporan keuangan tahun 2010-2011. Berdasarkan uraian diatas, maka
peniliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011 Studi Pada Perusahaan Non Keuangan”.
1.2 Perumusan Masalah