Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Pada Website Resmi Pemerintah Daerah Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSPARANSI INFORMASI KEUANGAN PADA WEBSITE RESMI PEMERINTAH

DAERAH DI INDONESIA

OLEH

ANNISA THAHIRAH LUBIS 110503037

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan pada Website Resmi Pemerintah Daerah di Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan,

( Annisa Thahirah Lubis ) NIM. 110503037


(3)

ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan padaWebsite Resmi

Pemerintah Daerah di Indonesia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik ,tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia pada tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 sampel. Penelitin ini diuji menggunakan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah, dan rasio kemandirian baik secara parsial maupun simultan tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.


(4)

ABSTRACT

Factors Effecting The Transparency of Local Government Financial Information

on The Website in Indonesia

The aim of this research is to examine the effect of size of local government, leverage, political competition, type of local government, and independency of local government to transparency of financial information on the local government website in Indonesia in 2013. The population of this research are local government in Indonesia. Number of sample used in this research is 40. This research is tested using by logistic regression. The result shows that size of local government, leverage, political competition, type of local government and independency of local government either in partially or simultaneously have negative effect to transparency of financial information on the local government website in Indonesia.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan pada Website Resmi Pemerintah Daerah di Indonesia,” guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan serta dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Terutama penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Bapak Alm. Ridwan Lubis dan Ibu Jumjuma, S.E., M.Si. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan. Kemudian kepada Adik- Adik Penulis, M. Arif Raihan Lubis, Nadhilah Khairina Lubis dan Hanifati Awanis Lubis juga Penulis ucapkan terima kasih atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,Ca, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini berupa saran dan kritik yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. 5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Dosen Pembanding dan Ibu

Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

7. Sahabat-Sahabat penulis, Nurmala Lubis, Anggi Isnani, Wirdha Annisa Hasibuan, Aida Fikri Harahap, Selvi Wirda Siregar, Stefi Annisa, Aya Marissa D., Anggi Handayani, Saputra Turnip, Andry Febriansyah Siregar, Debby Anggraini dan teman-teman seperjuangan akuntansi 2011 atas waktu, bantuan, dan motivasi yang diberikan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.

Medan, 7 April 2015


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2PerumusanMasalah ... 6

1.3TujuanPenelitian ... 7

1.4ManfaatPenelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Transparansi ... 9

2.1.1 ManfaatTransparansiKeuanganpadaSitusResmi ... 10

2.2 E-Government ... 10

2.3 Pemerintah Daerah di Indonesia ... 11

2.4 PelaporanKeuanganPemerintah Daerah ... 13

2.5 LaporanKeuanganPemerintah Daerah ... 14

2.6 TeoriKeagenan ... 17

2.7 Penelitianterdahulu ... 19

2.8 KerangkaKonseptualdanPerumusanHipotesis... 21

2.8.1 PengaruhUkuranPemerintah Daerah terhadapTransparansiInformasiKeuanganpadaSitusResmiPemerint ah Daerah ... 22

2.8.2 PengaruhLeverageterhadapTransparansiInformasiKeuanganpadaS itusResmiPemerintah Daerah ... 22

2.8.3 PengaruhKompetisiPolitikterhadapTransparansiInformasiKeuanga npadaSitusResmiPemerintah Daerah ... 23

2.8.4 PengaruhTipePemerintah Daerah terhadapTransparansiInformasiKeuanganpadaSitusResmiPemerint ah Daerah ... 23

2.8.5PengaruhRasioKemandirianterhadapTransparansiInformasiKeuanga npadaSitusResmiPemerintah Daerah ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 VariabelPenelitian ... 26

3.1.1 VariabelTerikat(Dependent Variable) ... 26

3.1.2 VariabelBebas (Independent Variable) ... 26

3.2 DefinisiOperasionalVariabel ... 27

3.2.1 TransparansiInformasiKeuanganpadaSitusResmiPemerintah Daerah di Indonesia ... 27


(8)

3.2.2 UkuranPemerintah Daerah ... 27

3.2.3 Leverage ... 28

3.2.4 KompetisiPolitik... 28

3.2.5 TipePemerintah Daerah ... 28

3.2.6RasioKemandirian ... 29

3.3MetodePengumpulan Data ... 29

3.4 JenisdanSumber Data ... 29

3.5 PopulasidanSampel ... 30

3.6 MetodeAnalisis ... 31

3.6.1 AnalisisDeskrptif ... 31

3.6.2 UjiHipotesis ... 31

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 GambaranUmumSampelPenelitian ... 36

4.2 StatistikDeskriptif ... 36

4.3 HasilPengujianHipotesis ... 38

4.3.1 Uji -2 Log Likelihood ... 38

4.3.2 UjiNagelkerke R Square ... 40

4.3.3 UjiHosmerdanLemeshow ... 40

4.4 UjiRegresiLogistikSecaraParsial ... 41

4.5 PembahasanhasilPenelitian ... 43

4.6 UjiRegresiLogistikSecaraSimultan ... 45

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Keterbatasan ... 49

5.3 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(9)

ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan padaWebsite Resmi

Pemerintah Daerah di Indonesia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik ,tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia pada tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 sampel. Penelitin ini diuji menggunakan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah, dan rasio kemandirian baik secara parsial maupun simultan tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.


(10)

ABSTRACT

Factors Effecting The Transparency of Local Government Financial Information

on The Website in Indonesia

The aim of this research is to examine the effect of size of local government, leverage, political competition, type of local government, and independency of local government to transparency of financial information on the local government website in Indonesia in 2013. The population of this research are local government in Indonesia. Number of sample used in this research is 40. This research is tested using by logistic regression. The result shows that size of local government, leverage, political competition, type of local government and independency of local government either in partially or simultaneously have negative effect to transparency of financial information on the local government website in Indonesia.


(11)

9 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transparansi keuangan Pemerintah Daerah merupakan wujud dari pemerintahan yang sistematis dan memiliki kredibilitas tinggi dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai pengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh negara. Transaparansi keuangan ini perlu ditingkatkan agar publik mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai keuangan daerah. Peningkatan transparansi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengawasan dan penyalahgunaan sumber daya publik yang pada akhirnya akan mengakibatkan pemborosan.

Transparansi keuangan ini mulai menjadi salah satu isu utama dalam pemerintah daerah karena didukung oleh peraturan pemerintah nomor 58 (PP 58/2005) tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat bagi masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik juga mengatur bahwa pejabat publik harus lebih transparan, bertanggung jawab dan lebih berorientansi kepada pelayanan masyarakat serta pejabat publik dalam rangka memenuhi kewajibannya dalam keterbukaan informasi dapat menggunakan sarana atau media elektronik dan nonelektronik. Atas dasar tersebut


(12)

maka salah satu cara yang paling efektif dalam melaksanakan keterbukaan informasi keuangan publik adalah menggunakan media elektronik yaitu situs resmi. Styles dan Tennyson (2007) berpendapat bahwa “internet merupakan media yang mudah untuk dijangkau oleh masyarakat dan merupakan sarana dengan biaya yang paling efektif untuk mempublikasikan informasi keuangannya dalam bentuk pelaporan online”.

Moon (2002) berpendapat bahwa tekhnologi sangat berperan pada perkembangan sebuah organisasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Chadwik (2003) mengatakan bahwa internet bisa menawarkan kemungkinan peningkatan interaksi antara pemerintah daerah selaku administrasi publik dengan masyarakatnya.

Astari (2013) mengatakan bahwa informasi keuangan yang berkualitas dapat dicapai melalui tiga komponen yang penting dalam sektor publik yaitu transparansi, akuntabilitas dang pengawasan. Pentingnya transparansi informasi keuangan ini tidak sepenuhnya dipahami oleh pemerintah daerah di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan sedikitnya pemerintah daerah yang memilih untuk mempublikasikan laporan keuangannnya melalui media internet. Maka dari itu penting untuk mengetahui motivasi pemerintah untuk melakukan pengungkapan informasi keuangannya pada situs resminya dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga dapat dianalisis alasan yang digunakan pemerintah untuk melakukan pengungkapan informasi keuangan pada situsresminya sehubungan dengan efektifnya menggunakan media internet sebagai alat untuk


(13)

11 mewujudkan transparansi yang merupakan suatu komponen penting dalam laporan keuangan sektor publik yang dapat memenuhi harapan masyarakat akan terselenggaranya pemerintahan yang baik.

Pada Pedoman UmumGood Public Governance (GPG) disebutkan bahwa transparansi merupakan salah satu asas yang harus dilaksanakan guna tercapainya GPG (KNKG, 2010). Maka dari itu salah satu cara dalam mewujudkan GPG maka Pemerintah Daerah dapat menyediakan informasi keuangannya melalui situs resminya sehingga pihak yang berkepentingan dapat dengan mudah mengakses informasi yang diperlukannya. Moon (2002) mengatakan bahwa penggunaan situs dan teknologi informasi yang ada merupakan aplikasi dari penerapan e-government yang pada masa yang akan datang akan memegang peranan yang sangat penting.

Penelitian terdahulu telah banyak membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah antara lain Laswad (2005), Styles dan Tennyson (2007), Yurisca (2011), Garcia (2010), Giroux (1989), Yacoeb (2014), Setyaningrum (2012), serta Medina (2012) memberikan hasil yang berbeda-berbeda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Styles dan Tennyson (2007) dan Yurisca (2011) diperoleh hasil bahwa ukuran pemerintah daerah mempunyai pengaruh signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh


(14)

Laswad (2005) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah tidak mempunyai pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan Laswad (2005) juga memperoleh hasil bahwa leverage memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yurisca (2011) yang menunjukkan hasil bahwa leverage memiliki hubungan negatif tehadap transparansi informasi keuangan daerah.

Garcia (2010) menyatakan bahwa kompetisi politik memiliki pengaruh positif terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laswad (2005) dan Yurisca (2011) yang menyatakan bahwa kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Penelitian Yurisca (2011) menunjukkan hasil bahwa tipe pemerintah daerah berhubungan negatif dengan transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Giroux (1989) yang menunjukkan hasil bahwa tipe pemerintah daerah memiliki hubungan yang positif terhadap transparansi informasi keuangan padda situs resmi pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Medina (2012) menunjukkan hasil bahwa rasio kemandirian berpengaruh positif terhadap transparansi informasi keuangan


(15)

13 pada situs resmi pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2012) dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio kemandirian memiliki pengaruh negatif terhdap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya perbedaan hasil penelitian (research gap) yang terdapat pada penelitian terdahulu. Research gap tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Research Gap

Nomor Variabel Penellitian

Terdahulu Hasil Penelitian

1

Ukuran Pemerintah

Daerah

Laswad (2005)

Ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Styles dan Tennyson (2007) Yurisca (2011

Ukuran pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

2 Leverage

Laswad (2005)

Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Yurisca (2011)

leverage berpengaruh negatif terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

3 Kompetisi Politik

Laswad (2005)

Kompetisi Politik tidak berpengaruh terhadap transpparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Garcia (2010)

kompetisi Politik berpengaruh positif terhadap transpparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Yurisca (2011)

kompetisi politik berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap transpparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah


(16)

4

Tipe Pemerintah

Daerah

Yurisca (2011)

Tipe Pemerintah Daerah berpengaruh negatiif terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Giroux (1989)

tipe Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

6 Rasio

Kemandirian

Setyaningrum (2012)

Rasio Kemandirian berpengaruh secara negatif terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Medina (2012)

rasio Kemandirian berpengaruh secara positif terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah

Berdasarkan research gap yang telah di jelaskan sebelumnya terkait dengan transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah terdapat inkonsistensi pada hasil penelitian terdahulu. Hal tersebut membuat penulis ingin meneliti kembali dan mengambil topik mengenai transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah ini yang diberi judul “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah?

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah?


(17)

15 3. Apakah kompetisi politik berpengaruh terhadap transparansi informasi

keuangan padasitus resmi pemerintah daerah?

4. Apakah tipe pemerintah daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah?

5. Apakah rasio kemandirianberpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah?

6. Apakah ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah, dan rasio kemandirian berpengaruh secara simultan terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meneliti pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2. Untuk meneliti pengaruh leverage terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

3. Untuk meneliti pengaruh kompetisi politik terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

4. Untuk meneliti pengaruh tipe pemerintah daerah terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

5. Untuk meneliti pengaruh rasio kemandirian pemerintah daerah terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.


(18)

6. Untuk meneliti pengaruh ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah, dan rasio kemandirian berpengaruh secara simultan terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

1.4 Manfaat Penenlitian 1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pemerintah daerah untuk lebih mngembangkan situs resminya sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang efektif bagi penggunanya.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti 3. Publik

Melalui penelitian ini masyarakat dapat mengetahui pemerintah daerah mana saja yang menyediakan informasi keuangan dalam situs resminya dalam rangka transparansi pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan tentang transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah dan menjadi bahan referensi untuk peneliti-peneliti berikutnya.


(19)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transparansi

Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya merupakan suatu nilai dalam sistem pemerintahan yang baik atau sekarang ini yang lebih dikenal dengan good governance. Transparansi tersebut berupa penjaminan akses dan kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi penyelenggaraan pemerintahan termasuk pengelolaan keuangan publik

Folscher (2000) dalam Medina (2012) menyebutkan beberapa keuntungan dari adanya transparansi:

1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi dalam satabilitas fiskal dan makroekonomi sehingga bia ada penyesuaian dikemudian hari dapat diminimalisir.

2. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Legislatif, media dan masyarakat dapat melaksanakan fungsi kontrol yang akan lebih baik jika pihak-pihak tersebut memiliki informasi mengenai kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan/pengeluaran pemerintah. Para pejabat publik akan lebih berlaku bertanggung jawab apabila keputusan yang akan diambil dilakukan secara terbuka/transparan untuk publik sehingga dapat mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sehingga dapat membangun hubungan sosial yang lebih erat,


(20)

misalnya masyarakat dapat memahami kebijakan pemerintah dan bahkan menddukung kebijakan tersebut.

4. Meningkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi lebih banyak.

2.1.1 Manfaat Transparansi Keuangan pada Situs Resmi

Styles dan Tennyson (2007) mengatakan bahwa suatau cara yang paling baik dan cost effectivebagi pihak pemerintahan untuk menyebarkan informasinya pada masa kini adalah melalui meddia internet yaitu dengan mempublikasikan informasi keuangannya melalui website resmi. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh pemerintah daerah dalam mengungkapkan informasi keuangannya pada website resmi adalah:

1. Media internet menawarkan biaya yang rendah bagi pengguna dan penyedia informasi.

2. Internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja sehingga cenderung tidak memiliki batasan bagi pengguna dan penyeddia informasi.

3. Informasi yang diungkapkan dapat disajikan dalam berbagai bentuk sehingga dapat memudahkan pengguna.

2.2 E-Government

E-government merupakan aplikasi dari teknologi informasi, tterutama teknologi internet yang saat ini sangat berkembang pesat. Melalui penerapan e-government dapat memperkaya akses, meningkatkan penyampaian informasi dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, unit bisnis, pegawai, stakeholder dan


(21)

19 lainnya. Moon (2002) menyatakan bahwa secara umum e-government memiliki lima aspek utama: (1) interaksi antara lembaga pemerintah, (2) pelayanan berbasis web/internet, (3) e-commerce, (4) demokrasi secara digital untuk pertanggungjawaban pemerintah yang lebih transparan, (5) e-finance. Gupta et al (2008) dalam Rora (2010) menyatakan keuntungan yang diperoleh pemerintah dari implementasi dari e-government adalah:

1. Meningkatkan efisiensi, meningkatkan akses terhadap pelayanan publik, meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan citizen empowerment.

2. Menurunkan biaya dan waktu untuk melakukan pelayanan.

3. Memberikan keuntungan stratejik seperti meningkatkan pross pengambilan keputusan melalui arus informasi, meningkatkan interaksi penduduk dengan institusi pemerintahan, bisnis dan industri, meningkatkan kekuatan masyarakat untuk memaksa pemerintah untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan sektor swasta dan meningkatkan keemmampuan untuk memberikan efek terhadap organizational change management.

2.3 Pemerintahan Daerah di Indonesia

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia


(22)

sebagagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah provinsi terbagi lagi atas daerah kota dan daerah kabupaten. Setiap daerah provinsi, daerah kota dan daerah kabupaten mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah merupakan kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya. Setiap pemerintahan daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah. Sebutan kepala daerah untuk provinsi, kota dan kabupaten masing-masing adalah gubernur, walikota dan bupati.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14, disebutkan bahwa kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif, artinya kepala daerah menyusun dan menyampaikan anggaran untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai ketentuan perundang-undangan stelah mendapatkan persetujuan. Ditegaskan pula dalam Undang-undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan langsung kepala daerah (pilkada). Prosedur dan mekanisme pemilihan kepala


(23)

21 daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 lebih menggambarkan pelaksanaan demokrasi. Pilkada dilaksanakan secara langsung, terbuka kemungkinan bagi calon independen/nonparpol untuk maju melalui partai politik (parpol)/gabungan parpol, dan proses dalam penyaringan bakal calon dilaksanakan secara terbuka dengan mewajibkan setiap parpol/gabungan parpol mengumumkan proses dan hasi penyaringan kepada masyarakat.

Sekarang ini Indonesia menjalankan prinsip-prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Pemerintah daerah menjalankan otonomi dengan sebebas-bebasnya, kecuali urusan pemerintahan yang dalam undang-undang telah ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah provinsi, kota dan kabupaten atau antara provinsi dengan kabupaten dan kota diatur melalui undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dilaksanakan adil dan selaras melalui undang-undang yang berlaku.

2.4 Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pelaporan keuangan merupakan suatu bentuk pengungkapan informasi keuangan. Pengungkapan memiliki arti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang berkepentingan. Penelitian yang dilakukan Yentifa, dkk (2010) mencantumkan bahwa informasi keuangan yang dibutuhkan berdasarkan riset terdahulu adalah informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, perencanaan dan penganggaran. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui Laporan Keuangan


(24)

Pemerintah Daerah (LKPD), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Peraturan mengenai APBD ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh pemerintah daerah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 31. Penyajian LKPD juga diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.

Peraturan-peraturan sebagaimana yang telah dinyatakan diatas tidak ada mengatur mengenai media yang digunakan untuk penyebaran informasi keuangan pemerintah daerah. Pada bagian pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat sedikit bahasan mengenai pelaporan keuangan pemerintah namun tidak dibahas mengenai media yang digunakan untuk pelaporan keuangan pemerintah. Meskipun begitu, pemerintah daerah dapat menyediakan informasi keuangan yang memang ingin disampaikan pemerintah daerah sendiri yang menganggap bahwa informasi tersebut bbermanfaat bagi pihak luar dan berkehendak untuk mengungkapkannya secara sukarela (voluntary), bukan karena untuk memenuhi tuntutan undang-undang, peraturan pemerintah ataupun ketentuan lainnya.

2.5 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Sesuai Pernyataan Nomor 1 Standar Akuntansi Pemerintahan tentang penyajian laporan keuangan, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh


(25)

23 suatu entitas pelaporan. Tujuan umum penyajian laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisassi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mngevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Pengguna yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif, pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah. Secara spesifik tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah;

b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah;

c. Manyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi;

d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;


(26)

g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yag dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyediakan informasi bagi pengguna mengenai:

a. Indikasi apakah sumber daya yang telah diperoleh dan digunakan sesuai anggaran.

b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditentukan oleh DPR/DPRD. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.


(27)

25 Laporan arus kas mnyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

d. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas.

2.6 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976)menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu pihak (principal) memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada pihak lain (agent) untuk meakukan pengambilan keputusan. Teori keagenan sendiri muncul berdasarkan bahwa pemilik perusahaan (principal) dan manajer perusahaan (agent) memiliki kepentingan yang berbeda. Dalam penelitian ini agen adalah pemerintah yang memiliki otoritas atas suatu daerah (provinsi/kabupaten/kota) sedangkan prinsipal adalah masyarakat.

Agen-agen (pemerintah daerah) yang ditunjuk sebagai delegasi dari pemilik (prinsipal/masyarakat) ini adalah agen yang dipercaya untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat tentunya tidak dapat mengawasi seluruh tindakan yang dilakukan ataupun keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah selaku agen, sehingga dapat menimbulkan kesempatan bagi agen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan kesejahteraan agen saja tanpa menghiraukan kesejahteraan masyarakat.


(28)

Masalah keagenan menimbulkan informasi asimetri antara kedua belah pihak yaitu pemerintah selaku agen dan masyarakat selaku principal. Mohammad dkk (2004) dalam Mulyana (2006) menyatakan bahwa akuntabilitas muncul sebagai jawaban dari informasi asimetri. Teori asimetri informasi beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung atas informasi yang dimilikinya dengan pihak masyarakat yang merupakan bagian di luar manajemennya. Scott (1997) dalam Medina (2012) berpendapat bahwa kemampuan bertahan suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh bagaimana menciptakan informasi yang terbuka, seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan. Informasi asimetri muncul akibat adanya penguasaan informasi yang tidak seimbang antara masyarakat dengan pemerintah. Pemerintah lebih menguasai informasi karena memiliki akses langsung terhadap hasil kinerjanya sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui pengungkapan informasi keuangan melalui website resmi setiap pemerintah daerah.

Thompson (1999) menyatakan bahwa secara tradisional hubungan antara pemerintah dengan warga telah dianggap dibawah teori prinsipal-agen (keagenan) yang telah digunakan secara luas dalam administrasi publik untuk memeriksa masalah-masalah yang terkait dengan manajemen dan administrasi di negara yang berlandaskan prinsip desentralisasi. Alvarez dan Hall (2006) menyatakan bahwa permasalahan yang timbul dalam hubungan principal-agentsecara inheren terkait dengan ketersediaan informasi yang disediakan oleh agent.Gang (1988) mengatakan bahwa dibawah principal-agentupaya teori telah dibuat untuk


(29)

27 mengidentifikasi insentif-insentif yang timbul pada beberapa pengungkapan di sektor publik.

2.7 Penelitian Terdahulu

Styless dan tennyson (2007) menyatakan bahwa sudah banyak penelitian mengenai transparansi informasi keuangan pada media internet (situs resmi) yang telah dilakukan, namun pada umumnya di sektor swasta dan hanya sedikit pada sektor pemerintahan. Penelitian yang dilakukan pada sektor pemerintahan mengenai transparansi informasi keuangan pada media internet (situs resmi) disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Fawsi laswad,

Richard Fisher, Peter Oyelere (2005)

Variabel Dependen:

Pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah Variabel Independen: Kompetisi politik, ukuran pemerintahan, leverage, kekayaan pemerintahan daerah, visibilitas pers, tipe pemerintahan.

1. Adannya hubungan

yang positif signifikan IFR dengan: visibiilitas pers, kekayaan pemerintahan dan leverage.

2. Adanya hubungan yang negatif signifikan IFR dengan: tipe pemerintahan

3. Ukuran dan

kompetisi politik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan IFR

2. Styles dan

Tennyson (2007)

Variabel Dependen:

Availability dan accessibility CAFR

1. Adanya hubungan yang positif signifikan


(30)

Variabel Independen : Ukuran daerah, struktur

pemda, kualitas accounting disclosure, pendapatan perkapita, tingkat hutang, kondisi finansial. dengan: ukuran daerah, kualitas acccounting disclosure, pendapatan perkapita dan tingkat hutang.

2. Adanya hubungan yang positif signifikan

aksesibilitas CAFR dengan: ukuran daerah, pendapatan perkapita, dan tingkat hutang

3. Garcia (2010)

Variabel Dependen: Reporting index Variabel Independen: Size, leverage, capital Investment, political competition, dan press visibility

1. Political competition

berpengaruh secara positif

2. Press visibility berepngaruh secara negatif

4. Rora (2010) Variabel Dependen: Vountary disclosure: 1. Pengungkapan konten 2. Presentasi pengungkapan 3. Total pengungkapan Variabel Independen:

Rasio kinerja, rasio ketergantungan daerah, ukuran kompleksitas pemerintahan, dan belanja daerah.

1. Adanya hubungan yang positif signifikan pengungkapan konten dengan: rasio ketergantungan daerah (DAU) 2. Adanya hubungan

positif yang signifikan presentasi pengungkapan dengan: tingkat ketergantungan darah dan kompleksitas pemerintahan 3. Adanya hubungan


(31)

29 signifikan total pengungkapan dengan: tingkat ketergantungan daerah. 5. Jorge et al.

(2011)

Variabel Dependen: Transparansi Keuangan Variabel Independen:

Kompetisi Politik, orientasi politik, political

engagement, rata-rata umur masyarakat, tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat populasi, jumlah populasi, dan tingkat kemandirian.

Adanya hubungan yang positif signifikan transparansi keuangan

dengan jumlah populasi.

6. Yurisca (2011) Variabel Dependen: Pelaporan keuangan Variabel Independen: Kompetisi politik, ukuran pemerintahan, leverage, kekayaan pemda,

1. Adanya pengaruh signifikan IFR dengan: ukuran pemerintahan dan kekayaan

pemerintahan

2. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara IFR dengan: kompetisi politik, tipe pemerintahan dan leverage.

2.8 Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi atau faktor-faktor yang mempengaruhi pemerintah daerah untuk melakukan transparansi informasi keuangannya pada situs resmi yang dimilikinya.Bertot (2010) mengatakan bahwa


(32)

penggunaan internet dapat menciptakan budaya transparansi dan juga akan mewujudkan akuntabilitas.

2.8.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah.

Piotrowski dan Bertelli (2010) berpendapat bahwa semakin banyak sumber daya pemerintah daerah, semakin besar kemungkinan pemerintah daerah untuk berinvestasi ke sistem infrastruktur yang kan memberikan transparansi. Contoh-contoh dari proyek tersebut termasuk web server, sistem manajemen dokumen, dan peralatan untuk video conferencing. Sumber daya yang besar dapat juga dilihat dari total aset yang dimiliki pemerintah daerah. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H1 : Ukuran pemerintah Daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.2 Pengaruh Leverage terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Styless dan Tennyson (2007) berpendapat bahwa dengan melakukan pembiayaan terhadap pengeluaran-pengeluaran pemerintah saat ini akan memberikan dampak pada kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanandan program-program terpadu bagi masyarakat dimasa yang akan datang. Namun besaran dari hutang tidak boleh melebihi jumlah dari modal yang dimiliki. Hubungan keagenan antara otoritas daerah dan pemerintah pusat (kreditur) memberikan dampak pada besarnya tingkat transparansi pengungkapan.


(33)

31 Kreditur cenderung memonitor para debiturnya dalam pengelolaan keuangan. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H2 : Leverage berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.3 Pengaruh Kompetisi Politik terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Kompetisi politik menunjukkan gambaran seberapa besar persaingan antara kepa daerah yang menjabat saat ini dengan saingan-saingan politiknya. Semakin besar kompetisi politik suatu pemerintah daerah maka akan semakin besar kecendrungan kepala daerah untuk menyediakan informasi (Baber, 1983 dalam Laswad, 2005) karena akan menanggung biaya pengawasan yang lebih besar dari saingan politiknya. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui transparansi dengan menggunakan situs resmi. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H3 : Kompetisi politik berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.4 Pengaruh Tipe Pemerintah Daerah terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Penduduk di pemerintahan kabupaten pada umumnya melakukanurbanisasi. Menurut Ingram (1984) dalam Laswad, dkk (2005), urbanisasimembantu pembentukan koalisi, yaitu gabungan pemilih individu,


(34)

sehingga kepaladaerah memiliki dorongan lebih besar untuk memberikan informasi guna

pemantauan secara proporsional dengan wilayah metropolitan yang memilikipopulasi penduduk yang besar dibanding dengan wilayah pedesaan yang memiliki

jumlah penduduk relatif besar. Ditambah lagi, pemakaian dan akses internet didaerah tujuan urbanisasi lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan bahwapelaporan keuangan di internet secara sukarela akan lebih banyak dipraktikkan di

pemerintahan provinsi dan pemerintahan kota dibanding pemerintahan kabupaten.Dengan demikian, tipe pemerintahan mempunyai pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H4 : Tipe pemerintah daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.5Pengaruh Rasio kemandirian terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Tingkat kemandirian menunjukkan kemampuan daerah dari sumber-sumber pendapatan asli daerah untuk membiayai pengeluaran operasional daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah dan pelayanan kepadda masyarakat. Hasil penelitian Laswad (2005) menunjukkan kekayaan asli pemerintah daerah berhubungan secara positif signifikan terhadap pengungkapan yang lebih atas transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah


(35)

33 daerah. Berdasarkan penelitian Laswad (2005) besarnya kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatannya menunjukkan kinerja pemerintah yang baik. Kinerja pemerintah yang baik akan menunjukkan kualitan manajemen yang baik. Pemerintah daerah yang memiliki kualitas manajemen yang baik cenderung untuk mengungkapkan informasi yng lebih banyak dan menggunakan sistem yang dapat meningkatkan kualitas pemerintah seperti penggunn situs resmi dalam transparansi informasi keuangannya. . Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H5 : Rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Dari uraian diatas, kerangka pemikiran mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia dapat digambarkan pada suatu model sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Leverage(X2)

Ukuran Pemerintah Daerah (X1)

Kompetisi Politik (X3) Tipe Pemerintah Daerah (X4)

Rasio Kemandirian (X5)

Transparansi Informasi Keuangan pada Website Resmi Pemerintah Daerah


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel terikat dan variabel bebas.

3.1.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Melalui analisis terhadap variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu masalah (Sekaran, 2006). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah di Indonesia.

3.1.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat secara positif atau negatif (Sekaran, 2006). Apabila setiap unit kenaikan variabel bebas diikuti oleh kenaikan variabel terikat maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara positif. Begitu juga sebaliknya, apabila setiap unit penurunan variabel bebas diikuti oleh penurunan variabel terikat maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara negatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah, dan rasio kemandirian.


(37)

35 3.2 Definisi Operasional variabel

3.2.1 Transparansi Informasi Keuangan Pada Situs Resmi Pemerintah Daerah di Indonesia

Transparansi informasi keuangan pada website pemerintah daerah diukur denngan menggunakan variabel dummysesuai dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Laswad, dkk (2005). Transparansi Informasi keuangan dinilai dari ada tidaknya pelaporan keuangan yang berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). LKPD terdiri dari empat komponen, yaitu neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Apabila salah satu dari komponen LKPD tersebut terdapat dalam website resmi pemerintah daerah maka pemereintah daerah digolongkan mengungkapkan LKPD. Bila salah satu dari pelaporan keuangan tersebut terdapat pada website resmi pemerintah daerah maka akan diberi nilai 1, sedanngkan bila bagian bagian dari pelaporan keuangan tidak terdapat dalam website resmi pemerintah daerah akan diberi nilai 0.

3.2.2 Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran pemerintahan daerah adalah variabel untuk mengukur seberapa besar atau kecil pemerintahan daerah. Sesuai dengan pengukuran dalam penelitian Laswad, dkk (2005) dan Yurisca (2011) ukuran pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur melalui total aset. Dengan demikian ukuran pemerintah daerah menggambarkan seberapa besar atau kecil pemerintah daerah yang dilihat dari total aset yang dimiliki pemerintah daerah.


(38)

3.2.3 Leverage

Leverage merupakan proporsi yang menggambarkan besarnya utang dari pihak eksternal dibandingkan dengan total aset. Dengan demikian, jika total utang lebih besar dari total aset, mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya semakin kecil. Sesuai dengan penelitian Laswad, dkk (2005) leverage yang digunakan dalam penelitian ini dinilai dari perbandingan total utang dan dengan total asetnya. Rumusnya adalah:

Leverage = total liabilities / total assets

3.2.4 Kompetisi Politik

Kompetisi politik menunjukkan gambaran seberapa besar persaingan antara kepala daerah yang menjabat saat ini (incumbent) dengan saingan-saingan politiknya. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Laswad, dkk (2005) yang dilakukan di Selandia Baru, kompetisi politik diukur dari perbandingan jumlah kandidat kepala daerah dengan posisi yang tersedia. Penilaian ini menilai kompetisi politik dengan menggunakan pengukuran yang sama dengan pengukuran yang dilakukan Laswad, dkk (2005) namun disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, yaitu hanya ada satu posisi sebagai kepala daerah dan hanya dijabat oleh satu orang. Kompetisi politik diukur dari jumlah kandidat kepala daerah yang terkahir kali dilaksanakan di daerah tersebut sampai dengan penelitian ini dilakukan.

3.2.5 Tipe Pemerintah Daerah

Tipe pemerintahan daerah didefinisikan sebagai bentuk pemerintahan daerah. Pemerintah daerah di Indonesia terbagi atas tiga bagian, yaitu pemerintah


(39)

37 provinsi, pemerintah kota, dan pemerintah kabupaten. Mengacu pada penelitian Laswad, dkk (2005), variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu memberi nilai 0 untuk pemerintah kota serta pemerintah provinsi dan nilai 1 untuk pemerintah kabupaten.

3.2.6 Rasio Kemandirian

Rora (2010) menyatakan bahwa rasiokemandirian daerah dihitung dari besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) berbanding dengan total reallisasi anggaran pendapatan yang diterima. Tingginya pendapatan asli daerah (PAD) menunjukkan semakin baiknya kinerja pemerintah daerah. Sebaliknya, jika pemerintah daerah memburuk, akan menunjukkan rasio kemandirian yang semakin kecil.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan studi dokumentasi. Data-data dan teori dalam penelitian ini diperoleh dari literatur, artikel, jurnal dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian dan landasan teori. Data juga diperoleh dari studi dokumentasi yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder baik dari lembaga yang mengeluarkan data tersebut dan juga melalui internet.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui media perantara. Data sekunder tersebut merupakan laporan keuangan


(40)

pemerintah daerah tahun 2013 yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Periode data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2013.

Data variabel dependen yaitu transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah yang dilihat dari ketersediaan pelaporan keuangan pada situs resmi dan diperoleh dengan mengamati secara langsung. Alamat situs resmi pmerintah daerah didapat dari

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah yang ada di Indonesia yang saat ini berjumlah 548, yaitu terdiri dari 34 pemerintah provinsi, 98 pemerintah kota dan 416 pemerintah Kabupaten.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposivesampling. Purposive sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkankriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Daulay,2010).Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sampelsebagai berikut:

1. Menyediakan informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun2013 provinsi dan kabupaten/kota yang telah diaudit oleh BPK yang terdapat pada situs resmi pemerintah daerah

2. Hasil pemeriksaan LKPD oleh BPK menunjukkan opini WTP dan WDP yang terdapat pada situs resmi pemerintah daerah

3. Menyediakan situs resmi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia danmasih aktif

4. Pemerintah daerah yang mempublikasikan informasi keuangan yang lengkappada situs resmi pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia.


(41)

39 5. Memiliki data mengenai kandidat pemilihan kepala daerah di website

Komisi Pemilihan Umum �.6 Metode Analisis

.6.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah terkumpul. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi.

3.6.2 Uji Hipotesis

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi logistik (Logistic regression). Regresi logistik digunakan untuk menguji dapat tidaknya suatu probabilitas terikat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas, heteroskedasitas, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Regresi logistik dipilih karena penelitian ini memiliki variabel dependen yang dichotomous dan variabel independen yang bersifat kombinasi antara metrik dan non-metrik. Variabel non-metrik merupakan variabel yang diukur dengan skala pengukuran kategori atau kelompok dari suatu subyek (Ghozali, 2006).

Variabel dependen yang dilakukan dalam penelitian inimerupakan variabel dichotomous. Pemerintah daerah yang melakukan pelaporan keuangan pada website resminya dikategorikan kedalam kode IFRA (Internet Financial Reporting Local Authorities). Sedangkan pemerintah daerah yang memiliki website resmi tapi tidak memilih untuk melaporkan informasi keuangannya pada website


(42)

resminya dikategorikan kedalam N-IFRA (Non Financial Reporting Local Authorities).

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, model regresi logistik yang digunakan adalah:

IFR = α + ��Up + ��Leverage + ��Kp + ��Tpd + ��Rk + �� Dimana:

IFR = variabel dummy transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

α = Konstanta

Up = Ukuran Pemerintah Daerah

Leverage = Leverage

Kp = Kompetisi Politik

Tpd = variabel Dummy Tipe Pemerintah Daerah

Rk = Rasio kemandirian

µ = Error

selanjutnya analisis penelitian regresi logistik perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Menilai Kelayakan Model Regresi

Regresi logistik merupakan suatu bentuk model regresi yang dimodifikasi. Karakteristik model logistik sudah tidak sama lagi dengan model regresi sederhana atau berganda. Dengan begitu penentuan signifikansi secara statistik regresi logistik berbeda dengan regresi berganda. Kesesuaian model (goodness of fit) pada model regresi sederhana ata berganda dapat


(43)

41 dilihat dari R² ataupun F test, sedangkan penilaian model dalam regresi logistik dapat dilihat dari pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini untuk menilai model yang dihipotesiskan agar data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai statistik chi square pada Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak, sedangkan jika nilainya lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak, berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dengan kata lain model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang

diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

HA : Terdapat perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi

dengan klasifikasi yang diamati.

2. Menilai keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Untuk menilai keseluruhan model (overall model fit) ditunjukkan dengan -2 Log likehood value (nilai --2LL). Caranya adalah dengan membandingkan antara nilai -2LL pada saat Block Number = 0, dimana model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2LL, dengan pada saat Block Number = 1, dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LLBlock Number = 1, maka menunjukkan model regresi yang baik. Log likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model


(44)

regresi, sehingga penurunan log likehood menunjukkan model yang semakin baik.

3. Menguji Koefisien Regresi

Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Koefisien regresi dapat ditentukan dengan membandingkan nilai probabilitas (sig.) dengan tingkat signifikansi (α), sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas (sig.) > tingkat signifikansi (α), maka HA alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak. Begitu juga sebaliknya, jika nilai probabilitas (sig.) < tingkat signifikansi (α), hal ini berarti HA

alternatif diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat diterima.

4. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi dan Pengujian Secara Simultan

Pengujian ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh masing-masing variabel secara terpisah. Selain itu, pengujian ini akan menghasilkan model persamaan regresi logistik yang bentuknya sebagai berikut.

Z = a + bX1 + cX2 + dX3 + eX4 + fX6 + Keterangan:

Z = penerimaan pajak penghasilan badan a = konstanta

b = koefisien variabel ukuran pemerintah daerah c = koefisien variabel leverage


(45)

43 e = koefisien variabel tipe pemerintah daerah

f = koefisien variabel rasio kemandirian

X1= ukuran pemerintah daerah

X2 = leverage

X3= kompetisi politik

X4= tipe pemerintah daerah

X5= rasio kemandirian

Pengujian simultan ini digunakan untuk melihat bagaimana kedua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.


(46)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Sampel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor (ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian) secara signifikan mempengaruhi transparansi informasi keuangan pada website pemerintah daerah di Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah di Indonesia yang saat ini berjumlah 548, yaitu terdiri dari 34 Pemerintah Provinsi, 98 Pemerintah Kota dan 416 Pemerintah Kabupaten. Berdasarkan populasi tersebut dipilih sampel dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga didapat sampel berjumlah 40 Pemerintah daerah yang terdiri dari 9 Pemerintah Provinsi, 9 Pemerintah Kota dan 22 Pemerintah Kabupaten yang memenuhi kriteria. Berdasarkan sampel tersebut maka jumlah laporan keuangan yang akan diteliti didalam penelitian ini yaitu berjumlah 40 laporan keuangan Pemerintah Daerah yang terdapat dalam website resminya pada tahun 2013.

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptiif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian (ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian). Hasil uji statistik deskriptif untuk penelitian ini yang meliputi nilai minimum, nilai


(47)

45 maksimum, mean dan standar deviasi untuk setiap variabel disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Sampel Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Ukuran Pemerintah

Daerah

40 7,34E11 4,0E13 8,2185E12 1,02447E13

Leverage 40 ,00 ,04 ,0100 ,01177

Kompetisi Politik 40 2,00 13,00 4,7000 2,39872 Tipe Pemerintah

Daerah

40 ,00 1,0 ,5750 ,50064

Rasio Kemandirian 40 ,03 5,06 ,2912 ,78884

Valid N (listwise) 40 -5,601922 Sumber data: Lampiran

Berdasarkan hasil statistik deskriptif tersebut, maka pada variabel ukuran pemerintah daerah diperoleh nilai minimum 7,34E11, nilai maksimum 4,0E13, rata-rata 8,2185E12, dan standar deviasi sebesar 1,02447E13. Pada variabel leverage diperoleh nilai minimum 0,00, nilai maksimum 0,04, rata-rata 0,0100, dan standar deviasi sebesar 0,01177. Pada variabel Kompetisi politik diperoleh nilai minimum 2,00, nilai maksimum 13,00, rata-rata 4,7000 dan standar deviasi sebesar 2,39872. Pada variabel tipe pemerintah daerah diperoleh nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum 1,0, rata-rata 0,5750 dan standar deviasi sebesar 0,50064. Pada variabel rasio kemandirian diperoleh nilai minimum sebesar 0,03, nilai maksimum 5,06, rata-rata 0,2912 dan standar deviasi sebesar 0,78884.


(48)

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Analisis selanjutnya adalah untuk menguji pengaruh ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemeintah daerah dan rasio kemadirian terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Setelah analisis deskriptif berikutnya akan dilakukan uji regresi logistik untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia dan membentuk model regresi logistik karena variabel terikatnya memiliki dua alternatif digunakan model Regression Logistic (Ghozali, 2006). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logististik yang dilakukan secara bersama-sama untuk kelima variabel dengan tingkat signifikansi 5%. Perbandingan nilai aktual dan prediksi bisa dicapai dengan menggunakan beberapa pengukuran untuk mengukur kelayakan regresi, yaitu: (1) dengan melihat -2 Log Likelihood (2) koefisien determinasi (Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square) (3) menilai chi-square untuk keseluruhan model (Hosmer and Lemeshow Test).

4.3.1 Uji -2 log likelihood

Uji regresi logistik yang kedua menggunakan uji -2 log likelihood. Uji ini digunakan untuk menilai model regresi logistik yang layak dipakai atau tidak. Tampilan output SPSS memberikan dua nilai -2 log likelihood yaitu model yang hanya memasukkan konstanta dan model dengan konstanta serta variabel bebas ke


(49)

47 dalam model regresi logistik. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.2

Pengujian -2 log likelihood step 0 Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 50,923 -,564

2 50,920 -,580

3 50,920 -,580

Sumber data: lampiran

Tabel 4.3

Pengujian -2 log likelihood step 1 Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square Nagelkerke R Square

1 46,903a ,098 ,134

Sumber data: lampiran

Tabel 4.2 dan tabl 4.3 menunjukkan hasil pengujian -2 log likelihood. Pengujian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap 0 (step 0) dan tahap 1 (step 1). Hasil yang baik apabila terdapat penurunan pada nilai -2 log likelihood tahap 0 ke nilai -2 log likelihood tahap 1. Erdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3 dapat dilihat nilai -2 log likelihood tahap 0 adalah 50,920 sedangkan nilai -2 log likelihood pada tahap 1 adalah 46,903. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada nilai -2 log likelihood. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik dan ppenambahan variabel bebas ke dalam model memperbaiki model fit.


(50)

4.3.2 Uji Nagelkerke R Square

Setelah pengujian -2 log likelihood selesai, selanjutnya akan dilakukan pengujian Nagelkerke R Square. Uji ini dilakukan untuk menilai seberapa besar variasi dari variabel terikat (transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian). Hasil pengujian Nagelkerke R Square dapat dilihat padda tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Pengujian Nagelkerke R Square Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square Nagelkerke R Square

1 46,903a ,098 ,134

Sumber data: lampiran

Berdasarkan tabel 4.4 diatas nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,134. Hal ini menujukkan bahwa variasi variabel terikat (transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian) sebesar 13,4% sedangkan sisanya 86.6% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

4.3.3 Uji Hosmer dan Lemeshow

Uji Hosmer dan Lemeshow dilakukan untuk menuji hipotesis 0 bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai hosmer dan lemeshow test sama


(51)

49 dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis 0 ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga model tidak dapat memprediksi niai observasinya, sebaliknaya jika nilai hosmer and lemeshow test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis 0 diterima yang berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.

Tabel 4.5

Pengujian Hosmer and Lemeshow Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 14,862 8 ,062

Sumber data: lampiran

Berdasarkan tabel 4.5, maka diperoleh nilai signifikansi Statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sebesar 0,062 yang nilainya diatas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model dapat memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.

4.4Uji Regresi Logistik Secara Parsial

Pengujian yang dilakukan selanjutnyasetelah pengujian Nagelkerke R Square adalah menggunakan regresi logistik secara parsial dengan melihat tabel variables in the equation. Pengujian hipotesis dengan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel ukuran pemeritah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah rasio kemandirian dan transparansi informasi keuangan padda website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode enter dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai


(52)

signifikansi < 0,05 makahipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruhterhadap variabel terikat diterima. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6

Hasil Analisis Regresi Logistik Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a Ukuran Pemerintah

Daerah

,000 ,000 ,007 1 ,932 1,000 Leverage 36,780 39,115 ,884 1 ,347 9,401E15 Kompetisi Poitik -,154 ,180 ,734 1 ,392 ,857 Tipe Pemerintah

Daerah

,290 1,016 ,081 1 ,775 1,336 Rasio Kemandirian -3,697 3,658 1,021 1 ,312 ,025

Constant ,221 1,630 ,018 1 ,892 1,247

Sumber data: lampiran

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut dapat diketahui persamaan logistik linear sebagai berikut:

IFR = 0,221 + ��+ 36,780��- 0,154�� + 0,290�� - 3,697�� + �� Dimana:

IFR = variabel dummy transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

�� = Ukuran Pemerintah Daerah

�� = Leverage

�� = Kompetisi Politik

�� = variabel Dummy Tipe Pemerintah Daerah

�� = Rasio kemandirian


(53)

51 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 4.6 diatas, hasil pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh ukuran pemerintah daerah, everage, kompetisi politik, tipe pemerintahan daerah, dan rasio kemandirian terhadap transparansi informasi keuangan pada website resi pemerintah daerah di Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa variabel pertama yaitu ukuran pemerintah daerah (X1) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelittian ini konsisten dengan hasil penelitian Laswad dk (2005) dan Styles & Tennyson (2007) yang mana mereka telah membuktikan bahwa ukuran pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,932 (>0,05). Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia ditolak.

Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwavariabel kedua yaitu leverage (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikanterhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitin yang dilakukan oleh Yurisca (2011) yang menunjukkan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini


(54)

ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,347 (>0,05). Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa leverage mempunyai pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia ditolak.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui ahwa variabel ketiga yaitu kompetisi politik (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yurisca (2011) yang menunjukkan bahwa kompetisi politik tdak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.392 (>0,05). Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kompetisi politik memiiki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia ditolak.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa variabel ke empat yaitu tipe pemerintah daerah (X4) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan peneitian yang dilakukan oleh Laswad dkk (2005) dan Yurisca (2011) yang menunjukkan bahwa tipe pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sigifikansi sebesar 0,075 (>0,05). Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa tipe pemerintah daerah memiliki pengaruh terhadap


(55)

53 transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia ditolak.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa variabel ke lima yaitu rasio kemandirian (X5) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan peneitian yang dilakukan oleh Rora (2010) yang menunjukkan bahwa rasio kemandirian daerah tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sigifikansi sebesar 0,312 (>0,05). Dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan bahwa rasi kemandirian memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia ditolak.

4.6Uji Regresi Logistik Secara Simultan

Setelah pengujian regresi logistik secara parsial, selanjutnya akan dilakukan pengujian regresi logistik secara simultan (bersama-sama). Pengujian regresi logistik secara simultan disebut Omnibus Test of Model coefficient. Dalam pengujian ini semua variabel bebas yaitu ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian di uji secara bersama-sama. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah kelima variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Dasar pengambilan keputusannya addalah jika nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05 maka


(56)

H0diterima sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Hasil Omnibus Test of Model Coefficient dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.6

Pengujian Regresi Logistik secara Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 4,017 5 ,547

Block 4,017 5 ,547

Model 4,017 5 ,547

Sumber data: lampiran

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa signifikansi adalah sebesar 0,547. Angka tersebut >0,05, maka dapat diambil keputusan bahwa hipotesis 7 yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian berpengaruh secara simultan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia ditolak.


(57)

55 BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berujuan untuk membuktikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia pada tahun 2013. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara simultan hasil pengujian hipotesis ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasio kemandirian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

2. Secara parsial hasil pengujian hipotesis ukuran pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laswad dkk (2005) dan Styles & Tennyson (2007) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

3. Secara parsial hasil pengujian hipotesis leverage tidak berepengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Yurisca (2011) yang menunjukkan bahwa leverage tidak


(58)

memiliki penggaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

4. Secara parsial pengujian hipotesis kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan peelitian yang dilakukan oleh Yurisca (2011) yang menunjukkan bahwa kompetisi politik tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

5. Secara parsial pengujian hipotesis tipe pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneitian yang dilakukan oleh Laswad dkk (2005) dan Yurisca (2011) yang menunjukkan bahwa tipe pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.

6. Secara parsial pengujian hipotesis rasio kemandirian tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rora (2010) yang menyatakan bahwa rasio kemandirian tidak memiliki pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia.


(59)

57 5.2 Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang perlu untuk diperbaiki oleh peneliti-peneliti berikutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

1. Penelitian ini hanya menggunakan satu tahu pengamatan.

2. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini hanya 5 faktor yaitu ukuran pemerintah daerah, leverage, kompetisi politik, tipe pemerintah daerah dan rasi kemandirian.

3. Dalam penelitian ini kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya hanya sebesar 13,4%.

5.3 Saran

Berikut ini beberapa saran penuls untuk peneliti selanjutnya:

1. Peneliti selanjutnya hendaknya memperluas objek/ sampel penelitian sehingga dapat meningkatkan generalisasi hasil.

2. Peneliti selanjutkan diharapkan menggunakan beberapa tahun pengamatan untuk melihat bagaimana pengaruhnya untuk beberapa tahun.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan faktor-faktor lainnya seperti kekayaan pemerintah daerah, belanja daerah, dan press visibility.


(1)

79

Prov/Pemko/Pemkab

(Kompetisi Politik)

nad

5

sumbar

3

jawa tengah

3

banten

3

ntb

4

kalbar

4

kalteng

4

kaltim

3

gorontalo

3

kab aceh utara

10

kab bireun

8

kota langsa

13

kab dharmasraya

4

kab padang pariaman

7

kab pasaman barat

4

kab pesisir selatan

5

kab tanah datar

4

kota bukit tinggi

5

kota padang

10

Kab Pelalawan

3

Kab Siak

3

Kab Tanjung Jabung Timur

3

Kab Banyuasin

6

Kota Bandar Lampung

6

Kab Kepulauan Anambas

4

Kota Batam

2

Kab Natuna

5

Kab Batang

3

Kab Brebes

2

Kab Demak

4

Kab Jepara

4

Kab Magelang

6

Kab Kuningan

4

Kota Jombang

3

Kab Jembrana

3

Kab Manggarai Barat

9

Kota Banjarmasin

6

Kota Samarinda

4

Kab Banggai

3


(2)

Povinsi/Kota/Kabupaten

(Tipe Pemerintah Daerah)

NAD

0

Sumbar

0

Jawa Tengah

0

Banten

0

NTB

0

Kalbar

0

Kalteng

0

Kaltim

0

Gorontalo

0

Kab Aceh Utara

1

Kab Bireun

1

Kota Langsa

0

Kab Dharmasraya

1

Kab Padang Pariaman

1

Kab Pasaman Barat

1

Kab Pesisir Selatan

1

Kab Tanah Datar

1

Kota Bukit Tinggi

0

Kota Padang

0

Kab Pelalawan

1

Kab Siak

1

Kab Tanjung Jabung Timur

1

Kab Banyuasin

1

Kota Bandar Lampung

0

Kab Kepulauan Anambas

1

Kota Batam

0

Kab Natuna

1

Kab Batang

1

Kab Brebes

1

Kab Demak

1

Kab Jepara

1

Kab Magelang

1

Kab Kuningan

1

Kota Jombang

1

Kab Jembrana

1

Kab Manggarai Barat

1

Kota Banjarmasin

0

Kota Samarinda

0

Kab Banggai

1


(3)

81

Nama

Provinsi/Kota/Kab PAD Total Pendapatan

�� (Rasio

Kemandirian)

Prov. Nanggroe

Aceh Darussalam 1,167,694,484,330.00 10,471,540,786,549.00 0.11 Prov. Sumatera

Barat 1,333,885,626,520.00 3,182,292,957,320.00 0.419158652 Prov. Jawa Tengah 8,212,800,640,888.00 13,343,358,327,576.00 0.615497271 Prov. Banten 4,118,851,716,889.00 8,213,329,813,794.00 0.501483784 Prov. Nusa

Tenggara Barat 858,154,094,987.46 2,379,555,590,300.46 0.360636288 Prov. Kalimantan

Barat 1,347,396,423,743.14 3,262,314,099,069.14 0.413018607 Prov. Kalimantan

Tengah 1,093,821,486,342.18 2,809,096,138,861.17 0.389385565 Prov. Kalimantan

Timur 58,852,662,003,582.80 11,631,697,051,829.80 5.059679748 Prov. Gorontalo 214,614,527,481.13 1,052,555,928,696.13 0.203898455 Kab. Aceh Utara 99,869,693,114.17 1,493,207,597,850.62 0.066882658 Kab. Bireun 93,893,140,938.71 1,043,303,275,817.50 0.089996019 Kota Langsa 57,243,381,959.77 560,021,241,915.28 0.102216448 Kab. Dharmasraya 32,902,332,259.83 595,137,456,696.83 0.055285265 Kab. Padang

Pariaman 42,619,951,169.21 956,684,836,899.21 0.044549625 Kab. Pasaman

Barat 36,826,530,932.85 746,597,122,126.85 0.049325841 Kab. Pesisir

Selatan 47,625,528,302.28 1,024,915,513,557.28 0.04646776 Kab. Tanah Datar 63,835,093,787.06 893,108,389,961.08 0.071475192 Kota Bukit Tinggi 55,203,591,605.00 527,478,062,408.22 0.104655711 Kota Padang 238,871,896,576.23 1,714,742,182,328.23 0.139304847 Kab. Pelalawan 71,443,863,741.21 1,338,450,187,270.21 0.053378052 Kab. Siak 348,618,602,282.72 2,273,786,289,905.72 0.153320743 Kab. Tanjung

Jabung Timur 29,812,142,171.73 920,658,800,865.58 0.032381314 Kab. Banyuasin 81,364,386,883.24 1,663,679,789,250.24 0.048906278 Kota Bandar

Lampung 360,698,350,131.88 1,688,412,290,739.88 0.213631678 Kab. Kepulauan

Anambas 31,123,666,112.32 940,910,996,389.20 0.033078225 Kota Batam 515,456,622,984.00 1,749,105,595,933.83 0.294697258 Kab. Natuna 41,890,798,570.43 1,310,672,135,494.32 0.03196131 Kab. Batang 143,502,571,339.00 1,086,627,383,076.00 0.132062355 Kab. Brebes 133,836,336,686.00 1,781,873,278,077.00 0.075109907 Kab. Demak 438,214,445,335.35 1,398,722,359,197 0.313296232


(4)

Kab. Jepara 133,778,055,195.00 1,386,691,761,062.00 0.096472813 Kab. Magelang 173,253,651,914.00 1,428,243,260,343.00 0.121305422 Kab. Kuningan 112,517,242,678 1,625,738,990,778.00 0.069209906 Kota Jombang 185,091,678,239.59 1,567,610,980,536.59 0.118072456 Kab. Jembrana 68,485,482,416.06 745,334,982,511.84 0.091885507 Kab. Manggarai

Barat 34,182,554,706.90 534,110,349,801.90 0.063999049 Kota Banjarmasin 167,313,762,016.96 1,285,106,361,571 0.130194486 Kota Samarinda 338,158,272,078.65 613,158,581,550.00 0.551502144 Kab. Banggai 69,208,318,869.81 1,010,143,628,728.81 0.068513345 Kota Gorontalo 97,092,318,656.59 875,337,472,412.58 0.11091987


(5)

83

Lampiran 3 Hasil SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum

Mean

Std.

Deviation

Ukuran Pemerintah

Daerah

40

7,34E11 4,0E13 8,2185E12 1,02447E13

Leverage

40

,00 ,04 ,0100 ,01177

Kompetisi Politik

40

2,00 13,00 4,7000 2,39872

Tipe Pemerintah

Daerah

40

,00 1,0 ,5750 ,50064

Rasio Kemandirian

40

,03 5,06 ,2912 ,78884

Valid N (listwise)

40

-5,601922

Iteration History

a,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0

1

50,923

-,564

2

50,920

-,580

3

50,920

-,580

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1

46,903

a

,098

,134

Pengujian Nagelkerke R Square

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square


(6)

Pengujian Hosmer and Lemeshow

Hosmer and Lemeshow Test

Step

Chi-square

Df

Sig.

1

14,862

8

,062

Hasil Analisis Regresi Logistik

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Step 1

a

Ukuran Pemerintah

Daerah

,000

,000

,007

1

,932

1,000

Leverage

36,780 39,115

,884

1

,347 9,401E15

Kompetisi Poitik

-,154

,180

,734

1

,392

,857

Tipe Pemerintah

Daerah

,290

1,016

,081

1

,775

1,336

Rasio Kemandirian

-3,697

3,658

1,021

1

,312

,025

Constant

,221

1,630

,018

1

,892

1,247

Pengujian Regresi Logistik secara Simultan

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

4,017

5

,547

Block

4,017

5

,547


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia

1 11 135

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PUBLIKASI INFORMASI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI WEBSITE (STUDI EMPIRIS PADA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA)

1 18 94

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN TRANSPARANSI PELAPORAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan Daerah Di Kabupaten Boyolali.

1 7 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN TRANSPARANSI PELAPORAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan Daerah Di Kabupaten Boyolali.

0 4 16

Pengaruh Faktor Politik dan Keuangan terhadap Tingkat Transparansi Website Pemerintah Daerah di Indonesia.

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSPARANSI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI YANG DIPUBLIKASIKAN PADA WEBSITE RESMI PEMERINTAH PROVINSI.

0 0 18

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Pada Website Resmi Pemerintah Daerah Di Indonesia

1 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Pada Website Resmi Pemerintah Daerah Di Indonesia

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Pada Website Resmi Pemerintah Daerah Di Indonesia

0 0 8

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Keuangan Daerah Melalui Website : Studi Pada Pemerintah Kota dan Kabupaten Di Indonesia Periode 2016 - UNS Institutional Repository

0 0 16