BAB II LANDASANTEORI
A. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja Dalam Hukum Islam Dan UU
Ketenagakerjaan 1.
Sejarah Singkat Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia
a. Masa Sebelum Proklamasi
Perbudakan merupakan hubungan kerja yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Dalam perbudakan ada
unsur pemberi kerja dan penerima kerjapelaksana kerja. Perbudakan adalah suatu keadaan dimana seseorang yang disebut budak
melakukan pekerjaan dibawah perintah lain yaitu sebagai pemilik budak.
Secara sosiologis budak adalah manusia sama seperti pemiliknya namun, secara yudiris budak tidak lebih dari barang
milik pihak lain yang dapat diperjualbelikan dan dimiliki mutlak kehidupan sosialnya ekonominya bahkan hidup dan matinya.
28
Pemerintah Hindia Belanda mulai mengatur masalah perbudakan pada Tahun 1817 yaitu dengan melarang memasukkan budak ke
pulau jawa guna membatasi bertambahnya budak. Setelah tahun- tahun tersebut perintah Hindia Belanda berturut-turut mengeluarkan
peraturan-peraturan guna meringankan beban para budak. Pada
28
Maimun,
Hukum Ketenagakerjaan
, Jakarta: Pradnya Paramita,2004, hlm.1
Tahun 1825 dikeluarkannya peraturan yang membatasi pemilik budak. Dalam peraturan tersebut diatur antara lain:
1 Budak yang telah kawin tidak boleh dipisahkan dari anak dan
isterinya; 2
Melarang perdagangan budak dan mendatangkan dari luar Hindia Belanda;
3 Mengatur hak-hak yang dapat membebaskan budak;
4 Mengatur kewajiban untuk memberi makan, pakaian dan upah;
5 Mengancam dengan pidana penganiyayaan terhadap budak dan
ancaman pidana bagi budak yang meninggalkan pekerjaan atau menolak pekerjaan yang layak.
Selain perbudakan sejarah ketenagakerjaan Indonesia diwarnai pula dengan lembaga perhambaan dan lembaga peruluran, serta kerja
rodi dan
punale
sanski. Perhambaan adalah peristiwa dimana seorang meminjam sejumlah uang dengan cara menggadaikan
dirinya sendiri atau orang lain yang berada dibawah kekuasaanya untuk melakukan pekerjaan di bawah perintah perintah orang yang
meminjamkan uang tersebut hingga hutangnya lunas. Peruluran terjadi pada zaman Gubernur Jenderal Jan
Pieterzoon Coen berkuasa. Pada masa itu pemerintah Hindia Belanda membagi-bagi tanah kosong untuk dijadikan kebun kepada orang-
orang yang disebut perkenir atau ulur. Selain peruluran pernah terjadi juga kerja rodi dalam sejarah ketenagakerjaan Indonesia,
kerja rodi adalah melakukan pekerjaan untuk kepentingan bersama dalam suatu satuan desa, suku atau kerjaan atau keperluan raja.
Pekerjaan yang awalnya merupakan kerja bersama unuk kepentingan bersama dalam perkembangannya menjadi kerja paksa untuk
kepentingan seseorang atau pihak lain tanpa upah. Pemerintah Hindia Belanda memanfaatkan kerja rodi untuk kepentingan
membuat pabrik, benteng, jalan, dan kepentingan pegawai pemerintah.
Punale
sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada pekerja karena meninggalkan atau menolak melakukan pekerjaan tanpa
alasan yang dapat diterima dengan pidana denda antara enam belas ribu rupiah hingga dua puluh lima ribu rupiah atau dengan kerja
paksa selama tujuh hari atau dua belas hari.
Punale
timbul sebagai akibat diadakannya Undang-undang Agraria tahun 1870 yang
mendorong munculnya perkebunan-perkebunan swasta besar sehingga membutuhkan pekerja dalam jumlah banyak.
Punale
sanksi memberikan kedudukan yang tinggi pada para pengusaha dan mudah
untuk disalah gunakan mengingat posisi kerja buruh sangat lemah dan kurangnya pengawasan dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam
parlemen Belanda pun timbul kecaman terhadap
punale
sanski sehingga 1879
punale
sanski dicabut. Pada tahun 1880 keluar peraturan serupa
punale
sanski yang disebut
KoeliOrdonnsntie
dan berlaku untuk wilayah Sumatra