Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

(1)

GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE

DAN KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA

DI PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN

CADAS TANGERANG

Skripsi

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:

DEWI SULISTIANI NIM: 1111104000030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2015


(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES NURSING STUDY PROGRAM

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Bachelor’s Thesis, July 2015

Dewi Sulistiani, NIM : 1111104000030

Student’s behavior toward Personal Hygiene and the Occuring of Hepatitis A At Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

xvi + 65 pages + 12 tables + 2 charts + 5 attachments

ABSTRACT

Hepatitis A is one type of hepatitis infecting many of Indonesia's population and often appear in outbreak (KLB). Hepatitis A can be transmitted through fecal oral (food or drinks that contain the virus Hepatitis A), making it one of the forms of prevention that can break the chain of transmission of Hepatitis A by maintaining personal hygiene.

This research aims to determine the behavior of personal hygiene and the incidence of Hepatitis A of Students in Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. The method used in this research is quantitative research design descriptive retrospective analysis of the incidence of Hepatitis A. Data were collected using a questionnaire randomly assigned to 103 respondents in Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.

The results showed that as many as 48.5% of respondents have less personal hygiene behavior, 47.6% of respondents have sufficient personal hygiene and 3.9 respondents have good personal hygiene. Respondents have had hepatitis A in the past year, while as many as 13.6% of respondents who were never exposed to Hepatitis A in the past year 86.4%.

Researchers suggest students need to raise awareness of the importance of implementing a hygienic behavior such as hand washing and tooth brush ones’s own to prevent transmission of Hepatitis A.


(4)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015

Dewi Sulistiani, NIM : 1111104000030

Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

xvi+65 halaman+12 tabel+2 bagan +5 lampiran

ABSTRAK

Hepatitis A merupakan salah ssatu jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia dan sering muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Hepatitis A dapat menular melalui fecal oral (makanan atau minuman yang mengandung tinja yang mengandung virus Hepatitis A), sehingga salah satu bentuk pencegahan yang dapat memutuskan rantai penularan Hepatitis A dengan menjaga personal hygiene.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada Siswa di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan retrospektif pada kejadian Hepatitis A. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner kepada 103 responden di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang dengan teknik random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 48,5% responden memiliki perilaku personal hygiene kurang, 47,6 % responden meiliki personal hygiene cukup dan 3,9 responden memiliki personal hygiene baik. Responden yang pernah mengalami Hepatitis A pada satu tahun terakhir sebanyak 13,6% sedangkan responden yang tidak pernah terkena Hepatitis A pada satu tahun terakhir sebanyak 86,4%.

Peneliti menyarankan siswa perlu meningkatkan kesadaran pentingnya menerapkan Perilaku hidup bersih seperti cuci tangan dan sikat gigi milik sendiri untuk mencegah terjadinya penularan Hepatitis A.

Kata kunci :


(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN PERILAKU

PERSONAL HYGIENE

DAN

KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI

PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS

TANGERANG

Disusun oleh:

DEWI SULISTIANI

NIM. 1111104000030

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM

NIP. 19801002 201101 2 011 NIP. 19790520 200901 1 012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H


(6)

vi

GAMBARAN PERILAKU

PERSONAL HYGIENE

DAN

KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PONDOK

PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS

TANGERANG

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :

Dewi Sulistiani NIM: 1111104000030

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM

NIP. 19801002 201101 2 011 NIP. 19790520 200901 1 012

Penguji I Penguji II

Ns.Eni Nur’aini Agustini, S.Kep,M.Sc Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,M.KM NIP. 19800802 200604 2 001 NIP. 19790520 200901 1 012

Penguji III

Ns. Mardiyanti, S.Kep, M.Kep, MDS NIP. 19801002 201101 2 011


(7)

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN PERILAKU

PERSONAL HYGIENE

DAN

KEJADIAN HEPATITIS A PADA SISWA DI PONDOK

PESANTREN DAARUL MUTTAQIEN CADAS

TANGERANG

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Dewi Sulistiani NIM: 1111104000030

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp, MSc NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

viii Nama : Dewi Sulistiani

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 31 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. H. Ridan 1 RT 03 RW 01 NO.47 Kel: Poris Plawad Indah, Kec: Cipondoh, Kota Tangerang-Banten

Telepon : 085711199924

Email : dewisulistiani123@yahoo.com Riwayat Pendidikan :

1. 1997 – 1999 : TK Islam Asy-syukriyyah Kota Tangerang 2. 1999 – 2005 : SDN Plawad 1 Kota Tangerang

3. 2005 – 2008 : SMPN 16 Kota Tangerang 4. 2008 – 2011 : SMAN 7 Kota Tangerang 5. 2011 – 2015 : S-1 Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

1. Pramuka SMPN 16 Tangerang 2. OSIS SMPN 16 Tangerang 3. Pramuka SMAN 7 Tangerang 4. BEM PSIK tahun 2012-2013 5. BEM PSIK tahun 2013-2014


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Personal Hygiene dan Kejadian Hepatitis A pada Siswa Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat pertolongan dari Allah SWT serta bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memotivasi sehingga membuat semangat bagi penulis

4. Ns. Mardiyanti, S.Kep,M.Kep , MDS selaku dosen pembimbing I dan Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia membimbing dan memotivasi penulis serta sabar, tekun, tulus, ikhlas, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini


(10)

x

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda Sultoni dan Ibunda Alm.Juariah yang telah mencurahkan kasih sayang dan memberikan dukungan baik moril maupun materil.

9. Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.

10.Sahabat terbaikku “Cacalita” (Andika, Dayang, Audy, Ilyati), “MT PERMATA” (Adul, Anggi, Sholeh, Amar, Gofur, Gina, Indah), Mustafiqotun, Trisna, Alfian, Susi, Mia,Ka lili,Teh Alip, Arief yang membantu dan memberikan support.

11.Teman-teman PSIK angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik.

Ciputat, Juni 2015


(11)

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MSALAH ... 4

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN... 5

1.4 TUJUAN PENELITIAN ... 5

1.4.1 Tujuan Umum ... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 MANFAAT PENELITIAN ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis A ... 7

2.1.1 Pengertian Hepatitis ... 7

2.1.2 Epidemiologi ... 7

2.1.3 Etiologi ... 8

2.1.4 Cara Penularan ... 8

2.1.5 Tanda dan Gejala ... 9


(12)

xii

2.1.9 Penatalaksanaan ... 14

2.2 PERSONAL HYGIENE ... 15

2.2.1 Definisi Personal Hygiene ... 15

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene ... 15

2.2.3 Macam-macam Personal Hygiene ... 17

2.3 PERILAKU ... 20

2.3.1 Definisi Perilaku ... 20

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang ... 21

2.3.3 Pengukuran Perilaku ... 23

2.3.4 Proses Adopsi Perilaku ... 24

2.4 PESANTREN ... 25

2.5 PENELITIAN TERKAIT ... 27

2.6 KERANGKA TEORI ... 29

BAN III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 KERANGKA KONSEP ... 30

3.2 DEFINISI OPERASIONAL ... 31

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 DESAIN PENELITIAN ... 34

4.2 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN ... 34

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 34

4.2.2 Waktu Penelitian ... 34

4.3 POPULASI dan SAMPEL ... 34

4.3.1 Populasi Penelitian ... 34

4.3.2 Sampel Penelitian ... 35

4.4 INSTRUMEN PENELITIAN ... 37


(13)

xiii

4.6 TAHAPAN PENGAMBILAN DATA ... 40

4.7 ANALISIS DATA ... 43

4.8 ETIKA PENELITIAN ... 44

BAB V. HASIL PENELITIAN 5.1 GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN ... 46

5.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 47

5.2.1 Jenis Kelamin ... 47

5.2.2 Usia ... 48

5.2.3 Kelas ... 48

5.3 PERILAKU PERSONAL HYGIENE ... 49

5.4 KEJADIAN HEPATITIS A ... 51

5.5 TABULASI SILANG PERSONAL HYGIENE DAN HEPATITIS A ... 51

BAB VI. PEMBAHASAN 6.1 GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 53

6.1.1 Jenis Kelamin ... 53

6.1.2 Usia ... 53

6.1.3 Kelas ... 54

6.2 GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ... 55

6.3 GAMBARAN KEJADIAN HEPATITIS A ... 58

6.4 KETERBATASAN PENELITIAN ... 59

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN ... 60

7.2 SARAN ... 61


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 31 Tabel 4.1 Daftar jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas

Tangerang tingkat 1 sampai V Tahun 2014-2015 ... 35 Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 40 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Pondok

Pesantren Daarul Muttaqien ... 47 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Pondok Pesantren

Daarul Mutaqien Cadas Tangerang ... 48 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkatan Kelas di Pondok

Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang... 48 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene di Pesantren Daarul

Muttaqien Cadas Tangeran ... 49 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pada beberapa item pernyataan prilaku personal

hygiene ... 49 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi personal hygiene berdasarkan jenis kelamin ... 50 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi personal hygiene berdasarkan usia ... 50 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A selama satu tahun terakhir di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang Tahun ... 51 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A berdasarkan Perilaku


(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 29 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 30


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. Penjelasan Penelitian Lampiran 3. Informed Consent Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil uji validitas dan reliabilitas Lampiran 6. Hasil analisis data


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia (Kemenkes, 2012). Ada berbagai virus yang dapat menyebabkan hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D dan E (Cahyono, 2009). Di Indonesia diperkirakan 28 juta penduduk terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan 1,4 juta orang berpotensi menderita kanker hati (Kemenkes RI, 2014). Selain itu, jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah Hepatitis B (21,8%) dan Hepatitis A (19,3%) dibandingkan dengan Hepatitis C (2,5%) dan Hepatitis D,E (1,8 %) (Riskesdas, 2013). Namun penyakit Hepatitis A sering muncul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa tempat di Indonesia (Kemenkes, 2012).

Di Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2010 tercatat 6 Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita 279, sedangkan tahun 2011 tercatat 9 Kejadian Luar Biasa (KLB), jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni, telah terjadi 4 Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes, 2012).

Prevalensi Hepatitis di Banten yaitu 0,5%. Prevalensi Hepatitis di Tangerang menempati urutan ketiga (0,5%) setelah Pandeglang (0,9%) dan Lebak (0,9%) (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Balai Besar Teknik


(18)

Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta (2013) menyatakan bahwa pada Tahun 2012 pernah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Banten yaitu sebanyak 3 kejadian.

Penyakit Hepatitis A dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial karena lamanya masa penyembuhan. Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan. Karena penularannya melalui fecal oral (melaui makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja yang mengandung virus Hepatitis A), salah satu bentuk pencegahan yang dapat memutuskan rantai penularan Hepatitis A dengan menjaga personal hygiene (Kemenkes, 2012).

Salah satu bentuk personal hygiene yang dapat mencegah penularan Hepatitis A yaitu dengan mencuci tangan dan sikat gigi (Sari,2008). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Firdous (2005) bahwa cuci tangan sebelum makan dapat menurunkan risiko kejadian hepatitis akut klinis. Menyikat gigi perlu dijaga dalam pencegahan Hepatitis A yaitu dengan menggunakan sikat gigi milik sendiri atau tidak bertukar alat. Berdasarkan penelitian Sumarni (2012) bahwa tukar menukar alat berhubungan dengan Kejadian Hepatitis A.

Pada kenyataannya, kebiasaan mencuci tangan umumnya jarang dilakukan pada siswa di sekolah sehingga Hepatitis A lebih sering terjadi pada anak – anak sekolah dan dewasa muda (Kemenkes, 2012). Seorang anak yang tinggal di asrama atau pesantren memiliki resiko yang lebih


(19)

3

besar dalam penularan Hepatitis A karena memiliki kedekatan yang begitu erat antar santri. Berdasarkan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta (2014) menyatakan bahwa pernah terjadi Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yaitu terdapat peningkatan kasus Hepatitis A pada 8 siswa SDN 3 Sumpiuh dan 3 orang pondok Pesantren Al-Falah.

Santri kemungkinan beresiko terkena Hepatitis A apabila memiliki personal hygiene yang buruk. Hal tersebut sesuai berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Alvira (2014) tentang faktor risiko Hepatitis A di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa personal hygiene merupakan fakto risiko tertinggi Hepatitis A setelah hygiene penjamah makanan, riwayat kontak dengan penderita hepatitis A, dan sanitasi mandi, cuci, kakus. Sedangkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan bukan faktor risiko kejadian Hepatitis A.

Pada umumnya personal hygiene di pondok pesantren kurang mendapatkan perhatian dari santri karena dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dari santri sebelum datang di pesantren seperti sosial budaya, keadaan lingkungan yang kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan (Badri, 2007). Penelitian Heryanto (2004) menunjukkan bahwa kondisi sanitasi Pondok Pesantren secara umum masih belum baik, sehingga penyakit penular masih banyak ditemukan.

Berdasarkan studi pendahuluan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien pada bulan Desember didapatkan hasil bahwa jumlah santri yang menderita Hepatitis dalam enam bulan terakhir adalah 20 orang.


(20)

Beberapa penyakit yang sering diderita oleh santri adalah skabies, sakit mata, sakit magh, dan hepatitis. Data tersebut didapatkan dari pengasuh pondok pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. Hasil observasi pada santri di pesantren Daarul Muttaqien menunjukkan bahwa mereka tidak mencuci tangan sebelum makan dan kuku terlihat panjang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Modern Daarul Muttaqien, Cadas, Tangerang.

1.2 Rumusan Masalah

Hepatitis A dapat menular pada lingkungan yang lebih padat penduduknya sehingga populasi didalamnya lebih mudah untuk berinteraksi satu sama lain terutama dalam aktivitas sehari-hari. Pesantren merupakan tempat yang mudah menjadi persebaran Hepatitis A, karena personal hygiene santri yang kurang baik untuk mencegah terjadinya

Hepatitis A dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan bersama seperti makan dalam satu nampan secara bersamaan.

Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Modern Daarul Muttaqien, Cadas, Tangerang.


(21)

5

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah :

a. Bagaimana gambaran karakteristik responden pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang?

b. Bagaimana gambaran perilaku personal hygiene siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang?

c. Bagaimana gambaran kejadian hepatitis A di pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

b. Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene siswa di pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

c. Mengetahui kejadian hepatitis A di pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang


(22)

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini menjadi bahan ilmu pengetahuan tambahan bagi pendidikan ilmu keperawatan terutama keperawatan komunitas pada tingkat sekolah.

b. Bagi Pondok Pesantren

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para pengasuh pondok pesantren Daarul Muttaqien terhadap penyakit Hepatitis A apabila terdapat santri yang terkena Hepatitis A agar tidak menjadi kejadian luar biasa di pesantren.

c. Bagi Santri

Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, santri mengetahui personal hygiene yang baik untuk mencegah terjadinya Hepatitis A agar tidak

terjadi kejadian luar biasa. d. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dalam pembentukan program Poskestren ( Pos kesehatan pesantren).


(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis A

2.1.1 Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah semua jenis peradangan sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus), obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimmune (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan menurut Smeltzer (2001), Hepatitis A adalah infeksi oleh virus dengan cara penularan melalui fekal-oral, terutama lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus tersebut. Virus Hepatitis A ditemukan dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit. Secara khas, pasien dewasa muda akan terjangkit infeksi di sekolah dan membawanya ke rumah dimana kebiasaan sanitasi yang kurang sehat menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga.

2.1.2 Epidemiologi

Hepatitis virus merupakan sebuah fenomena gunung es, dimana penderita yang tercatat atau yang datang ke layanan kesehatan lebih sedikit dari jumlah penderita sesungguhnya. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang terdiagnosis Hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007 dan 2013. Pada tahun 2007, lima propinsi dengan prevalensi Hepatitis


(24)

tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 lima propinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Namun Kejadian Luar Biasa Hepatitis A pada tahun 2014 terjadi di 3 propinsi (Bengkulu, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur) dan di 4 kabupaten/kota sejumlah 282 kasus (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia, Hepatitis A muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2010 tercatat 6 KLB dengan jumlah penderita 279, tahun 2011 tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550. Tahun 2012 sampai bulan Juni, telah terjadi 4 KLB dengan jumlah penderita 204 (Kemenkes, 2012).

2.1.3 Etiologi

Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus RNA dari family enterovirus. Masa inkubasi virus Hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 minggu hingga 8 minggu. Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum, pada saat timbul ikhterik kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi (Smeltzer, 2001).

2.1.4 Cara Penularan

Cara Penularan dan penyebaran Hepatitis A terjadi melalui fekal-oral, terutama melaui makanan atau minuman yang


(25)

9

terkontaminasi oleh virus Hepatitis A (VHA) (Sari, 2008). Virus ini masuk kedalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja penderita virus Hepatitis A (VHA). Virus kemudian masuk ke hati melalui peredaran darah untuk selanjutnya menginvasi sel-sel hati (hepatosit) dan melakukan replikasi di hepatosit. (Kemenkes RI, 2012). Konsentrasi virus Hepatitis A (VHA) tertinggi terdapat di tinja, yang dikeluarkan pendeita 2 minggu sebelum dan sampai 1 minggu setelah timbul gejala kuning, dan konsentrasi virus masih tetap tinggi 2-3 mg setelah gejala kuning timbul. Sedangkan air ludah dan cairan tubuh lain mempunyai konsentrasi yang rendah dalam menularkan penyakit. Cara penularan virus Hepatitis A (VHA) diantaranya makan atau minuman yang terkontaminasi virus Hepatitis A (VHA), kontak langsung dengan barang-barang milik penderita Hepatitis A, penampungan air yang terontaminasi virus Hepatitis A (VHA) (Cahyono,dkk, 2010).

2.1.5 Tanda dan Gejala

Berdasarkan Cahyono,dkk (2010), gejala hepatitis A biasanya dibagi dalam beberapa stadium, diantaranya :

a. Masa inkubasi Hepatitis A antara 2-6 minggu, biasanya terdapat gejala letih, lesu, nyeri menelan, demam (38OC-39OC), kehilangan selera makan, mual, bahkan muntah-muntah yang berlebihan.


(26)

b. Stadium dengan gejala kuning. Stadium ini ditandai urin berwarna teh tua, disertai timbulnya kuning pada mata dan kulit, nyeri perut kanan bagian atas karena adanya pembesaran hati, tinja berwarna teh tua, terjadi peningkatan tes fungsi hati (bilirubin, SGOT, SGPT) dan meningkatnya antibody terhadap virus hepatitis A, yang disebut sebagai IgM anti Virus Hepatitis A (VHA).

c. Stadium penyembuhan. Stadium ini ditandai dengan menghilangnya warna kuning pada sklera, kulit, dan pembesaran hati tetap. Penyembuhan sempurna infeksi Virus Hepatitis A (VHA) membutuhkan waktu 3-4 bulan.

2.1.6 Diagnosis

Disamping gejala dan tanda klinis yang kadang tidak muncul, diagnosis Hepatitis A dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan IgM-antiVHA serum penderita (Kemenkes RI, 2012).

2.1.7 Pencegahan

Hepatitis A memang seringkali tidak berbahaya, namun lamanya masa penyembuhan dapat memberikan kerugian ekonomi dan sosial. Penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan spesifik yang dapat mengurangi lama penyakit, sehingga dalam penatalaksanaan Hepatitis A, tindakan pencegahan adalah yang paling diutamakan. Pencegahan Hepatitis A dapat dilakukan baik dengan pencegahan non-spesifik


(27)

11

(perubahan perilaku) maupun dengan pencegahan spesifik (imunisasi) (Kemenkes RI, 2012).

1) Pencegahan Non-Spesifik

Perubahan perilaku untuk mencegah Hepatitis A terutama dilakukan dengan meningkatkan sanitasi. Petugas kesehatan bisa meningkatkan hal ini dengan memberikan edukasi yang sesuai, antara lain:

a. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara benar b. Pengolahan makanan yang benar, meliputi:

1. Menjaga kebersihan, yaitu degan mencuci tangan sebelum memasak dan keluar dari toilet, mencuci alat masak dan alat-alat makan, dan dapur harus dijaga agar bersih.

2. Memisahkan bahan makanan matang dan mentah, yaitu dengan menggunakan alat yang berbeda untuk keperluan dapur dan untuk makan serta menyimpan bahan makanan matang dan mentah di tempat yang berbeda.

3. Memasak makanan sampai matang, yaiu dengan memasak makanan pada suhu minimal 850C (terutama daging, ayam, telur, dan makanan laut), dan memanaskan makanan yang sudah matang dengan benar.

4. Menyimpan makanan pada suhu aman, yaitu jangan menyimpan makanan pada suhu ruangan terlalu lama dan memasukan makanan yang ingin disimpan ke dalam lemari pendingin namun jangan disimpan terlalu lama.


(28)

5. Menggunakan air bersih dan bahan makanan yang baik, yaitu dengan memilih bahan makanan yang segar (belum kadaluarsa) dan menggunakan air yang bersih serta mencuci buah dan sayur dengan baik.

6. Membuang tinja di jamban yang saniter, yaitu menyediakan air bersih di jamban dan memastikan sistem pendistribusian air dan pengelolaan limbah berjalan dengan baik.

2) Pencegahan Spesifik (Imunisasi)

Pencegahan spesifik Hepatitis A dilakukan dengan imunisasi. Proses ini bisa bersifat pasif maupun aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan Imunoglobulin. Tindakan ini dapat memberikan perlindungan segera tetapi bersifat sementara. Imunoglobulin diberikan segera setelah kontak atau untuk pencegahan sebelum kontak dengan 1 dosis secara intra-muskular. Efek proteksi dapat dicapai bila Imunoglobulin diberikan dalam waktu 2 minggu setelah terpajan. Imunisasi aktif, memberikan efektifitas yang tinggi pada pencegahan Hepatitis A. Vaksin dibuat dari virus yang diinaktivasi (inactivated vaccine). Vaksin ini relatif aman dan belum ada laporan tentang efek samping dari vaksin kecuali nyeri ditempat suntikan. Vaksin diberikan dalam 2 dosis dengan selang 6 – 12 bulan secara intra-muskular didaerah deltoid atau lateral paha (Kemenkes RI, 2012).


(29)

13

2.1.8 Faktor Risiko

Perilaku berisiko terhadap Hepatitis A berdsarkan Kemenkes RI (2012), terdapat pada :

a. Kebiasaan membeli makanan di sembarang tempat, makan makanan mentah atau setengah matang.

b. Personal hygiene yang rendah antara lain : penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masih kurang diantaranya cuci tangan dengan air bersih dan sabun, menkonsumsi makanan dan minuman sehat, serta cara mengolah makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah berdasarkan Depkes diantaranya cuci tangan, menjaga kuku agar tidak panjang dan kotor, menggunakan jamban (WC) yang sehat untuk Buang Air Kecil dan Buang Air Besar, dan membuang sampah pada tempatnya .

Kelompok risiko tinggi tertular VHA berdasarkan Cahyono,dkk (2010), diantaranya :

a. Tinggal di daerah dengan kondisi lingkungan yang buruk (penyediaan air minum dan air bersih, pembuangan air limbah, pengelolaan sampah, pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat).

b. Tempat penitipan anak dan asrama (Pesantren). c. Penyaji makanan


(30)

2.1.9 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Farmakologi

Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien, (Permenkes RI, 2014) diantaranya :

Antipiretik bila demam; ibuprofen 2x400mg/hari. Apabila ada keluhan gastrointestinal, seperti:

a. Mual : Antiemetik seperti Metoklopropamid 3x10 mg/hari atau Domperidon 3x10mg/hari.

b. Perut perih dan kembung : H2 Bloker (Simetidin 3x200 mg/hari atau Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari).

2. Penatalaksanaan Non Faramakologi a. Diet seimbang

Terapi bagi penderita penyakit hati adalah dengan diet seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah. Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpoannan nutrisi dalam tubuh. Diet yang seimbang sangatlah penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada hati.Jumlah


(31)

15

kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan karena dapat membayakan system kardiovaskular (Kemenkes, 2012).

b. Tirah baring

Pengobatan tidak spesifik pada Hepatitis A yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat atau tirah baring (Kemenkes, 2012).

2.2 PERSONAL HYGIENE

2.2.1 Definisi Personal Hygiene

Personal hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri

sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan bantuan; dapat melatih hidup sehat atau bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan; serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Hidayat, 2008).

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene

Menurut Potter dan Perry (2005) sikap seseorang melakukan kebersihan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor karena setiap orang


(32)

memiliki perawatan diri yang berbeda satu sama lain. Faktor yang mempengaruhi praktik kebersihan diri seseorang diantaranya :

a. Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan kebersihan diri.

b. Praktik sosial

Kelompok sosial dapat mempengaruhi praktek kebersihan diri seseorang. Pada anak praktek kebersihan diri didapatkan dari orang tua. Pada remaja kebersihan diri lebih diperhatikan ketika peningkatan ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Selanjutnya dalam kehidupan, teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai penampilan pribadi mereka dan perawatan yang dilakukan dalam mempertahankan kebersihan diri yang adekuat. c. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan.

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri berimplikasi pada kebiasaan perawatan kebersihan diri. Pengetahuan ini harus dikombinasi dengan motivasi untuk melakukan perawatan kebersihan diri.


(33)

17

e. Budaya

Keyakinan budaya dan nilai-nilai individu berpengaruh pada kebiasaan perawatan kebersihan diri. Dengan latar belakang budaya yang berbeda memiliki kebiasaan yang berbeda pula.

2.2.3 Macam-macam Personal Hygiene

Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene, diantaranya :

a. Perawatan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan.

b. Mandi

Mandi merupakan bagian perawatan hygiene total. Karena dalam mandi terdapat beberapa tujuan diantaranya membersihkan kulit untuk mengurangi keringat, beberapa bakteri dan sel kulit mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan infeksi, stimulasi sirkulasi dengan penggunaan air hangat dan usapan yang lembut pada ekstremitas.

c. Perawatan Kaki dan Kuku

Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri.


(34)

d. Perawatan Mulut

Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,

gigi, gusi dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dan partikel-partikel makanan,plak, dan bakteri.

e. Perawatan Rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari.

f. Perawatan tangan

Perawatan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci tangan. Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air untuk menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin.

Salah satu personal hygiene yang dapat mencegah terjadinya penularan hepatitis A yaitu cuci tangan (Sari,2008).

Berdasarkan penelitian Badri (2007), beberapa tindakan dalam melakukan personal hygiene yaitu :

a. Gosok gigi

Cara untuk menjaga kesehatan gigi diantaranya sikat gigi teratur dan benar (minimal 2 kali sehari, pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur) dengan diberi pasta gigi yang mengandung fluoride, hindari makanan yang manis dan lengket


(35)

19

serta makanan yang terlalu panas dan dingin, serta banyak makan buah-buahan yang berserat (Depkes).

Langkah-langkah untuk menggosok gigi diantaranya : Bahan : sikat gigi milik sendiri, pasta gigi.

Langkah – langkah menggosok gigi :

1. Menuangkan pasta gigi ke dalam sikat gigi secukupnya. 2. Berkumur dengan air yang belum dipakai atau air mengalir. 3. Menyikat gigi dari atas ke bawah luar dan dalam geraham atas

dan bawah.

4. Berkumur dengan air mengalir. b. Cuci tangan

Cara cuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir karena kuman mudah menempel di kedua telapak tangan, terutama di bawah kuku jari. Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun dan air mengalir pada saat sebelum dan sesudah makan, sebelum memegang makanan, sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata, sesudah melakukan kegiatan (berolahraga, memegang uang, memegang binatang, berkebun) dan memegang sarana umum (seperti pegangan bis, gagang pintu, dll),sesudah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Kemenkes RI). Selain itu, mencuci tangan yang baik juga membutuhkan beberapa peralatan yaitu sabun antiseptik, air bersih, dan handuk atau lap tangan


(36)

bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik (PHBS-UNPAD, 2010).

Langkah - langkah mencuci tangan diantaranya :

Bahan : Sabun, Air yang belum pernah dipakai atau mengalir, handuk atau kain bersih.

1. Menggunakan air mengalir.

2. Membasahi tangan dengan air yang mengalir. 3. Menyabuni tangan.

4. Menggosok tangan satu sama lain sampai berbusa.

5. Mengalirkan air pada tangan sampai semua sabun dibersihkan. 6. Mengeringkan tangan.

2.3 PERILAKU

2.3.1 Definisi Perilaku

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo, 1993:55 dalam Sunaryo, 2004). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N., 1993;58 dalam Sunaryo, 2004). Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati dan Desiminiarti, 1990:1 dalam Sunaryo, 2004). Berdasarkan beberapa


(37)

21

pengertian diatas perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

1. Faktor genetik atau faktor endogen

Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalma diri individu (endogen), antara lain:

a. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya.

b. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakain dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan.

c. Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisikinya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

a. Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap


(38)

perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.

b. Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses individu. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikanm formal maupun informal berfokus pada proses belajar-mengajar, dengan tujuan agar terjdai perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat.

c. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadaian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. d. Sosial ekonomi. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial

budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status sosial ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. e. Kebudayaan, diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau

peradaban manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.


(39)

23

2.3.3 Pengukuran perilaku

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tindakan, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian, observasi merupakan prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Jenis pengukuran observasi dibedakan menjadi dua yaitu terstrukutr dan tidak terstruktur (Nursalam, 2008).

A. Terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya (Sugiyono, 2012).

B. Tidak terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan penelitian tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2012)..


(40)

Pengukuran perilaku manusia dapat dikategorikan menjadi tiga (Azwar, 2012) yaitu :

a. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.0σ)

b. Cukup : jika skor jawaban (µ-1. 0σ)≤x<(µ+1.0σ) c. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1. 0σ)

Dengan ketentuan : µ = ½ (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan σ = 1/6 (Imaks-Imin)

Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pertanyaan Xmin = skor terendah pada 1 item pertanyaan Imaks = jumlah total skor tertinggi

Imin = jumlah total skor terendah

2.3.4 Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) dalam (Efendi, Ferry & Makhfudli, 2009) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, diantaranya :

a. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyadari (mengetahui) stimulus terlebih dahulu.

b. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus.

c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi.


(41)

25

d. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai mencoba perilaku baru.

e. Mengadaptasi (adoption), yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengn pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4 PESANTREN

Pesantren berasal dari santri, yang berarti terpelajar (learned) atau ulama (scholar). Pesantren adalah tempat belajar bagi para santri. Pesantren disebut juga pondok pesantren. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut pondok dan pesantren dengan pengertian yang sama yaitu asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji. Dengan kata lain, kedua sebutan tersebut mengandung arti lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat unsur-unsur ‘kyai’ (pemilik sekaligus guru), ‘santri’ (murid), ‘masjid’ atau ‘mushalla’ (tempat belajar), asrama (penginapan santri), dna kitab-kitab klasik Islam (bahan pelajaran) (Subhan, 2009).

Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama lebih dekat dengan nilai-nilai Islam sebagai sumber konsepsi dan motivasi (Rofiq dkk, 2005). Pesantren adalah institusi pendidikan Islam tradisional yang biasanya mengkhususkan diri pada pengajaran Islam. Pola pendidikan pesantren dengan ciri khasnya telah menjadi daya tarik bagi umat Islam, karena telah memberikan akhlak, kemandirian dan penanaman nilai-nilai keimanan yang dibutuhkan (Afadlal dkk, 2005).


(42)

Pada umumnya perilaku personal hygiene pondok-pesantren kurang mendapatkan perhatian dari santri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kebiasaan santri sebelum datang di pesantren seperti sosial budaya, hunian dan keyakinan, keadaan lingkungan yang kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan. Beberapa perilaku yang sering dilakukan santri dalam tindakan personal hygiene yaitu sering bergantian sabun, bergantian handuk antar teman.

Perilaku santri tersebut disebabkan oleh faktor sosial budaya pondok yang menjunjung tinggi kebersamaan (termasuk dalam hal mandi, berpakaian dan sebagainya), jumlah santri yang banyak, pengawasan dari ustadz yang kurang, fasilitas yang kurang mendukung dan faktor kebiasaan sebelum datang ke pondok pesantren (Badri, 2007).

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap santri yang mendalami pengetahuan agama Islam di pesantren. Tanpa pola hidup sehat menjadikan santri rentan tertular penyakit karena santri pada umumnya tinggal bersama dalam satu asrama yang selalu berinteraksi satu sama lain (Hidayat, 2014).


(43)

27

2.5 Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Firdous (2005) mengenai cuci tangan sebelum makan menurunkan risiko kejadian hepatitis akut klinis menggunakan desain penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan kasus kontrol. Penelitian ini menggunakan populasi pada penduduk perumahan Calincing, RW 08, Cogreg Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara praktek cuci tangan dengan kejadian sakit hepatitis akut klinis dengan nilai odd ratio sebesar 3,442. Ini berarti responden yang mempunyai kebiasaan

praktek cuci tangan yang buruk mempunyai peluang sebesar 3,442 kali untuk mengalami sakit hepatitis akut klinis dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan praktek cuci tangan yang baik sebelum makan.

2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2012) tentang hubungan tingkat pengetahuan siswa terhadap Hepatitis A dengan resiko terkena penyakit hepatitis A di SMAN 4 Depok menggunakan metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 57,9% siswa yang berpengetahuan rendah mengenai Hepatitis A memiliki risiko terkena Hepatitis A tinggi dan 50% siswa yang berpengetahuan tinggi mengenai Hepatitis A memiliki risiko terkena Hepatitis A rendah. Hasil uji Chi Square menyatakan tidak ada hubungan bermakna anatara proporsi tingkat pengetahuan dengan risiko terkena Hepatitis A (p=0,723, α=0,126).


(44)

3. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Alvira (2014) tentang faktor risiko Hepatitis A di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dengan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi case control untuk mengidentifikasi faktor resiko kejadian Hepatits A. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa faktor resiko kejadian Hepatits A yaitu : Personal hygiene, hygiene penjamah makanan, riwayat kontak dengan penderita hepatitis, dan sanitasi mandi, cuci, kakus. Sedangkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan bukan faktor risiko kejadian Hepatitis A.


(45)

29

2.6 Kerangka Teori

S

Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi model agen, host, dan lingkungan (Makhfudli, 2009); (Cahyono dkk, 2010); (Badri, 2008); (Hidayat, 2008) ; (Hidayat, 2014); (Kemenkes, 2012); (Sari,

2008); (Smeltzer, 2001); (Subhan, 2009). Host

(Perilaku personal hygiene )

Perawatan diri yang dilakukan memepertahankan

kesehatan secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2008). Personal hygiene yang dapat mencegah Hepatitis A : cuci tangan dan sikat gigi dengan alat sendiri (Sari, 2008).

Agent

(Virus Hepatitis A)

Virus penyebab Hepatitis A yang ditemukan pada tinja penderita (Smeltzer, 2001).

Cara penularan :

Secara fekal-oral melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi visus Hepatitis A (Sari, 2008).

Faktor resiko Hepatitis A

- Kebiasaan membeli makann di sembarang tempat

- Personal hygiene rendah (Kemenkes, 2012)

- Tempat penitipan anak dan asrama (Pesantren) (Cahyono dkk, 2010)

Environtment (Pesantren) Institusi pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan Islam yang didalamnya terdapat santri (Subhan, 2009).


(46)

3.2Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).

Tabel 3.1 Definisi Operaasional No. Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Jenis kelamin Karakteristik seksual yang dimiliki oleh responden

Mengisi kuesioner

Kuesioner

1 = Laki-laki 2 = Perempuan

Nominal

2. Usia Lama hidup responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir

Mengisi kuesioner

Kuesioner 1= 10-14 Tahun 2= 15-20 Tahun

(Sarlito (1994) dalam Aisyah (2015))

Interval


(47)

32

ditempuh di pondok pesantren oleh responden pada saat dilakukan penelitian

kuesioner 2 =2 MTS

3 = 3MTS 4 = 1 MA 5 = 2 MA 4. Perilaku

personal hygiene

Tindakan siswa dalam menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan dan sikat gigi.

Mengisi kuesioner

Kuesioner personal hygiene.

Kuesioner ini terdiri dari 12 pertanyaan.

Pemberian skor

menggunakan skala likert untuk pernyataan positif: Selalu = 4

Sering = 3

Kadang-kadang = 2 Tidak Pernah = 1 Pernyataan negatif : Selalu = 1

1. Baik = jika skor jawaban ≥ 36 { x ≥ (μ+1.0σ)} 2. Cukup = jika

skor jawaban 24 ≤ x < 36

{(μ-1.0σ) ≤ x < (μ+1.0σ)} 3. Kurang = jika

skor jawaban x < 24

{ x < (μ-1.0σ)}


(48)

Sering = 2

Kadang-kadang = 3 Tidak Pernah = 4

(Azwar, 2012)

5 Kejadian Hepatitis A

Seseorang yang terinfeksi virus Hepatitis A dalam 4 bulan terakhir.

Mengisi kuesioner

Kuesioner kejadian Hepatitis A.

Kuesioner ini terdiridari dua pertanyaan.

Pemberian skor menggunakan skala Guttman :

Jawaban pernah 1=1 Jawaban tidak pernah =0

1 = pernah 0 = tidak pernah


(49)

34

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan retrospektif pada kejadian Hepatitis A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A pada siswa di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang.

4.2Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Kampus 1 Jl. Raya Mauk Km.7 Cadas Sepatan, Tangerang-Banten.

4.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015

4.3Populasi Dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah santri putra dan putri yang tinggal di Pesantren Daarul Muttaqien yaitu


(50)

santri MTs yang berjumlah 818 santri dan MA berjumlah 526 santri. Santri pada pesantren Daarul Muttaqien terdiri dari 6 tingkatan pendidikan.

Tabel 4.1

Daftar jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas dari tingkat I sampai tingkat VI Tahun 2014-2015.

No. Tingkatan Pendidikan Jumlah Santri 1. Tingkat I/ Kelas I MTs 330 Orang 2. Tingkat II/ Kelas II MTs 280 Orang 3. Tingkat III/ Kelas III MTs 208 Orang 4. Tingkat IV/ Kelas I MA 271Orang 5. Tingkat V/ Kelas II MA 255 Orang

Jumlah 1344 Orang

Sumber: Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas, Tangerang

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan ditetili atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel dengan data proporsi (Lemeshow, 1997) :

Keterangan :

n = jumlah sampel minimum


(51)

36

α sebesar 5%)

= Proporsi suatu kasus tertentu terhadap suatu populasi. : 54% = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10%

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 96 orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya data yang tidak lengkap maka sampel yang didapatkan ditambahkan 10%. Jumlah sampel yang didapat sebanyak 96 ditambah 10% atau 96 ditambah 9, maka total sampel yang digunakan adalah 105 santri. Sedangkan cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan melakukan undian menggunakan Microsoft excel. Pada penelitian ini peneliti membagikan kuesioner kepada 105 responden, namun terdapat 2 kuesioner yang tidak diisi secara lengkap oleh responden sehingga peneliti hanya menggunakan 103 kuesioner untuk pengolahan data.

Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2008). Kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1. Santri putra dan putri yang tinggal di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang


(52)

2. Bersedia menjadi responden

3. Santri pada tingkat pendidikan I sampai dengan V di pondok pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang. b. Kriteria eksklusi

1. Santri yang sedang pulang atau berada di luar Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

2. Santri yang sedang sakit

3. Santri pada tingkat pendidikan VI di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien

4.4Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada teori yang dibuat oleh peneliti. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Kuesioner A : lembar karakteristik responden yang meliputi inisial nama,umur, kelas dan jenis kelamin.

2. Kuesioner B : digunakan untuk mengukur kejadian Hepatitis A yang terdiri dari 2 pertanyaan. Kuesioner ini menggunakan skala guttman dinilai dengan skor pernah adalah 1 dan tidak pernah adalah 0.

3. Kuesioner C: digunakan untuk mengukur perilaku personal hygiene siswa yang terdiri dari 12 pernyataan, dimana terdapat 11 pernyataan positif (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) dan 1 (1) pertanyaan negative. Pernyataan positif diukur dengan skor (4) selalu, sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1). Sedangkan pernyataan negatif diukur


(53)

38

dengan skor tidak pernah (4), kadang-kadang (3), sering (2), selalu (1). Pengukuran perilaku personal hygiene dikatagorikan menjadi (Azwar,2012) :

a. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.0σ) x ≥ (30+1.6) x ≥ 36

b. Cukup : jika skor jawaban (µ-1. 0σ)≤x<(µ+1.0σ) (30-6) )≤x<(30+6) 24 ≤x< 36

c. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1. 0σ) x < (30-6) x < 24 Dengan ketentuan :

µ = ½ (Xmaks+Xmin) x total item pertanyaan = ½ (4+1) x 12 = 30

σ = 1/6 (Imaks-Imin) = 1/6 (48-12) = 6

Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pertanyaan (4) Xmin = skor terendah pada 1 item pertanyaan (1) Imaks = jumlah total skor tertinggi (48)


(54)

4.5Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data (Hidayat, 2011).

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas instrument penelitian ini berupa kuesioner perilaku personal hygiene teridir dari 12 pernyataan yang dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang pada bulan Mei 2015 sebanyak 30 siswa. Lokasi uji validitas sama dengan lokasi penelitian sehingga responden yang telah diteliti dalam uji coba instrumen tidak termasuk responden penelitian.

Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrument menggunakan pendekatan korelasi pearson product moment dengan menggunakan software komputer, SPSS 20. Hasil uji validitas pada kuesioner perilaku personal hygiene ini seluruh pernyataan dinyatakan valid. Ketentuan kevalidan instrument dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid sedangkan apabila r hitung < r tabel (0,361) pada N 30 atau nilai taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2010).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012).


(55)

40

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan software komputer, SPSS 20. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >0,60 (Hidayat, 2007). Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Hasil Alpha

Cronbach

Keputusan Perilaku Personal

Hygiene

α = 0,873 Reliabel

4.6Tahapan Pengambilan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti meminta izin melakukan penelitian sesui judul skripsi kepada Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Peneliti mendatangi Pondok Pesantren Daarul Muttaqien untuk

meminta izin dan meminta data dalam menentukan calon responden penelitian.

c. Setelah ijin penelitian disetujui oleh pihak sekolah,peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas.

d. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel peneliti menyeleksi calon responden sesuai kriteria dan membagi


(56)

responden menggunakan random sampling dengan Microsoft excel.

e. Responden yang terpilih dikelompokkan tiap kelas untuk mengisi kuesioner.

f. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan serta informed consent.

g. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan kuesioner pada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner serta tiap itempernyataan pada kuesioner . h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan pernyataan pada kuesioner.

i. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. j. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan

kepada peneliti untuk pengolahan data.

k. Setelah pengisian kuesioner selesai, responden dikumpulkan di aula untuk diberikan pendidikan kesehatan mengenai Hepatitis A dan personal hygiene.

2. Metode Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistic, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh (Hidayat,2008) diantaranya :


(57)

42

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemderian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Pengkodean untuk karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia dan kelas. Koding untuk responden berjenis kelamin laki-laki diberi kode 1 sedangkan untuk perempuan diberi kode 2. Koding untuk responden dengan usia 10-14 tahun diberi kode 1 dan usia 15-20 tahun diberi kode 2. Koding untuk responden pada kelas 1 MTS diberi kode 1, kelas 2 MTS diberi kode 2, pada kelas 3 MTS diberi kode 3, kelas 1 MA diberi kode 1, dan kelas 2 MA diberi kode 2. Variabel kejadian Hepatitis A diberi kode 1 pada jawaban pernah kode 2 pada jawaban tidak pernah. Sedangkan untuk variabel perilaku personal hygiene diberi kode 1 untuk jawaban tidak pernah, 2 jawaban kadang-kadang, 3 jawaban sering, dan 4 jaban selalu untuk pernyataan positif. Pada pernyataan negatif diberi kode 1 untuk jawaban selalu, 2 jawaban sering, 3 jawaban kadang-kadang, dan 4 untuk jawaban tidak pernah.


(58)

3. Entry data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontingensi.

4.7Analisis Data

Tujuan dilakukan analisis data adalah memeperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

Analisis penelitian ini menggunakan analisis univariate yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariate pada penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Analisis ini dilakukan dengan cara menggambarkan setiap variable yang digunakan penelitian, Analisis univariate pada penelitian ini dilakukan pada variable penelitian meliputi : karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur,kelas, perilaku personal hygiene siswa Pondok Pesantren Daarul Muttaqien, dan kejadian Hepatitis A pada siswa Pondok Pesantren Daarul Muttaqien.


(59)

44

4.8Etika Penelitian

Etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang penting dalam penelitian, karena penelitian keperawatan berhubungan langdung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus diperhatikan. Beberapa masalah etik yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008) :

a. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

b. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity bertujuan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan

responden penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.


(60)

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporlkan pada hail riset.


(61)

46

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang, yang terdiri dari gambaran tempat penelitian, gambaran karakteristik responden (jenis kelamin, usia dan kelas), gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian Hepatitis A serta tabulasi silang antara personal hygiene dan Hepatitis A.

5.1Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Kampus 1 Cadas Tangerang. Sekolah ini beralamat di Jalan Raya Mauk Km.7 Cadas Sepatan, Tangerang-Banten yang dipimpin oleh KH.Drs.Ahmad Sonhaji Cholili. Jenjang pendidikan di Pesantren Daarul Muttaqien adalah MTS (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Jumlah siswa untuk tingkat MTS (Madrasah Tsanawiyah) tahun 2014/2015 adalah 818 siswa. Dengan rincian kelas 1 MTS berjumlah 330 siswa, kelas 2 MTS berjumlah 280 siswa, dan kelas 3 MTS berjumlah 208 siswa. Sedangkan jumlah siswa untuk tingkat MA (Madrasah Aliyah) tahun 2014/2015 adalah 749 siswa. Dengan rincian kelas 1 MA berjumlah 271 siswa, kelas 2 MA berjumlah 255 siswa, dan kelas 3 MA berjumlah 223 siswa.

Fasilitas atau sarana penyediaan air yang digunakan untuk mencuci tangan yaitu keran air yang letaknya berada dekat masjid pada asrama Putra. Pada asrama putri keran air yang digunakan untuk mencuci tangan dan


(62)

berwudhu terletak dekat dapur umum. Asrama dan ruang kelas Pondok Pesantren Daarul Muttaqien ini terdiri dari tiga lantai . Di setiap lantai terdapat fasilitas kamar mandi untuk siswa. Namun tidak terdapat wastafel atau keran air untuk mencuci tangan yang letaknya strategis atau berdekatan dengan ruang kelas dan kamar siswa.

5.2Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dianalisis adalah sebagai berikut :

5.2.1 Jenis Kelamin

Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis kelamin di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 54 52,4

Perempuan 49 47,6

Total 103 100

Pada tabel 5.1 menunjukan responden dengan jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 54 responden (52,4%). Sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 49 responden (47,6%).

5.2.2 Usia

Pengelompokan responden berdasarkan kategori usia digambarkan pada tabel berikut :


(63)

48

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang

Usia Frekuensi Presentase (%)

10-14 49 47,6

15-20 54 52,4

Total 103 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia pada rentang 15-20 tahun lebih banyak yaitu 54 (52,4%) dibandingkan dengan responden yang memiliki rentang usia 10-14 tahun yaitu 49 responden (47,6%).

5.2.3 Kelas

Pengelompokan responden berdasarkan kategori kelas digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkatan Kelas di Pondok Pesantren Daarul Mutaqien Cadas Tangerang

Kelas Frekuensi Presentase (%)

1 MTS 2 MTS 3 MTS 1 MA 2 MA 29 20 16 19 19 28,2 19,4 15,5 18,4 18,4

Total 103 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden pada kelas 1 MTS memiliki hasil terbesar yaitu 29 responden (28,2%), diikuti kelas 2 MTS berjumlah 20 responden (19,4%), kelas 1 MA dan 2 MA masing- masing berjumlah 19 responden (18,4%), dan kelas 3 MTS berjumlah 16 responden (15,5%).


(64)

5.3Perilaku Personal Hygiene

Perilaku responden yang diamati oleh peneliti digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene di Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

Skor Frekuensi Presentase (%)

Baik Cukup Kurang 4 49 50 3,9 47,6 48,5

Total 103 100

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku personal hygiene kurang sebanyak 50 responden (48,5%), sedangkan responden yang memiliki perilaku personal hygiene cukup sebanyak 49 responden (47,6%) dan baik sebanyak 4 responden (3,9%).

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi pada beberapa item pernyataan perilaku

personal hygiene

No Item Pernyataan

Skor

Selalu Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

N % n % n % n %

2 Saya mencuci tangan

menggunakan air mengalir dan sabun

10 9,7 19 18,4 65 63,1 9 8,7

4 Saya mencuci tangan pakai sabun sebelum makan

9 8,7 11 10,7 60 58,3 23 22,3

7 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil

13 12,6 11 10,7 52 50,5 27 26,2

8 Saya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar

40 38,8 30 29,1 26 25,2 7 6,8

12 Saya menyikat gigi

menggunakan sikat gigi milik sendiri

67 65,0 17 16,5 19 18,4 0 0

Pada tabel 5.5 pada item pernyataan nomor 2,4,dan 7 sebagian besar responden memilih jawaban kadang kadang. Item pernyataan nomor 2 sejumlah 63,1 %, item pernyataan nomor 4 sejumlah 58,3% dan item


(65)

50

nomor 7 sejumlah 50,5%. Pada item pernyataan nomor 8 dan 12 sebagian besar responden memilih jawaban selalu. Pada item nomor 8 sejumlah 38,8% dan item nomor 12 sejumlah 65,0%.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Personal Hygiene berdasarkan Jenis Kelamin

Perilaku Personal

Hygiene

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n %

Baik 3 5,5 1 2,04 4

Cukup 21 11,3 28 57,14 49

Kurang 30 55,5 20 40,8 50

Total 54 49 103

Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas memiliki personal hygiene yang kurang sebanyak 55,5%. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan mayoritas memiliki perilaku personal hygiene cukup 57,14 %.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Personal Hygiene berdasarkan Usia

Perilaku Personal

Hygiene

Usia Total

10-14 15-20

n % n %

Baik 3 6,12 1 1,85 4

Cukup 24 48,9 25 46,29 49

Kurang 22 44,8 28 51,8 50

Total 49 54 103

Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang berusia 10-14 tahun mayoritas memiliki perilaku personal hygiene cukup 48,9%, sedangkan responden yang berusia 15-20 tahun mayoritas memiliki perilaku personal hygiene kurang sebanyak 51,8%.


(66)

5.4Kejadian Hepatitis A

Kejadian Hepatitis A yang diamati oleh peneliti digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A selama satu tahun terakhir di Pondok Pesantren Daarul Muttaqien Cadas Tangerang

Tahun2015

Kejadian Hepatitis A

Frekuensi Presentase (%) Tidak Pernah Pernah 89 14 86,4 13,6

Total 103 100

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang tidak pernah terkena Hepatitis A selama satu tahun terakhir sebanyak 89 orang (86,4%) sedangkan responden yang pernah terkena Hepatitis A selama satu tahun terakhir sebanyak 14 orang (13,6%).

5.5Tabulasi Silang Antara Personal Hygiene dan Hepatitis A

Hasil tabulasi silang antara personal hygiene dan Hepatitis A digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Kejadian Hepatitis A berdasarkan Perilaku Personal Hygiene

Perilaku Personal Hygiene

Kejadian Hepatitis A Total Pernah Tidak Pernah

Baik 0 4 4

Cukup 5 44 49

Kurang 9 41 50

Total 14 89 103

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang pernah mengalami kejadian Hepatitis A memiliki perilaku personal hygiene yang cukup sejumlah 5 responden dan kurang sejumlah 9 responden. Sebagian besar


(67)

52

yang tidak pernah mengalami Hepatitis A memiliki perilaku personal hygiene yang kurang sejumlah 41 responden, perilaku personal hygiene

cukup sejumlah 44 responden, dan perilaku personal hygiene yang baik hanya 4 responden.


(68)

BAB VI PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian pada bab lima disertai dengan penelitian dan teori terkait, yang terdiri dari gambaran karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, dan kelas, gambaran perilaku personal hygiene dan kejadian hepatitis A pada Siswa di Pesantren Daarul

Muttaqien Cadas Tangerang.

A. GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 52,4%. Pada hasil tabulasi silang antara perilaku personal hygiene dan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih memiliki personal hygiene yang kurang (55,5%) dibandingkan dengan perempuan (40,8%).

Berdasarkan teori Notoatmodjo (2007) menyatakan jenis kelamin merupakan faktor genetik yang mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2011) yang juga menyatakan bahwa santri laki-laki kurang memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat dibandingkan santri perempuan.

2. Usia

Sebagian besar responden berada pada rentang usia 15-20 tahun yaitu sebanyak 52,4%, sedangkan responden pada rentang usia 10-14 tahun sebesar 47,6%. Hal ini terjadi karena teknik pengambilan sampel


(1)

Hasil Uji Validitas

Pernyataan

Nilai r

(pearson correlation)

Nilai α

(sig. 2 tailed)

p1

p2

p3

p4

p5

p6

p7

p8

p9

p10

p11

p12

0,490

0,476

0,664

0,702

0,733

0,738

0,718

0,767

0,635

0,607

0,679

0,579

0,006

0,008

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,001


(2)

Rekapitulasi Jawaban Uji Kuesioner

No.

Responden P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

P12

Skor

total

1

1

2

2

2

3

2

3

3

3

2

2

4

29

2

2

4

1

3

4

2

4

4

4

2

3

4

37

3

3

2

2

1

2

1

2

2

1

1

1

4

22

4

2

2

2

2

4

2

3

4

3

2

1

4

31

5

3

2

2

2

3

1

3

3

2

1

2

4

28

6

3

2

2

2

4

2

3

4

3

1

1

4

31

7

2

2

1

1

1

1

2

1

1

1

1

3

17

8

3

3

2

2

4

1

3

4

2

1

1

4

30

9

3

3

4

2

2

4

4

4

4

4

3

4

41

10

3

2

3

4

4

4

2

4

2

2

2

4

36

11

1

2

1

1

1

1

2

2

1

1

1

2

16

12

2

2

2

1

2

2

1

2

3

2

2

4

25

13

1

2

1

1

1

1

2

3

1

1

1

4

19

14

3

2

2

1

2

1

1

3

2

1

1

4

23

15

3

3

2

2

2

2

2

2

2

2

2

4

28

16

1

3

1

1

2

1

1

1

1

1

1

2

16

17

1

2

1

2

2

1

2

2

1

1

1

2

18

18

1

2

2

4

2

2

2

4

4

1

1

4

29

19

1

2

1

1

1

1

2

3

1

1

1

2

17

20

1

3

2

2

2

2

3

4

3

2

2

2

28

21

4

4

2

3

4

2

4

4

1

1

1

4

34

22

3

2

2

2

3

1

4

4

3

1

1

4

30

23

3

1

2

1

4

4

4

4

2

1

2

4

32


(3)

25

2

2

1

1

2

1

2

4

4

1

1

4

25

26

1

3

2

2

3

1

4

4

2

1

1

4

28

27

2

1

1

1

2

1

1

1

1

1

1

4

17

28

3

2

1

1

2

1

2

4

4

1

1

4

26

29

3

4

2

4

4

3

4

4

3

2

3

4

40


(4)

Lampiran 6

Hasil Analisis Data

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki-laki 54 52.4 52.4 52.4

perempuan 49 47.6 47.6 100.0

Total 103 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

12 11 10.7 10.7 10.7

13 14 13.6 13.6 24.3

14 24 23.3 23.3 47.6

15 34 33.0 33.0 80.6

16 11 10.7 10.7 91.3

17 7 6.8 6.8 98.1

18 2 1.9 1.9 100.0

Total 103 100.0 100.0

INTERVALUSIA2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

10-14 49 47.6 47.6 47.6

15-20 54 52.4 52.4 100.0


(5)

Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 MTS 29 28.2 28.2 28.2

2 MTS 20 19.4 19.4 47.6

3 MTS 16 15.5 15.5 63.1

1 MA 19 18.4 18.4 81.6

2 MA 19 18.4 18.4 100.0

Total 103 100.0 100.0

Kejadian Hepatitis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

pernah 14 13.6 13.6 13.6

tidak pernah 89 86.4 86.4 100.0

Total 103 100.0 100.0

HASILPPH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

BAIK 4 3.9 3.9 3.9

CUKUP 49 47.6 47.6 51.5

KURANG 50 48.5 48.5 100.0


(6)

HASILPPH * Kejadian Hepatitis Crosstabulation Count

Kejadian Hepatitis Total

pernah tidak pernah

HASILPPH

BAIK 0 4 4

CUKUP 5 44 49

KURANG 9 41 50

Total 14 89 103

HASILPPH * Usia Crosstabulation Count

Usia Total

10-14 15-20

HASILPPH

BAIK 3 1 4

CUKUP 24 25 49

KURANG 22 28 50

Total 49 54 103

HASILPPH * Jenis Kelamin Crosstabulation Count

Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

HASILPPH

BAIK 3 1 4

CUKUP 21 28 49

KURANG 30 20 50


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

10 52 76

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 1 14

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 2 15

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 14

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 15

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

1 2 3

SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SANTRIWATI DI PESANTREN PUTRI AL-MAWADDAH PONOROGO

0 1 21

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN- NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI

0 0 14