Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi itu diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, dan kompetitif BSNP, 2006. BSNP 2006 menjelaskan tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. NCTM 2000 juga menjelaskan tentang tujuan pembelajaran matematika, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan: 1 komunikasi matematis, 2 penalaran matematis, 3 pemecahan masalah matematis, 4 koneksi matematis, dan 5 representasi matematis. Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa untuk memahami suatu konsep matematika dan menyelesaikan Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu masalah matematika dibutuhkan suatu kemampuan yang dapat mengungkapkan gagasan-gagasan atau ide-ide matematika dalam mencari solusi yang berkaitan dengan masalah matematika yang dihadapi. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan representasi matematik. Pentingnya kemampuan representasi matematik tercermin dalam NCTM. NCTM 2000 menjelaskan bahwa representasi diperlukan untuk pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika dan hubungan antar konsep matematika. Representasi memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan pendekatan matematika, argumen, dan pemahaman kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Representasi juga memungkinkan siswa untuk mengenali koneksi antara konsep-konsep terkait dan menerapkan matematika untuk masalah realistis melalui permodelan. NCTM juga menjelaskan tentang standar kemampuan representasi untuk program pembelajaran siswa pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12. Standar kemampuan representasi matematik tersebut yaitu memungkinkan siswa untuk: 1 menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisasikan, mencatat dan mengkomunikasikan ide-ide matematik; 2 memilih, mengaplikasikan dan menterjemahkan representasi matematik untuk memecahkan masalah, dan 3 menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial dan matematik. Selain kemampuan representasi matematik, kemampuan siswa dalam pemecahan masalah juga memberikan andil besar terhadap tercapainya tujuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Delvin dalam Supriatna, 2011 yang menyatakan bahwa pemecahan masalah matematik merupakan unsur yang penting dalam setiap jenjang pendidikan, baik jenjang persekolahan maupun perguruan tinggi. Wahyudin 2008 mengatakan bahwa pemecahan masalah bukan sekedar suatu sasaran belajar matematika tetapi sekaligus alat utama dalam belajar itu. Dengan mempelajari pemecahan masalah didalam matematika, para siswa harus mendapatkan cara-cara berpikir, kebiasaan tekun dan rasa ingin tahu, serta kepercayaan diri didalam situasi-situasi tidak akrab yang akan mereka hadapi diluar kelas. Dikehidupan sehari-hari dan dunia kerja, menjadi seorang pemecah masalah yang baik bisa membawa manfaat-manfaat yang besar. Pemecahan Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu masalah juga fokus utama dari matematika sekolah dan bertujuan untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir matematik siswa NCTM, 2000. Standar pemecahan masalah yang ditetapkan oleh NCTM adalah untuk program pembelajaran siswa pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12. Standar pemecahan masalah tersebut yaitu harus memungkinkan siswa untuk: 1 membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan masalah; 2 memecahkan masalah yang muncul didalam konteks matematika dan konteks lainnya; 3 menerapkan dan menyesuaikan bermacam-macam strategi yang tepat untuk memecahkan masalah, dan 4 memonitor dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematik. Kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematik merupakan hal yang sangat penting bagi siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Namun, dari hasil uji coba soal kemampuan representasi matematik yang peneliti lakukan pada salah satu SMA negeri di Provinsi Riau menunjukkan hanya 12,75 siswa yang bisa menjawab, selebihnya tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Dalam studi pendahuluan Hanifah 2015 yang melibatkan 36 siswa kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Karawang melaporkan bahwa pada aspek representasi verbal secara umum siswa mampu mengerjakan soal-soal representasi matematis, akan tetapi dalam hal menuliskan interpretasi dari suatu representasi dengan kata-kata atau teks tertulis siswa mengalami kesulitan. Pada aspek representasi simbolik secara umum siswa mampu mengerjakan soal-soal representasi matematis, akan tetapi dalam membuat persamaan atau model matematik siswa mengalami kesuitan. Hasil uji coba soal kemampuan pemecahan masalah matematik yang peneliti lakukan pada salah satu SMA negeri diprovinsi Riau menunjukkan hanya 11,76 siswa yang bisa menjawab dan selebihnya tidak mampu menyelesaikan soal tersebut. Hasil studi pendahuluan Hanifah 2015 juga mengungkapkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih belum maksimal dan siswa masih kesulitan dalam membuat model matematika dan menerapkan strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Hasil penelitian Yuliawaty dalam Fonna, 2011 menunjukkan bahwa belum optimalnya kemampuan Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pemecahan masalah matematik beberapa siswa karena ketidakmampuan memahami konsep yang telah diajarkan, sehingga terakumulasi menjadi ketidakmampuan dalam mengerjakan soal-soal matematika, khususnya soal pemecahan masalah matematik. Selanjutnya, penelitian Yonandi 2011 juga mengungkapkan kemampuan pemecahan masalah matematik beberapa siswa masih kurang. Kelemahan kemampuan pemecahan masalah matematik tersebut adalah pada aspek merencanakan penyelesaian dan memeriksa kembali. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep. Selain itu representasi juga berperan dalam proses penyelesaian masalah matematis. Sebagaimana dinyatakan Brenner bahwa proses pemecahan masalah yang sukses bergantung kepada keterampilan merepresentasi masalah seperti mengkonstruksi dan menggunakan representasi matematik di dalam kata-kata, grafik, tabel, persamaan-persamaan, penyelesaian dan manipulasi simbol Neria Amit, 2004. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematik sangat berhubungan erat dengan pemecahan masalah matematik. Peran serta siswa dan guru sangat diperlukan dalam mengembangkan kemampuan tersebut. Pembelajaran matematika sangat berhubungan erat dengan siswa dan guru. Pada Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, siswa dituntut untuk aktif mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Peran guru sangat penting untuk mencapai itu semua. Guru sebagai fasilitator dan kunci berjalannya pembelajaran dikelas. Peran guru sangat dibutuhkan untuk menjamin proses pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pada saat ini, kurikulum 2013 digunakan pada sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum ini selama 3 semester. Dalam implementasinya, kurikulum Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2013 menggunakan pendekatan saintifik Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Pendekatan ini berpusat kepada siswa student centered approach. Didalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menjadi kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan disekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas. Pola pembelajaran pada kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik, aktif, interaktif dan berkelompok Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013. Peserta didik aktif mencari dan menemukan solusi dari suatu masalah dalam kelompok mereka masing-masing dengan saling berkomunikasi satu sama lain. Peserta didik diberikan kebebasan mencari informasi dari berbagai sumber dan merepresentasikan apa yang mereka temukan serta saling bertukar pikiran dalam kelompok mereka masing-masing. Untuk mengembangkan kemampuan matematik siswa, lingkungan belajar harus diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat Henningsen Stein, 1997. Peran guru sangat berharga dalam merancang sebuah proses pembelajaran yang bisa membimbing siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya agar representasi yang dihasilkan sejalan dengan apa yang diharapkan oleh guru dan mampu memecahkan masalah yang diberikan dengan baik serta mampu mengkondisikan siswa agar aktif dalam belajar matematika. Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematik siswa adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat diperbaiki dengan menggunakan model- model pembelajaran yang direkomendasikan para ahli dan peneliti. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah dan penemuan terbimbing. Kedua model pembelajaran ini juga menunjang kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk menerapkan pemahaman suatu konsep, dengan terlebih dahulu diberikan masalah di awal pembelajaran untuk didiskusikan dan diselesaikan secara bersama-sama. Adapun masalah yang diberikan disesuaikan dengan jangkauan pemikiran dan kebutuhan Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu belajar siswa. Duch dalam Widjajanti, 2011 menyatakan bahwa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah PBM, masalah yang nyata dan kompleks diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang mereka perlu ketahui untuk berkembang melalui masalah tersebut. Yazdani dalam Nur, 2011 mengungkapkan keuntungan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah. Keuntungan pembelajaran berbasis masalah adalah: 1 siswa terlibat dalam pembelajaran bermakna; 2 meningkatkan pengarahan diri; 3 pemahaman lebih tinggi dan keterampilan yang lebih baik; 4 meningkatkan keterampilan interpersonal dan kerjasama kelompok, serta 5 merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar. Sementara, kelemahan dari pembelajaran berbasis masalah adalah pada jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi dan perumusan masalah-masalah yang sesuai. Pembelajaran penemuan terbimbing juga memberikan kesempatan yang besar pada diri siswa untuk membangun pengetahuannya dalam menemukan solusi dari suatu masalah. Siswa menyusun konjektur sendiri atas apa yang ia temukan. Proses pembelajaran memungkinkan siswa menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman-pengalaman yang konkret. Bahkan yang dipelajari tidak disajikan dalam bentuk final, siswa diwajibkan melaksanakan beberapa aktivitas mental sebelum itu diterima kedalam struktur kognitifnya. Markaban 2008 menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran penemuan terbimbing. Kelebihan dari pembelajaran penemuan terbimbing adalah: 1 siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan; 2 menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry; 3 mendukung kemampuan problem solving siswa; 4 memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru; serta 5 materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya. Kekurangan dari pembelajaran penemuan terbimbing adalah: 1 untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama; 2 tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah; serta 3 tidak semua topik cocok Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan pembelajaran penemuan terbimbing. Kedua pembelajaran ini secara prinsipnya sama, hanya sedikit berbeda dalam pelaksanaan atau langkah-langkah pembelajarannya. Karena kesamaan prinsip dan sedikit perbedaan tersebut, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematik dan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Selain model pembelajaran, hal lain yang juga berkontribusi terhadap kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematik adalah Kemampuan Awal Matematik KAM. KAM siswa akan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa menguasai materi atau konsep- konsep matematika. Hal ini dikarenakan matematika adalah ilmu yang terstruktur dan sistematis dalam arti bagian-bagian matematika tersusun secara hirarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat Sumarmo, 2013. KAM siswa dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian ini digunakan untuk melihat pengaruh model pembelajaran yang diterapkan secara lebih terperinci untuk setiap kategori KAM. Berdasarkan uraian tentang pentingnya kemampuan representasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, rendahnya kemampuan tersebut, perlunya pembelajaran agar siswa terlibat aktif dalam kurikulum 2013, kesamaan prinsip dan sedikit perbedaan langkah-langkah PBM dan penemuan terbimbing membuat penulis termotivasi untuk meneliti pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran penemuan terbimbing. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing.” Riwa Giyantra, 2015 Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH.

0 5 42

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW.

0 3 19

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA DENGAN TANPA GEOGEBRA DI SMPN 22 MEDAN.

2 6 51

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN METAKOGNISI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI.

4 15 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI.

0 1 54

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 5 59

Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematis dan Mathematics Self-Efficacy antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Penemuan Terbimbing.

0 3 44

MENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA MTS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL.

0 0 61

Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Siswa Yang Mendapat Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri Se- Kot

0 0 15

Pengaruh Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

0 0 7