Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan aspek yang tidak bisa terlepas dari semua sendi kehidupan manusia, baik pendidikan dalam arti makro maupun pendidikan dalam arti mikro, karena setiap individu manusia mengalami proses pendidikan. Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa pendidikan memegang peranan kunci dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan. Secara lebih arif dapat dikatakan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang bermutu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan juga kemampuan pribadi, daya pikir dan tingkah laku yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ”. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan kualitas manusia yang mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal yang saling berkaitan selain komponen-komponen yang memang terdapat dalam sistem 2 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pendidikan itu sendiri. Salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah peran kepala sekolah. Perbaikan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan yang mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan kepala sekolah juga merupakan motor penggerak bagi semua sumber daya sekolah secara lebih spesifik kepala sekolah dituntut untuk mampu menggerakan guru secara efektif, membina hubungan baik antar warga sekolah agar terciptanya suasana kondusif, menggairahkan, produktif, kompak serta mampu melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian terhadap berbagai kebijakan dan perubahan yang dilakukan secara efektif dan efisien yang semua diarahkan untuk menghasilkan produk atau lulusan yang berkualitas. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kinerja guru juga sangat ditentukan oleh kepala sekolah mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengawasi atau mengendalikan serta menyelarasakan semua sumber daya pendidikan. Guru mempunyai peranan dalam mentransformasikan input pendidikan sehingga menghasilkan output yang baik tentunya dengan proses yang baik seperti kegiatan belajar yang sesuai dengan kurikulum, dan adanya kompetensi dari guru, sehingga diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam proses belajar mengajar. Hal ini berarti, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi kompetensi guru. 3 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Disamping kepimpinan kepala sekolah faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah iklim sekolah. Adapun menurut Hadiyanto 2004: 153 mengemukakan bahwa iklim sekolah adalah produk akhir dari interaksi antar kelompok peserta didik di sekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha administrator yang bekerja untuk mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi sekolah dengan dimensi individu. Di duga munculnya iklim sekolah yang baik dari warga sekolah akan melahirkan kinerja yang baik pula. Oleh karenanya, itu akan menjadi salah satu faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik, bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi yang didalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah, karena itu kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mewujudkan suatu tujuan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, dengan bahasa kita dapat mengungkapkan ide, perasaan, pesan kepada orang lain. Dalam hal ini, Tarigan 2008:1 mengatakan keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah bisanya mencakup empat segi yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, pembelajaran Bahasa Inggris di SMPMTs 4 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan kata kunci penentu keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Mengingat fungsi bahasa yang bukan hanya sebagai suatu bidang kajian, sebuah kurikulum bahasa untuk sekolah menengah sewajarnya mempersiapkan siswa untuk mencapai kompetensi yang membuat siswa mampu merefleksi pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna. Pengertian Bahasa Inggris itu sendiri adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk meningkatkan interaksi global dimana dalam interaksi itu memerlukan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami danatau menghasilkan teks lisan danatau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, metode mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. 5 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standard Isi mata pelajaran Bahasa Inggris di SMPMTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional 2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global 3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya. Sekolah Menengah Pertama merupakan suatu organisasi atau lembaga yang memerlukan pengelolaan terpadu baik oleh guru sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar di kelas maupun oleh kepala sekolah sebagai pengendali kegiatan di sekolah. Koordinasi yang baik oleh kepala sekolah melahirkan pencapaian tujuan sekolah, serta tujuan individu yang ada pada lingkungan sekolah. Sekolah Menengah Pertama Swasta di kabupaten Garut mempunyai tujuan yang sama dengan sekolah lain, yang menuntut para pemimpinnya dalam hal ini kepala sekolah dan yang dipimpinnya dalam hal ini guru dan staff sekolah mempunyai motivasi tinggi dan memperhatikan kualitas pemimpin sekolah yang baik bagi di lingkungan sekolahnya masing-masing, dalam upaya pencapaian tujuan sekolah. Berdasarkan kenyataan, bahwa penyelenggaraan pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kab Garut, dalam pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana pendidikan dasar sebagaimana diatur oleh Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai kebutuhan dan 6 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu potensi daerah yang ingin dikembangkan masih jauh dari yang diharapkan hal ini di buktikan dengan masih banyaknya sekolah yang di bawah standar pelayanan minimal. Kondisi tersebut selalu jadi bahan perbincangan dalam berbagai forum termasuk dikalangan media masa. Dengan keadaan seperti ini sudah tentu tidak harus menjadi alasan, untuk tidak berusaha meningkatkan pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tetapi bagaimana caranya agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien dengan kondisi yang ada sekarang. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli yang mengatakan bahwa pengelolaan sistem pendidikan nasional apabila tidak dikelola dengan sebaik- baiknya maka bukan hanya tidak efektif tetapi juga tidak efisien. Ada beberapa hal yang menjadi fenomena di dunia pendidikan dewasa ini sehingga menghambat tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Dari hasil observasi awal yang penulis lakukan, fenomena yang terjadi antara lain : 1 sampai sekarang bidang pendidikan masih belum professional, hal ini ditandai dengan masih banyaknya guru yang mengajar bukan bidangnya serta peran kepemimpinan kepala sekolah yang kurang maksimal; 2 Kinerja guru bahasa Inggris yang masih rendah yang mungkin disebabkan oleh lemahnya pembinaan dan iklim sekolah yang kurang kondusif; 3 masih banyaknya kepala sekolah yang belum mengetahui cara memimpin sekolah dengan efektif. 7 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap sejumlah SMPS di Kab Garut menemukan bahwa masih terdapat keberagaman capaian prestasi sekolah dalam Ujian Nasional. Dari hasil ujian nasional tersebut, SMPS di Kab. Garut berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kab. Garut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni SMP Swasta dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. SMPS berkategori tinggi ialah sekolah yang memperoleh peringkat tertinggi dalam ujian nasional di Kab. Garut, salah satunya adalah SMPS PGRI Limbangan dengan rata-rata nilai 8.93. SMPS berkategori sedang ialah sekolah yang berada pada tingkat pertengahan dalam ujian nasional di Kab. Garut, salah satunya adalah SMPS Islam terpadu Siliwangi dengan rata-rata nilai 7.42. Sedangkan SMPS dengan kategori rendah ialah sekolah yang memperoleh peringkat terendah dalam ujian nasional di Kab. Garut, salah satunya adalah SMPS Yapissa Selaawi dengan rata-rata nilai 5.93. Terlampir Hal ini dipertegas oleh Kasi PMPTK Kepala Seksi Peningkatan Mutu dan Tenaga Pendidik menyatakan bahwa prestasi belajar siswa di sejumlah SMPS di Kabupaten Garut setiap tahunnya tidak mengalami kemajuan yang signifikan, terutama pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Kondisi tersebut tidak lepas dari kinerja guru yang kurang optimal, kurang dinamis, kreatif, inovatif, penggunaan metode pembelajaran yang cenderung statis, ditambah kinerja kepala sekolah yang belum terprogram dengan baik Hanafi : 2012. 8 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menghadapi kondisi seperti itu perlu dilakukan langkah-langkah penataan kembali kegiatan administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan pada dasarnya adalah mengusahakan terwujudnya efisiensi dan efektivitas yang tinggi dalam penyelenggaraan tugas-tugas operasional kependidikan yang bersifat teknis edukatif dalam mencapai tujuan pendidikan di lingkungan tertentu. Pencapaian tujuan dan target pendidikan, senantiasa memerlukan suatu upaya keras dari para pelaksana pendidikan, baik guru, kepala sekolah, maupun instansi yang berada di atasnya. Guru yang dibutuhkan adalah guru yang memiliki kinerja yang sangat tinggi dalam mengemban jabatannya, yaitu guru yang memiliki kompetensi tersendiri. Disamping iklim sekolah dan kinerja mengajar guru Bahasa Inggris itu sendiri kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk mampu memberikan perilaku yang mendorong guru tersebut dapat bekerja dengan optimal. Dan hal yang demikian bisa sangat berpengaruh dari perilaku kepemimpinan seseorang. Yang jadi pertanyaan berapa besar pengaruhnya tersebut? Betulkah iklim sekolah dapat meningkatkan kinerja guru? Berapa besar pengaruhnya? Hal ini memerlukan penelitian atau pengkajian baik secara teoritis maupun pengujian dilapangan. Oleh karenanya, berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja mengajar guru Bahasa Inggrisdi SMP Swasta Se-Kabupaten Garut ”. 9 Hasan Taufan Rahman, 2014 Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru bahasa inggris di SMP Swasta se-kabupaten Garut universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah